Menjadi bahagia atau menderita adalah hasil dari sebuah keputusan, sama halnya saat kita meletakkan harapan diluar dari diri sendiri adalah sebuah keputusan, maka kita perlu bijaksana untuk menaruh harapan kita.
Kebahagiaan dan kedamaian hati adalah tanggungjawab saya secara pribadi, apapun realita yang terjadi, saya punya kendali penuh untuk memberikan respon, apakah realita mengambil rasa bahagia dan syukur saya, atau saya mengambil pelajaran.
Menyalahkan realita dan menempatkan diri sebagai korban memang jauh lebih mudah dan menyenangkan daripada mengakui bahwa ada hal yang perlu saya ubah, ya mulai dari diri saya sendiri. Cara menemukan dan mempertahankan bahagia bisa kita dapatkan dengan mulai mengatur ekspektasi kita.
Baca juga: Hemat Pangkal Kaya, Masa Iya?
1. Kenali Ekspektasi yang Ada
Langkah pertama yang perlu kita lakukan dalam mengelola ekspektasi adalah mengenali ekspektasi sendiri. Â Ambil waktu untuk merenungkan apa yang benar-benar kita harapkan dari situasi tertentu, dari diri kita sendiri, atau dari orang lain.
Apakah ekspektasi ini realistis? Apakah ekspektasi ini bisa dicapai dalam waktu yang kita tentukan? Dengan menyadari ekspektasi, kita bisa lebih siap untuk menyesuaikan dan menurunkannya jika perlu.
Ingat selalu, kita hanya bisa mengontrol faktor dari dalam yaitu diri sendiri. Saat kita menaruh harapan pada orang lain, kita perlu fleksibel untuk menyesuaikan diri terhadap realita yang ada. Sering kita menempatkan orang dekat pada posisi yang sulit dimana mereka perlu untuk memenuhi ekspektasi kita, seperti orang tua, pasangan, anak, teman dekat, dan lainnya.
Saat mereka tidak mampu memenuhi, maka yang terjadi adalah rasa kecewa, marah, sedih, bahkan pertengkaran. Tentu Anda pernah mendengar kalimat seperti:
" Ya karena kamu gak berubah!"
" Kok kamu gak mau pinjemin aku duit sih, kan kita teman baik"
" Kenapa kamu gak ngertiin aku"
Dan "kenapa kamu" lainnya.