Di dunia perfilman luar negeri---setidaknya pada tingkat Hollywood---kritik film sebagai sebuah sistem sudah berjalan dengan baik. Ada tiga pilar utama kritik film yang mengemuka, dan oleh karenanya kemudian digunakan sebagai tolok ukur pencapaian kualitas film, baik sebagai komoditas industri maupun "artefak" seni budaya adiluhung. Mereka adalah IMDb (Internet Movie Database), Rotten Tomatoes, dan Metacritic.
Ketiganya menyarikan kritik-kritik film dengan cara yang kurang lebih sama, yaitu mengumpulkan artikel-artikel kritik dari banyak sumber berbeda dan mengambil skor rata-rata. Tulisan yang resmi diakui adalah kritik film dari media-media massa mainstream (awalnya surat kabar harian), seperti The Washington Post, LA Times, Chicago Sun-Times, atau The New York Times.
Tiap media memiliki satu atau beberapa kolumnis expert yang khusus menulis kritik film, seperti Leila untuk Tempo. Beberapa nama yang paling tersohor adalah Roger Ebert (1942-2013) dan Richard Roeper dari Chicago Sun-Times, Claudia Puig (USA Today), Mick LaSalle (San Francisco Chronicles), dan juga James Berardinelli (Reelviews).Â
Umumnya mereka menulis ulasan setelah diundang menghadiri pemutaran khusus (special screening) yang diperuntukkan bagi kalangan media. Ini biasanya dilakukan beberapa hari sebelum jadwal pemutaran resmi (premiere) film bersangkutan.
Tiap ulasan biasanya memberikan rating skor berupa bintang, antara nol hingga empat atau lima bintang. IMDb, Rotten Tomatoes, dan Metacritic kemudian menghitung dan menampilkan angka rata-rata dari semua kritik film resmi yang masuk ke data mereka. Hasilnya adalah berupa skor atau persentase kritik positif.Â
Ada berapa persen dari keseluruhan kritik tersebut yang memberikan ulasan positif (disebut thumbs up), dan berapa persen yang sebaliknya (thumbs down).
Film dengan perhitungan rata-rata di atas 75% dianggap sebagai berkualitas. Yang berada di kisaran 40% hingga 70% disebut dengan istilah mixed review alias sedang-sedang saja (karena persentasi kritik positif dengan yang negatif imbang). Sedang angka rata-rata di bawah 40% masuk kategori film jelek. Kita dapat melihat ringkasan angka persentasi ini pada halaman Wikipedia tiap judul film di segmen Reception (atau Release).
Meski secara umum The Raid mendapat rating tinggi terkait ulasan kritis, Ebert justru tak menyukainya dan hanya menghadiahkan satu dari maksimal empat bintang. Ia mendapat kritik atas kritiknya tersebut, dan kemudian harus menerbitkan artikel klarifikasi untuk menjelaskan latar belakang ulasannya.
Kita sebagai penonton pun kemudian sedikit banyak teredukasi soal apresiasi film, setidaknya dilihat dari pengamatan para kritikus film berlatarbelakang jurnalisme (karena ada juga dari background akademik, yang kerap kali dianggap "lebih pantas didengarkan" oleh para sineas).Â
Dan kita jadi tahu bahwa film sejenis Independence Day dan Godzilla (keduanya karya sutradara Roland Emmerich) atau seri Bad Boys (Michael Bay) jebul dianggap amat jelek, meski populer dan merajai box office.