Kisah yang cukup unik juga saya alami sendiri saat menulis Mara. Waktu menulis konsep ceritanya, saya sudah punya gambaran komplet tentang sosok Mara secara detail, lengkap dengan ciri fisik dan gaya dandanannya. Namun entah kenapa, bab-bab awal dari kisah itu tak langsung bisa saya selesaikan dengan segera---ditambah syok yang menyerang saat mendengar berita kecelakaan Sophie.
Dengan konsep sudah matang sejak April, writer's block berlangsung hingga hampir tiga bulan. Lalu, awal Juli 2017, lewat Facebook saya berkenalan dengan seorang penjual buku online. Ia tinggal di Kota Rantau, provinsi Kalimantan Selatan. Namanya Pratiwi Juliani. Ia membuka sebuah toko buku daring bernama Jules Dunn. Begitu melihat foto-fotonya, saya seperti tersengat listrik karena gambaran dirinya benar-benar mirip dengan imajinasi saya soal Mara. Dan saat kenal lebih dekat, bahkan ciri wataknya yang judes, galak, smart, dan high class itu pun cocok pula!
 Lebih luar biasa lagi, Pratiwi kemudian melebarkan sayap dari pemilik toko buku menjadi sastrawan. Buku kumpulan cerpennya, Atraksi Lumba-lumba, terbit bulan September 2018 oleh penerbit KPG Jakarta (masih satu grup dengan GPU di Kompas Gramedia). Dan lewat buku itu, ia menjadi salah satu dari lima emerging writers di ajang Ubud Writers & Readers Festival 2018 yang bergengsi itu.
Tapi jika belum sempat beli dan baca, tinggal cari saja di Google...!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H