Mereka ingin bisa menulis lebih baik, agar karya-karya mereka dapat dipublikasikan, baik lewat buku maupun media massa. Urusannya pun tak semata demi nilai ujian, melainkan menjadi satu prestasi hidup yang benar-benar dicari.
Yang menemukan passion pada sastra akan berupaya menjadi sastrawan. Sedang yang tidak, kemudian akan berbelok arah ke dunia penulisan ilmiah, nonfiksi, atau jurnalisme.
Yang tidak berminat pada karier kepenulisan pun, mau jadi musisi atau politikus, misalnya, akan tetap membawa kenangan baca dan nulis mereka semasa sekolah dalam bentuk keteraturan pikir, kreativitas gagasan, dan cara mengeksekusinya menjadi kerja-kerja yang bermanfaat.
Ketika baik guru maupun murid telah menemukan keterhubungan dengan dunia baca dan menulis, banyak pilihan tersedia untuk meningkatkan skill.
Misal, dengan mengundang penulis profesional untuk memberikan workshop atau materi ekstrakurikuler, mengikuti komunitas-komunitas menulis, atau menyertakan kantor penerbit dan media massa ke salah satu jadwal kegiatan pada acara study tour tahunan.
Pada era ketika Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dipegang oleh seorang tokoh pembaharu yang visioner seperti Nadiem Makarim, perubahan-perubahan ke arah "pelajaran sekolah beneran kepake dalam hidup" inilah yang seharusnya menjadi priotitas utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H