Arrow (TV Series) |csfd.cz
Anda mengikuti serial Arrow di Warner TV lewat jaringan TV satelit berbayar? Jika iya, maka Anda akan sering melihat kemunculan para karakter dari serial lain, tepatnya The Flash. Barry Allen (Grant Gustin) dan dua konconya, Dr. Caitlin Snow (Danielle Pannabaker) serta Cisco Ramon (Carlos Valdes) muncul membantu Oliver Queen alias Arrow (Stephen Amell), dan demikian pula sebaliknya.
Itulah yang akhir-akhir ini sedang menggejala di dunia persinetronan Hollywood, yaitu apa yang disebut Cinematic Universe. Satu semesta fiktif (fictional universe) yang mencakup banyak karakter dari berbagai judul serial berbeda. Biasanya ditempuh dengan memproduksi judul spinoff (sempalan) dari judul yang populer dan disukai pemirsa.
Ketika Arrow terbukti mampu menggaet angka rating tinggi, dibuatlah sempalannya, yaitu The Flash. Tokoh Barry alias The Flash dimunculkan sebagai bintang tamu di episode ke-8 musim kedua Arrow (The Scientist). Pada periode musim tayang berikutnya (musim gugur 2014 lalu), The Flash muncul sebagai sebuah serial tersendiri dengan Barry sebagai tokoh utama.
Dalam perjalanan ceritanya, musim pertama The Flash saling berkaitan dengan musim ketiga Arrow. Barry dkk. kerap muncul di Starling City membantu Arrow, John Diggle (David Ramsey), dan Arsenal (Colton Haynes). Sebaliknya, Oliver cs. juga tak jarang bersilaturahim ke Central City mendukung aksi-aksi The Flash, Caitlin, Cisco, dan juga Ray Palmer alias The Atom (Brandon Routh).
Formula “saling bertamu” ini terbukti sukses mendongkrak popularitas keduanya. Dan upaya memperpanjang momentum kesuksesan lalu ditempuh oleh produsernya, Greg Berlanti. Januari tahun depan siap muncul Legends of Tomorrow, dengan The Atom sebagai salah satu tokoh utama. Tokoh-tokoh lain dari Arrow dan The Flash akan ikut hadir, seperti White Canary (Caity Lotz), Firestorm (Victor Garber), serta Captain Cold (Wentworth Miller). Semesta fiktif yang berkaitan dengan Arrow kemudian disebut sebagai Arrowverse.
Mereka semua tak lain adalah karakter-karakter superhero dari komik DC. Bukan tak mungkin pada masa depan, tokoh-tokoh garda depan DC Comics seperti Superman dan Batman akan ikut masuk ke dalam semesta fiktif ini (Bruce Wayne/Batman, sebagaimana Arrow, pernah masuk keanggotaan League of Assassins di bawah R’as al Ghul).
Bulan Oktober 2015 ini, semua serial TV prime time di AS serempak memulai penayangan untuk musim 2015-16, termasuk Arrow, yang masuk musim keempat. Setelah disatukan dengan The Flash, musim ini alur cerita yang masuk ke Arrowverse adalah soal superhero dukun Constantine. Tokoh itu, yang diperankan Matthew Ryan di serial Constantine, muncul jadi bintang tamu di episode kelima Arrow (Haunted) yang tayang 4 November mendatang.
Yang unik, Constantine sebenarnya sudah ditamatkan oleh jaringan TV penayangnya, yaitu NBC (Arrow dan The Flash tayang di The CW) tanggal 13 Februari 2015. Gara-gara rating datar setelah 13 episode, Constantine pun lantas di-cancel (istilah Hollywood untuk sinetron yang ditamatkan mendadak) dan tak berlanjut ke musim kedua.
Namun kemudian Berlanti menelurkan ide untuk “menghidupkan” kembali tokoh John Constantine, berhubung yang ini pun anggota superhero komik DC juga. Constantine dimunculkan di Arrowverse dalam kaitannya dengan penggunaan Lazarus Pit, mata air ajaib di markas League of Assassin yang bisa mengembalikan nyawa manusia, untuk menghidupkan Sarah Lance alias White Canary.
Satu kasus unik lain lagi berkaitan dengan semesta fiktif superhero komik DC adalah soal serial Supergirl. Dibintangi Melissa Benoist sebagai Kara Zor-El alias Supergirl, judul satu ini juga diproduseri oleh Berlanti, namun tayang bukan di The CW, melainkan CBS, mulai 26 Oktober 2015 mendatang.
Fans pun heboh mengetahui kemungkinan munculnya Supergirl di Arrowverse membantu Arrow, The Flash, Black Canary, dan The Atom. Sayang NBC belum ada niatan untuk melakukan ini, dan lebih memilih untuk menyimpan dulu Supergirl dalam alur cerita tersendiri, at least sepanjang musim pertama penayangannya.
Geliat semesta fiktif DC muncul sebagai reaksi terhadap Marvel Cinematic Universe (MCU) dari komik Marvel yang sudah lebih dulu ada. Sebagaimana kita tahu, tren ini merupakan hasil tangan dingin produser Joss Whedon.
Berawal dari film-film superhero Marvel yang saling berdiri sendiri (Iron Man, Thor, dan Captain America), muncullah kemudian film The Avengers yang menyatukan ketiga karakter itu lengkap dengan para pemerannya masing-masing (Robert Downey, Jr., Chris Hemsworth, dan Chris Evans, respectively).
MCU kemudian melebar ke layar kaca, diawali oleh serial Marvel’s Agents of S.H.I.E.L.D., dengan tokoh utama Phil Coulson (Clark Gregg), asisten Direktur S.H.I.E.L.D. Nick Fury (Samuel L. Jackson) di film-film Avengers. Keterkaitan serial ini dengan film-film MCU berlanjut, dengan kemunculan tokoh-tokoh dari film, seperti Nick Fury sendiri, Maria Hill (Cobie Smulders), atau Lady Sif (Jamie Alexander) sebagai bintang tamu.
Ekspansi MCU di layar kaca berlanjut dengan kemunculan Marvel’s Agent Carter dan serial web Daredevil melalui TV internet Netflix. Berikutnya bakal muncul tokoh-tokoh superhero Marvel lain seperti Luke Cage, Jessica Jones, dan The Defenders lewat serial masing-masing. Mereka semua berada dalam satu semesta fiktif dan berkemungkinan untuk saling berjumpa pada masa depan.
Trik semesta fiktif ini sudah cukup lama dipraktikkan di Hollywood. Dulu, pada zaman “asas tunggal” TVRI, serial Keluarga Pak Huxtable (The Cosby Show) pernah disempal jadi A Different World, dengan Lisa Bonet (Denise Huxtable) sebagai tokoh utama. Kemudian Beverly Hills 90210 melebar ke Melrose Place, dan para karakter dari kedua serial itu terus saling berseliweran sepanjang masa tayangnya.
Semesta fiktif di mana tokoh-tokoh dari judul beda bisa saling ketemu dan berinteraksi berangkat dari fakta bahwa kita manusia senang bila hal semacam itu terjadi. Jauh di alam bawah sadar, sesungguhnya kita merindukan unity, persatuan. Maka pasti akan terasa seru saat orang-orang dari latar belakang beda-beda bisa saling ketemu, apalagi bila ketemunya positif—saling bantu dan kerja sama.
Rasanya asyik ketika teman kita dari masa SMP bisa kenalan sama teman dari masa kuliah, lalu keduanya jadi akrab dan berbisnis bareng. Juga ketika sepupu dari jalur ayah kenalan dengan sepupu dari jalur ibu, lalu heboh ketika mereka ternyata satu kampus. Dan jejaring sosial terutama Facebook meroket dengan memanfaatkan efek psikologis ini—dari berkumpulnya segala jenis teman dari berbagai latar.
Dan pada tingkat dunia nyata yang paling tinggi, Indonesia sebenarnya adalah potret nyata dari semesta seperti Arrowverse dan MCU itu. Bagaimana banyak tokoh dari “judul film” beda-beda bisa saling ketemu dan bahu-membahu. Yang dari Jawa dan Minahasa kumpul dengan yang dari Batak dan Flores. Dan yang Katolik serta Hindu bisa ketemu dengan yang Islam dan Kristen.
Sesungguhnya, ini tempat yang menyenangkan bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H