Mohon tunggu...
Wiwien Wintarto
Wiwien Wintarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis serba ada

Penulis, sejauh ini (2024) telah menerbitkan 46 judul buku, 22 di antaranya adalah novel, terutama di PT Gramedia Pustaka Utama. Buku terbaru "Tangguh: Anak Transmigran jadi Profesor di Amerika", diterbitkan Tatakata Grafika, yang merupakan biografi Peter Suwarno, associate professor di School of International Letters and Cultures di Arizone State University, Amerika Serikat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Dynasty Warriors" Diganggu Gambar Blur

31 Mei 2016   12:43 Diperbarui: 31 Mei 2016   13:28 2943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yoona di Dynasty Warriors (wgsnsdfx.com)

Akhirnya, setelah sekian lama absen, sinetron kung fu kembali hadir ke layar kaca kita dari kanal TV terrestrial (yang bisa diterima lewat antena UHF, bukan antena parabola). Dan yang ini bakalan cukup ngehit karena menghadirkan deretan cast internasional yang tidak tanggung-tanggung. Salah satunya Im Yoon-ah alias Yoona dari girlband K-pop fenomenal, SNSD.

Serial drama sejarah Dynasty Warriors mulai tayang di RTV hari Senin 30 Mei 2016 lalu pukul 21.00 WIB. Ini merupakan salah satu sinetron yang mengadaptasi novel legendaris Sam Kok karya Lo Guanzhong, dan betul-betul masih fresh from the oven. Di negara asalnya, Tiongkok, serial ini mengudara mulai 3 April lalu hingga 7 Mei sebanyak 42 (sumber lain menyebut 60) episode di channel Hunan TV.

Episode perdana kemarin dibuka dengan penjelasan singkat mengenai kekacauan yang melanda daratan Tiongkok di penghujung pemerintahan Dinasti Han pada abad ke-2 Masehi di bawah Kaisar Xian (Zheng Wei) yang lemah dan masih remaja. Ia terpaksa ngacir dari istana setelah dikudeta Dong Zhuo (Han Dong). Sebelum lari, dan menyadari kekaisarannya bakal runtuh, ia menyerahkan dua pusaka istana, Pedang Yi Tian dan Pedang Qing Gang, pada dua jenderal kepercayaannya.

Negara kemudian berada dalam keadaan chaos ketika dua tokoh besar kerajaan, yaitu Dong dan Cao Cao (Zhang Ying) mengatasnamakan kaisar untuk saling menyingkirkan. Sesudah upaya pembunuhan yang dilakukan tentara Cao terhadap Dong gagal karena intervensi anak angkat Dong, Lu Bu (Godfrey Gao), Dong untuk sementara menjadi penguasa de facto Tiongkok sebagai penasihat.

Ia kemudian memerintahkan pencarian kedua pusaka kerajaan untuk memperkuat legitimasi kekuasaannya. Tentaranya melakukan penggerebegan ke Chang An, tempat tinggal mantan jenderal kepercayaan Kaisar, Zhao An (Yu Rong Guang), yang membawa Pedang Yi Tian. Setelah konfrontasi berdarah membuat Zhao dan istrinya gugur, pedang pusaka itu kemudian dibawa lari putra mereka, Zhao Zi Long (Lin Gengxin).

Bersama dua saudara angkatnya sesama murid kung fu Zhao, yaitu Liu Shen (Guo Dong Dong) dan Liu Qing Er (Sun Xiao Xiao), Zi Long menuju ke Changsa untuk menemukan pedang pusaka satunya lagi. Petualangan besar pun dimulai, yang mana kelak akan membawa Zi Long menjadi Zhao Yun, salah satu jenderal besar yang mengambil peran penting pada masa kacau ketika Tiongkok terbelah menjadi tiga kerajaan pada abad ke-3 Masehi.

Satu hal yang membuatku harus nonton Dynasty Warriors adalah latar ceritanya. Aku sudah jatuh cinta pada kisah Sam Kok sejak mainin game Romance of Three Kingdoms III: Dragons of Destiny sekitar dua dasawarsa lalu. Sejak itu aku selalu nonton semua yang berlatarbelakang Kisah Tiga Negara, terutama waktu enam tahun lalu, sutradara John Woo membesut versi filmnya yang diedarkan Hollywood, yaitu Red Cliff.

Hanya saja, agak aneh mengapa di sini drama ini ditayangkan dengan judul Dynasty Warriors, sebab itu adalah judul sekuel game RoTK yang kumainkan itu. Judul internasionalnya sendiri adalah God of War, Zhao Yun atau Chinese Hero Zhao Zi Long (dari judul asli Wu Shen Zhao Zi Long). Ini merupakan sinetron Tiongkok dengan bujet produksi terbesar, yaitu 250 juta Yuan (Rp 517 miliar) dan mendapatkan viewership yang sangat besar juga.

Di serial yang diproduseri Shan Tianfang dan dibesut sutradara Liang Sheng Quan serta Guo Jian Yong ini, Yoona berperan sebagai Xiahou Qing Yi, love interest dari Zhao Yun. Nantinya ia terlibat cinta segitiga dengan sesama jagoan, yaitu Gao Ze, yang diperankan rekan Yoona sesama artis drama top Korea, Kim Jeong-hoon. Kita tahu Jeong-hoon ngetop berkat peran-perannya di serial Princess Hours, Witch Yoo Hee, dan juga Missing Korea.

Zhao Yun sendiri adalah satu di antara jenderal-jenderal yang mengabdi pada Liu Bei, kaisar Negeri Shu di barat, salah satu dari Tiga Negara selama masa kekacauan di Tiongkok. Dua negara lainnya adalah Cao di area sentral Tiongkok di bawah pimpinan Cao Cao dan Wu di selatan yang dipimpin Sun Quan.

Dynasty Warriors mengandung semua unsur yang kita perlukan dalam sebuah drama kung fu klasik. Ada perburuan senjata pusaka, ada penguasa yang keji, ada balas dendam, ada cinta segitiga, dan tentu saja adegan-adegan perkelahian yang ciamik. Gambar-gambarnya pun berbicara, lengkap dengan simbol-simbol yang membetot mata.

Salah satunya adalah scene ketika Zhao An dan istrinya gugur di tengah taburan bunga. Adegan itu menarik bukan pada satu gambar itu saja, melainkan dari urut-urutan peristiwanya juga. Mengapa jenazah mereka bertabur bunga? Karena sebelumnya, pertarungan antara Zhao An dengan jenderal bertopeng yang memburunya berlangsung di kebun bunga. Dan sambaran pedang pusaka yang digunakannya membuat dahan-dahan pohon bertumbangan dan bunga-bunga berguguran. Awesome!

Kalau ada yang mengganjal, satu saja yang layak disebut, dan itu gejala umum sinetron laga Asia termasuk di Indonesia, yaitu kostum yang terlalu ngejreng. Baju warga biasa seperti Zi Long dan kedua saudaranya masuk akal saja mewah dan bersih, jika memang kenyataannya demikian pada masa itu. Namun setelah menempuh perjalanan menerabas hutan dan di kota tujuan dan pakaian mereka masih tetap bersih, kita jadi berpikir, apa di hutan ada kios laundry?

Sangat beda jika dibandingkan dengan sinetron berlatar Asia namun yang diproduksi AS dan Eropa, semisal Marco Polo di layar Netflix. Kostum di serial itu nampak realistis karena sesuai dengan masanya—penuh warna-warna kusam dan gelap. Padahal Marco dan bosnya, Kubilai Khan, hidup 1.000 tahun sesudah Zhao Yun dan Lu Bu.

Namun gangguan Dynasty Warriors yang paling utama justru bukan datang dari barangnya itu sendiri, melainkan dari aturan penayangan di sini. Gambar blur ketika pedang menempel leher? Adegan tombak Lu Bu menghantam dada penyerang yang di-delete (aku lihat bedanya saat sejam kemudian menonton versi daringnya)? Blur lagi saat dada Zhao An luka ditembus senjata bidik tentara Dong Zhuo? Seriously!?

Rasanya kita harus bikin petisi di change.org mengenai hal ini untuk ditujukan pada KPI. Sensor untuk sex scene (apalagi yang dilakukan secara unsimulated) dan nude scene (apalagi yang full frontal nudity) di sinema yang tayang lewat TV resmi masih bisa dipahami. Tapi kebijakan bikin gambar blur pada banyak hal yang dianggap berbahaya sungguh mulai terasa out of control.

Cleavage, rokok, dan luka mengerikan ikut diblur (padahal kan bukan luka dunia nyata seperti tayangan berita kecelakaan, melainkan luka artifisial hasil rekaan make up artist!). Belakangan senjata juga diblur. Lha kalau nanti ada film tentang kampanye bahaya merokok plus ada adegan kegiatan di pabrik rokok, apa ya kami harus rela duduk 90 menit menghadapi layar kaca yang isinya gambar blur tok!?

Itu membuatku malas nonton lanjutan Dynasty Warriors lewat RTV. Mending nonton daring aja (which is, jelas bajakan!). Bisa lihat utuh dan mendengarkan suara serta bahasa asli yang dilafalkan Yoona.

Sepertinya, senjakala stasiun TV konvensional memang sudah berada di depan mata...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun