Mohon tunggu...
Wiwik Agustina
Wiwik Agustina Mohon Tunggu... Lainnya - Writer and Long Life Learner

Concern about Self Development and Poverty. Welcome to My Universe! From science to digital marketer. I believe that humans do what they think, and think what they believe, let's start changing our thoughts through sentences.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Bijaksana Atur Keuangan Pribadi untuk Kelas Menengah

7 September 2024   13:57 Diperbarui: 8 September 2024   07:32 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: freepik.com/rawpixel-com

Selain dipengaruhi oleh dopamin, tak jarang, perasaan mengambil porsi dominan saat berbelanja, seperti kecenderungan untuk makan enak saat sedang senang atau sedih, membeli iPhone terbaru untuk memenuhi gengsi, dan lainnya. Sebenarnya apa yang kita beli adalah barang yang tidak benar-benar kita butuhkan, namun karena perasaan sedih, marah, senang, iri, dan lainnya, membuat keputusan membeli sesuatu menjadi bias.

Mari kita mulai dengan hal-hal prinsip sebelum mendiskusikan hal-hal praktis.

1. Ketahui Trigger atau Pemicu

Penting untuk mengetahui alasan membeli sesuatu dan mempertanyakan kembali apakah ini bagian dari kebutuhan atau keinginan. Mostly sebelum saya memutuskan untuk checkout dan membayar sesuatu, mengetahui kenapa saya ingin membeli adalah hal pertama yang selalu saya pertanyakan.

Sebagai contoh, membeli tiket konser Bruno Mars 2024. Saya mempertanyakan apakah saya benar-benar butuh untuk membeli tiket ini dan apa yang membuat saya harus membeli? 

Setelah mengambil jeda 5-10 menit, akhirnya saya memutuskan untuk membeli karena kali pertama dalam hidup akhirnya saya bisa menonton konser dari musisi yang lagunya menjadi bagian dalam stage hidup saya.

Dan, saya ingin sekali seumur hidup bisa menonton konser dari Bruno Mars. Apakah ini kebutuhan? Tentu tidak, namun sekali seumur hidup rasanya cukup bagi saya untuk mengabadikan sebuah pengalaman pertama.

Ya lagu Count on Me, adalah lagu pertama Bruno Mars yang saya hafal ketika ada masalah dengan teman baik saya. Tentu, Anda bisa merefleksikan sebelum terjadi transaksi keuangan, apa yang menjadi trigger untuk Anda membeli sesuatu.

2. Beri Jeda, Jangan Impulsif

Sama halnya di poin pertama yaitu biarkan diri sendiri menganalisa apakah ini bagian dari kebutuhan atau keinginan, dan mempertanyakan 'Kenapa' sebelum terjadi transaksi keuangan. Mengambil jeda beberapa menit akan membantu kita menjadi manusia yang tidak impulsif.

Seringkali saat mengambil jeda, saya berbicara dengan diri sendiri bahwa tidak semuanya yang saya mau harus ada saat ini, bukan karena saya tidak mampu namun mungkin besok saya menjadi lebih siap untuk memiliki ini.

3. Buat Strategi Keuangan 

Setiap orang punya strategi keuangan sendiri terkait alokasi anggaran, umumnya kita mengenal 50/30/20 dimana 50% untuk kebutuhan hidup, 30% untuk keinginan (misalnya hutang), dan 20% untuk saving (tabungan dan investasi). Anda bisa mengikuti strategi ini, namun jika memungkinkan perbanyak tabungan dan investasi adalah hal yang lebih baik.

Strategi keuangan untuk mencapai DP 100 juta guna membeli properti pertama, saya menggunakan strategi 25/5/70. Ya, 25% untuk hidup (kost, makan, akomodasi), 5% untuk memberi, dan 70% untuk saving. Sampai akhirnya alokasi ini  berubah saat saya berhasil mengumpulkan uang 100 juta karena adanya cicilan properti yang harus saya bayar setiap bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun