Akan lebih bagus bila setelah penyebutan spontan, kita menengok daftar aslinya guna melihat item-item mana saja yang tadi tak teringat untuk disebutkan. Tambahan item itu akan terekam permanen, sehingga kian lama kapasitas mengingat spontan juga akan makin kuat.
Nulis Jurnal
Jurnal adalah catatan harian. Sedang diary lebih kepada cetusan isi hati pada satu momen-momen penting. Maka jurnal ditulis tiap hari (even bahkan saat nggak ada kejadian penting), sedang diary umumnya cuman diisi pas galau, baik ketika jatuh cinta maupun waktu putus cinta.
Dalam jurnal terdapat rangkaian peristiwa secara kronologis sejak bangun hingga menjelang tidur. Karena merupakan catatan kejadian, maka wajar bila pada hari-hari tertentu bakal ada gambaran perasaan dan pikiran serta kutipan-kutipan dialog dalam adegan-adegan yang terperinci. Pada akhirnya, ini sama saja dengan menuliskan cerita secara naratif dan deskriptif.
Menulis catatan harian akan secara langsung melatih skill kita menulis cerita, memraktikkan semua jenis terapi otak di atas, dan mendisiplinkan diri (yang mandiri berdasar niat sendiri tanpa suruhan atau gencetan orang lain). Ini juga membantah keluhan “Aduuh! Gak ada waktu untuk nulis...!”, karena jika diri sudah disiplin, ada waktu atau tidak, suatu tulisan (dalam hal ini catatan harian) tetap bisa digarap.
Maka sebagaimana kalau kita sholat, kalau kita makan, kalau kita minum, kalau kita e’ek, waktu untuk nulis juga harus diadakan. Bukannya (baru bisa) nulis kalau pas tersedia waktu luang.
Dari gambaran di atas, kita sampai pada satu kata kunci, yaitu “habit” alias kebiasaan. Menulis dengan baik adalah hasil proses panjang. Bukan sesuatu yang jika hari ini pertanyaan dijawab, nanti malam pasti langsung bisa dipraktikkan. Maka keputusan menekuni aktivitas menulis tak semata mempelajari teknik dan istilah-istilah keren, melainkan menambahkan banyak kebiasaan baru dalam hidup. Termasuk kebiasaan nulisnya itu sendiri.
Dalam semua kebiasaan baru itu, kematangan skill akan terasah dengan sendirinya tanpa disadari. Lalu dua tahun lagi, kita akan tertawa malu melihat kualitas tulisan hari ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H