Mohon tunggu...
Wiwik Agustina
Wiwik Agustina Mohon Tunggu... Lainnya - Writer and Long Life Learner

Concern about Self Development and Poverty. Welcome to My Universe! From science to digital marketer. I believe that humans do what they think, and think what they believe, let's start changing our thoughts through sentences.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Menemukan Bahagia dengan Atur Ekspektasi

28 Oktober 2024   08:30 Diperbarui: 28 Oktober 2024   08:31 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi bahagia atau menderita adalah hasil dari sebuah keputusan, sama halnya saat kita meletakkan harapan diluar dari diri sendiri adalah sebuah keputusan, maka kita perlu bijaksana untuk menaruh harapan kita.

Kebahagiaan dan kedamaian hati adalah tanggungjawab saya secara pribadi, apapun realita yang terjadi, saya punya kendali penuh untuk memberikan respon, apakah realita mengambil rasa bahagia dan syukur saya, atau saya mengambil pelajaran.

Menyalahkan realita dan menempatkan diri sebagai korban memang jauh lebih mudah dan menyenangkan daripada mengakui bahwa ada hal yang perlu saya ubah, ya mulai dari diri saya sendiri. Cara menemukan dan mempertahankan bahagia bisa kita dapatkan dengan mulai mengatur ekspektasi kita.

Baca juga: Hemat Pangkal Kaya, Masa Iya?

1. Kenali Ekspektasi yang Ada

Langkah pertama yang perlu kita lakukan dalam mengelola ekspektasi adalah mengenali ekspektasi sendiri.  Ambil waktu untuk merenungkan apa yang benar-benar kita harapkan dari situasi tertentu, dari diri kita sendiri, atau dari orang lain.

Apakah ekspektasi ini realistis? Apakah ekspektasi ini bisa dicapai dalam waktu yang kita tentukan? Dengan menyadari ekspektasi, kita bisa lebih siap untuk menyesuaikan dan menurunkannya jika perlu.

Ingat selalu, kita hanya bisa mengontrol faktor dari dalam yaitu diri sendiri. Saat kita menaruh harapan pada orang lain, kita perlu fleksibel untuk menyesuaikan diri terhadap realita yang ada. Sering kita menempatkan orang dekat pada posisi yang sulit dimana mereka perlu untuk memenuhi ekspektasi kita, seperti orang tua, pasangan, anak, teman dekat, dan lainnya.

Saat mereka tidak mampu memenuhi, maka yang terjadi adalah rasa kecewa, marah, sedih, bahkan pertengkaran. Tentu Anda pernah mendengar kalimat seperti:
" Ya karena kamu gak berubah!"

" Kok kamu gak mau pinjemin aku duit sih, kan kita teman baik"

" Kenapa kamu gak ngertiin aku"

Dan "kenapa kamu" lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun