Mohon tunggu...
Wiwik Agustina
Wiwik Agustina Mohon Tunggu... Lainnya - Writer and Long Life Learner

Concern about Self Development and Poverty. Welcome to My Universe! From science to digital marketer. I believe that humans do what they think, and think what they believe, let's start changing our thoughts through sentences.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Apa itu Passion dan Salah Kaprah dalam Mengejar Karir

29 September 2024   18:00 Diperbarui: 29 September 2024   18:04 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Follow your passion", pernah dengar kalimat ini? Sering terdengar di kalangan anak muda yang mengejar mimpi, termasuk dalam hal karir atau pekerjaan. Apa itu passion? Seringkali diartikan dengan perasaan antusias yang luar biasa, namun jika merujuk bahasa asli dari 'passion' itu sendiri, kita akan menemui banyak salah kaprah terjadi dari penggunaan kata 'passion' dalam mengejar karir impian.

Mengejar Passion, Harus Siap Menderita. Maukah?

Kata 'passion' secara etimologi berasal dari bahasa latin 'passio' yang berarti suffering atau menderita. Jadi, jika mengikuti kalimat 'follow your passion', tentunya perlu mempertanyakan kembali, apakah mau menderita untuk mengejar mimpi atau karir impian yang selama ini menjadi idaman?

Banyak orang mengartikan 'passion' adalah sesuatu yang membuat bergairah atau bersemangat, pengertian ini kurang utuh karena saat kita passionate terhadap sesuatu, kita akan ditantang untuk mau menderita atau tidak, jadi tidak hanya menumbuhkan rasa semangat namun kita harus siap menderita untuk mimpi dan karir impian.'

Tidak semua orang mau menderita, tentu, tidak semua orang mau tidur lebih pendek untuk mengalokasikan waktu upgrade skill yang menunjang karirnya, mengurangi scroll tiktok untuk membaca update kondisi finansial setiap hari, bangun pagi untuk berolahraga rutin supaya tetap sehat, berhenti merokok untuk mengalokasikan uangnya mengikuti komunitas positif, dan lainnya. Nyatanya, 'follow your passion' tidak untuk semua orang.

Baca juga: 'Home Sweet Loan', Kisah Sandwich Generation Tak Seenak Roti Sandwich

Steve Jobs: Stay Hungry, Stay Foolish

Siapa yang tak tahu salah satu quotes dari Steve Jobs, pendiri Apple yang tidak memiliki gelar sarjana. Banyak sekali generasi muda yang mengambil kisah hidup Steve Jobs hanya sepotong dengan klaim tidak harus memiliki pendidikan tinggi untuk menjadi sukses. Benar, namun pertanyaan selanjutnya adalah apakah kita memiliki resource yang sama seperti Steve Jobs?

Jika membaca biografi Steve Jobs dari laman biography.com, kita akan mengerti bahwa selain lahir dengan kecerdasan, Steve Jobs memiliki curiosity atau rasa ingin tahu yang tinggi selain itu tentunya latar belakang keluarga yang membuat Steve tidak perlu pusing memikirkan kebutuhan primer seperti besok makan apa. Hal ini yang kurang dimengerti bagi mereka yang meyakini bahwa pendidikan tidak penting.

Khususnya di Indonesia yang masih memiliki sistem seleksi pekerja dengan melihat background pendidikan, tentunya pendidikan adalah instrumen yang penting khususnya bagi mereka yang berasal dari keluarga menengah ke bawah. Lantas, apakah pendidikan saja cukup? Sayangnya tidak.

'Stay Hungry, Stay Foolish', bukan hanya quote untuk para pengusaha muda agar terus berinovasi dan tidak puas diri terhadap kesuksesan masa kini, tapi juga untuk saya dan pembaca agar tetap memiliki rasa lapar untuk belajar, bekerja, dan berpikir lebih keras lagi sekalipun harus mengorbankan kenyamanan, itu adalah passion.

Baca juga: Money Habits: Obrolan Wajib Sebelum Menikah, Kenapa?

Bagaimana Mengenali Passion Diri?

Membaca, tidak hanya membaca sebuah literatur atau buku, namun membaca diri agar mengenal apa yang sebenarnya diinginkan. Sayangnya, kita harus mengetahui realitas bahwa 1:1000 orang Indonesia yang aktif membaca. Jadi, memulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar untuk membiasakan habit membaca.

Mengenal diri juga menjadi faktor yang sering dilupakan individu, nyatanya penting untuk mengetahui potensi diri dengan memiliki rasa ingin tahu, aktif mempertanyakan sesuatu sehingga kita menjadi manusia yang berfikir. Tidak semua orang yang pergi ke bangku sekolah atau kuliah mengambil keputusan untuk berfikir.

Melatih kemampuan diri untuk berpikir perlu diusahakan sejak dini, oleh sebab itu tidak mudah menjadi orang tua jaman sekarang yang disebabkan oleh cepatnya perkembangan teknologi, informasi, dan media sosial yang tidak terkontrol. Namun, tentunya sebagai orang dewasa, ini adalah sebuah tantangan untuk terus berpikir dan aktif bertindak sebagai hasil dari berfikir.

Lantas, bagaimana mengimplementasikan passion dalam mengejar karir? Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan mengambil hal baik dari biografi Steve Jobs.

  1. Ketahui Posisi

Steve Jobs pertama kali bertemu partner kerjanya saat masih remaja Steve Wozniak, yang kuliah di University of California, Berkeley. Mereka bekerja sama untuk membangun Apple dari garasi dengan menjual Volkswagen dan Kalkulator. Steve mengetahui posisi diri dan mimpinya, Ia berperan sebagai pemasaran sedangkan Wozniak sebagai perancang komputer. Kemampuannya dalam mempresentasikan produk Apple diakui sebagai yang terbaik.

Dari sini, mengetahui posisi resource yang kita miliki akan membantu menemukan dan meningkatkan level karir. Apa itu resource, adalah sumber daya yang kita miliki untuk mendukung karir, misalnya skill atau keterampilan, relasi, knowledge, dan lainnya.

  1. Bekerja 1000%

Steve Jobs dikenal dengan orang yang passionate terhadap Apple sekalipun Ia pernah dikeluarkan dari perusahaannya sendiri namun saat Ia kembali, Steve berhasil mengembalikan kejayaan Apple. Ia bekerja keras untuk membangun mimpinya dengan inovasi produk dari Apple. Tidur 4-5 jam sehari tak membuat Ia berkompromi untuk bersantai ria saat menjadi CEO Apple, namun dengan tanggungjawab yang besar, Ia harus bekerja keras lebih besar dibanding lainnya.

  1. Kemampuan Bernegosiasi

Setiap orang harus memiliki kemampuan berbicara dengan baik, khususnya bernegosiasi. Berkarir tentunya membuat kita harus bekerja sama dengan orang sehingga komunikasi yang baik perlu dibangun. Komunikasi yang baik adalah saat kebutuhan semua pihak bisa diakomodir dalam bentuk negosiasi.

Apalagi jika Anda seorang middle management, dibutuhkan kemampuan untuk bisa mengakomodir suara dari staf dan upper management, hal itu jelas tidak mudah sehingga Anda perlu bagaimana melatih diri berkomunikasi, khususnya bernegosiasi sehingga Anda bisa menjadi leader yang kompeten.

Itu beberapa poin yang saya pahami dari kisah hidup Steve Jobs dan karyanya. Menjadi orang passionate tidak hanya berbicara melakukan sesuatu sesuai passion yang disukai namun juga mau untuk meninggalkan hal-hal yang nyaman untuk sesuatu yang diimpikan. Terakhir dari saya, I don't think you can be passionate about something if you're not willing to suffer for it.

Stay Hungry, Stay Foolish

-Steve Jobs.

Referensi:

https://en.wiktionary.org/wiki/passion\

https://www.biography.com/business-leaders/steve-jobs

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun