Mohon tunggu...
Wiwik Minarni
Wiwik Minarni Mohon Tunggu... Guru - Ini adalah bahan ajar untuk kalian belajar ya.

Memulai dikota yang baru, letihku bertukar dengan rindu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyusun Best Practice Menggunakan Metode STAR

9 Desember 2022   13:14 Diperbarui: 9 Desember 2022   13:17 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lokasi: SMA BP DARUSSALAM

Lingkup Pendidikan : SMA

Penulis: Wiwik Minarni

Tanggal: 21 November 2022

Situasi: 

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.

  • Identifikasi Masalah:
  • Berdasarkan hasil observasi, terdapat permasalahan
  • sebagai berikut:
  • Peserta didik tidak terbiasa mengerjakan soal HOTS
  • Peserta didik kebingungan dan kesulitan ketika memahami, menganalisis, dan mengerjakan soal HOTS
  • Guru belum menerapkan pembelajaran yang merangsang peserta didik untuk berfikir tingkat tinggi.
  • Guru belum menggunakan LKPD yang mengacu ke arah berfikir tingkat tinggi peserta didik.
  • Strategi pembelajaran yang digunakan guru belum memicu keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik.
  • Guru belum menerapkan soal-soal HOTS.

Untuk sukses dalam menghadapi abad 21, dimana kehidupan di abad 21 akan lebih kompleks dan banyak tantangan bagi semua orang, maka Pendidikan kemudian dirancang supaya dapat menghasilkan kompetensi siswa meliputi yang menyeluruh, meliputi segala aspek, diantaranya aspek pengetahuan, keterampilan, serta sikap literat terhadap baca-tulis, numerasi, sains, digital, finansial, budaya dan kewargaan. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, Guru diharapkan mampu menyusun hal-hal terkait Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ini, diantaranya kisi-kisi soal HOTS, menyusun kartu soal HOTS dan dapat menyusun bank soal HOTS tersendiri untuk dipelajari oleh siswanya.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih melalui proses pembelajaran di dalam kelas. Agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.

Berawal dari pembelajaran di dalam kelas inilah peserta didik mulai mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS. Dengan demikian peserta didik akan terbiasa manakala harus menghadapi soal HOTS.

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) merupakan suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya membutuhkan kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan kemampuan lain yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif dan kritis.

melalui Pembelajaran dengan Model PBL penting untuk diterapkan karena model pembelajaran ini melibatkan peserta didik untuk dapat berdiskusi, dan berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, sehingga guru tidak lagi mendominasi dalam pembelajaran, dan peserta didik menjadi meningkat perhatiannya karena mereka akan aktif dalam mengemukakan pendapatnya dalam forum diskusi sehingga mereka bisa lebih menguasai materi yang diberikan karena pemecahan masalah mereka temukan sendiri sehingga lebih mudah dalam mengingat materi esensial yang sedang dipelajari. Sintak pembelajaran pada model PBL mengornanisir peserta didik dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Peran dan tanggungjawab saya dalam praktik ini adalah menerapkan metode pembelajaran PBL di kelas XI IPA SMA BP Darussalam yang saya ajar, dan membagikan praktik ini kepada guru-guru agar semua guru memiliki persepsi yang sama bahwa peserta didik harus memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran

Tantangan : 

Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat,

Tantangan yang saya hadapi untuk mencapai tujuan

tersebut adalah :

  • Peserta didik tidak terbiasa menggunakan metode diskusi untuk memecahkan masalah, sehingga guru harus mengajak peserta didik untuk mulai membiasakan diri berdiskusi dalam kelompok agar dapat memecahkan masalah yang akan dianalisa.
  • Adanya guru yang masih belum terbiasa dengan model pembelajaran PBL dan masih terbiasa menggunakan metode ceramah di kelasnya, karena menganggap metode tersebut adalah metode yang paling efektif diterapkan di kelas.
  • Kesulitan memilih topik yang tepat sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan fasilitas sumber-sumber belajar
  • Tuntutan penggunaan IT dalam pembelajaran dengan kondisi sarana dan prasarna teknologi di sekolah belum memadai.

Dalam proses pencapaian tujuan ini tentunya bersamaan dengan tantangan-tantangan yang menyertainya, mulai dari peserta didik yang dirubah

dari kemampuan berpikir tingkat tinggi rendah menjadi memiliki kemampuan tingkat tinggi yang baik, guru yang harus terbiasa menggunakan model pembelajaran yang baru (PBL) yang menuntut seorang guru untuk menerapkan pembelajaran yang merangsang peserta didik untuk berfikir tingkat tinggi dan juga menguasai IT yang sesuai dengan tuntutan zaman saat ini. Selain guru dan peserta didik, proses ini juga melibatkan Dosen pembimbing, guru pamong, bapak/ibu mahasiswa peserta PPG Kelompok 4, dan teman sejawat, yang turut serta mendukung dalam tercapainya tujuan ini.

Aksi : 

Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini

Berikut langkah-langkah dalam menghadapi tantangan ini:

  • Menggunakan model PBL dalam pembelajaran
  • Strategi yang digunakan adalah pendekatan Scientific (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, mengkomunikasikan) -- TPACK.
  • Menyusun LKPD yang menerapkan kegiatan berpikir tingkat tinggi.
  • Menggunakan media PPT dan video yang dapat menarik peserta didik untuk melakukan kegiatan berpikir tingkat tinggi. Pemanfaatan google formulir sebagai penilaian awal dan akhir pembelajaran.
  • Yang terlibat dalam proses ini: Dosen pembimbing, guru pamong, kepala sekolah, bapak/ibu mahasiswa PPG Kelompok 4, teman sejawat, dan peserta didik.
  • Mengkorelasikan materi dengan kejadian riil di lapangan.
  • Sumber daya yang diperlukan adalah SDM dan Sarpras berbasis IT.

Refleksi Hasil dan dampak

Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif?  Mengapa? Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut

Dampak dari langkah-langkah yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

  • Dapat membangkitkan motivasi dan bernalar kritis mulai dari melihat tayangan video, memunculkan masalah yang ada dalam video kemudian menyimpulkannya.
  • Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan peserta didik lain.
  • Peserta didik dapat menguasai pelajaran yang disampaikan dengan lebih baik.
  • Peserta didik merasa senang dengan cara belajar diskusi kelompok karena mereka dapat bekerjasama dengan teman lainnya dalam memecahkan suatu permasalahan dan mereka jadi mempu bersosialisasi dengan baik.
  • Peserta didik terbawa aktif dengan kegiatan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan mampu menghasilkan pemecahan masalah dengan lebih baik dengan metode diskusi kelompok, dibandingkan dengan melakukannya secara mandiri. Karena ada banyak masukan dan saran dari teman di dalam kelompoknya.
  • Respon dari guru pamong dan dosen mengenal pembelajaran yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran tersebut sangat positif dan mendukung.

Keberhasilan dari kegiatan yang dilakukan adalah

  • guru sebagai fasilitator dimulai dari perencanaan desain pembelajaran sesuai arahan dan bimbingan dari dosen pembimbing dan guru pamong pada langkah pembuatan rencana Aksi, penerapan model pembelajaran inovatif dengan terlaksananya sintaks/langkah-langkah model pembelajaran dengan baik, penggunaan media pembelajaran inovatif. Peserta didik dengan kemauan dan kerjasama untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.
  • Peserta didik menjadi terbiasa dalam kegiatan menganalisis yang dilakukan pada sintak PBL yaitu orientasi peseta didik pada masalah dengan menampilkan video. 3)    Sintak ketiga adalah membimbing penyelidikan / investigasi perseorangan atau kelompok, pada langkah ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada indikator menganalisis dan mencipta. Langkah ini peserta didik diperintahkan guru mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk menyelesaikan masalah yang telah disajikan guru dalam bentuk narasi, gambar, atau video. Ketika peserta didik telah mendapatkan informasi yang cukup, peserta didik masuk ke dalam tahap menganalisis, di mana menganalisis adalah salah satu indikator kemampuan berpikir tingkat tinggi yang diartikan sebagai kemampuan untuk memilih komponen-komponen dari permasalahan dan memberikan pendapat terkait masalah yang didiskusikan. Peserta didik mulai menggunakan pengetahuannya untuk menganalisis informasi yang masuk dan mencari tahu informasi yang tepat, menyelesaikan eksperimen, dan mencari solusi yang sesuai dengan penyelesaian. Sehingga peserta didik dapat menyimpulkan jawaban yang sesuai dengan pemikiran dari masing-masing kelompok. Pada langkah mencari solusi yang sesuai dengan penyelesaian, merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada indikator mencipta. Sintak keempat adalah menyajikan hasil dari infomasi yang ditemukan peserta didik. Pada langkah ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada indikator menganalisis dan mengevaluasi.  Pada langkah ini peserta didik mempresentasikan hasil guna mengemukakan solusi dari permasalahan yang telah diselesaikan pada masing-masing kelompok. Berdiskusi aktif dan saling berinteraksi dengan kelompok lainnya, ada yang memberi sanggahan dan masukan. Langkah ini pada indikator kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah mengevaluasi, yang berarti mampu membuat suatu keputusan berdasarkan pada kriteria, biasanya memeriksa dan mengkritik suatu pernyataan. Di mana peserta didik bebas memberikan tanggapan, ide-ide baru, ataupun sanggahan atas jawaban dari kelompok yang lain. Kegiatan mengevaluasi dalam memeriksa masukan dan sanggahan merupakan indikator menganalisis dalam berpikir tingkat tinggi. Langkah ini membuat peserta didik aktif dan mampu menggali kemampuan berpikir terutama berpikir tingkat tinggi. Dengan demikian, problem based learning membawa peserta didik aktif, sehingga pembelajaran menjadi lebih berkesan dan mempunyai manfaat yang tinggi. Sintak selanjutnya, peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, di mana guru memberikan penjelasan terkait jawaban dan sanggahan yang telah peserta didik kemukakan, untuk menyimpulkan hasil dari diskusi peserta didik. Pada langkah ini indikator berpikir tingkat tinggi mengkreasi terlaksana. Dimana mengkreasi diartikan sebagai kemampuan dalam mengombinasikan bagian-bagian untuk membentuk dan merancang sesuatu yang baru, seperti membuat ide atau cara pandang yang sama dari permasalahan yang dianalisis sebelumnya. Peserta didik juga lebih aktif, bersemangat, memperoleh hasil pemecahan masalah yang baik karena dilakukan bersama teman lain dalam kelompoknya sehingga mampu mempresentasikan hasil dari pemecahan masalahnya dengan kritis dan penuh tanggungjawab hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh peserta didik yaitu sangat efektif karena terjadi perubahan yang signifikan terhadap peserta didik.

Faktor yang menjadi ukuran ketidakberhasilan dari metode PBL yang digunakan adalah masih adanya peserta didik yang belum aktif dan malu saat diskusi kelompok maupun presentasi, karena belum terbiasa bersosialisasi dengan teman di dalam kelompoknya serta belum terbiasa berbicara di depan teman-temannya.

Pembelajaran yang saya dapat dari keseluruhan proses yang telah dilakukan adalah:

  • Proses pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan karena semua peserta didik terlibat aktif di dalam kegiatan pembelajaran sehingga memicu peserta didik menjadi meningkat kemampuannya dalam berpikir tingkat tingg dan berkolaborasi dengan temannya dalam kegiatan diskusi-persentasi.
  • Saya mendapat feedback positif dari peserta didik dan guru dengan adanya penerapan model PBL dalam pembelajaran.
  • Terjalin kerjasama yang baik antara pihaksekolah dengan orangtua.

Respon dari kepala sekolah, teman sejawat dan peserta didik sangat positif, yakni sangat mendukung proses pembelajaran menggunakan PBL yang dilakukan selama PPL.

Keberhasilan dari proses ini tentunya diperoleh dari beberapa faktor, yaitu: Faktor internal (faktor dalam diri individu yang sedang belajarjasmani dan psikologis), dan faktor eksternal yaitu faktor yang ada di luar individu (keluarga dan sekolah).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun