Salah satunya adalah scene ketika Zhao An dan istrinya gugur di tengah taburan bunga. Adegan itu menarik bukan pada satu gambar itu saja, melainkan dari urut-urutan peristiwanya juga. Mengapa jenazah mereka bertabur bunga? Karena sebelumnya, pertarungan antara Zhao An dengan jenderal bertopeng yang memburunya berlangsung di kebun bunga. Dan sambaran pedang pusaka yang digunakannya membuat dahan-dahan pohon bertumbangan dan bunga-bunga berguguran. Awesome!
Kalau ada yang mengganjal, satu saja yang layak disebut, dan itu gejala umum sinetron laga Asia termasuk di Indonesia, yaitu kostum yang terlalu ngejreng. Baju warga biasa seperti Zi Long dan kedua saudaranya masuk akal saja mewah dan bersih, jika memang kenyataannya demikian pada masa itu. Namun setelah menempuh perjalanan menerabas hutan dan di kota tujuan dan pakaian mereka masih tetap bersih, kita jadi berpikir, apa di hutan ada kios laundry?
Sangat beda jika dibandingkan dengan sinetron berlatar Asia namun yang diproduksi AS dan Eropa, semisal Marco Polo di layar Netflix. Kostum di serial itu nampak realistis karena sesuai dengan masanya—penuh warna-warna kusam dan gelap. Padahal Marco dan bosnya, Kubilai Khan, hidup 1.000 tahun sesudah Zhao Yun dan Lu Bu.
Namun gangguan Dynasty Warriors yang paling utama justru bukan datang dari barangnya itu sendiri, melainkan dari aturan penayangan di sini. Gambar blur ketika pedang menempel leher? Adegan tombak Lu Bu menghantam dada penyerang yang di-delete (aku lihat bedanya saat sejam kemudian menonton versi daringnya)? Blur lagi saat dada Zhao An luka ditembus senjata bidik tentara Dong Zhuo? Seriously!?
Rasanya kita harus bikin petisi di change.org mengenai hal ini untuk ditujukan pada KPI. Sensor untuk sex scene (apalagi yang dilakukan secara unsimulated) dan nude scene (apalagi yang full frontal nudity) di sinema yang tayang lewat TV resmi masih bisa dipahami. Tapi kebijakan bikin gambar blur pada banyak hal yang dianggap berbahaya sungguh mulai terasa out of control.
Cleavage, rokok, dan luka mengerikan ikut diblur (padahal kan bukan luka dunia nyata seperti tayangan berita kecelakaan, melainkan luka artifisial hasil rekaan make up artist!). Belakangan senjata juga diblur. Lha kalau nanti ada film tentang kampanye bahaya merokok plus ada adegan kegiatan di pabrik rokok, apa ya kami harus rela duduk 90 menit menghadapi layar kaca yang isinya gambar blur tok!?
Itu membuatku malas nonton lanjutan Dynasty Warriors lewat RTV. Mending nonton daring aja (which is, jelas bajakan!). Bisa lihat utuh dan mendengarkan suara serta bahasa asli yang dilafalkan Yoona.
Sepertinya, senjakala stasiun TV konvensional memang sudah berada di depan mata...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H