Fans pun heboh mengetahui kemungkinan munculnya Supergirl di Arrowverse membantu Arrow, The Flash, Black Canary, dan The Atom. Sayang NBC belum ada niatan untuk melakukan ini, dan lebih memilih untuk menyimpan dulu Supergirl dalam alur cerita tersendiri, at least sepanjang musim pertama penayangannya.
Geliat semesta fiktif DC muncul sebagai reaksi terhadap Marvel Cinematic Universe (MCU) dari komik Marvel yang sudah lebih dulu ada. Sebagaimana kita tahu, tren ini merupakan hasil tangan dingin produser Joss Whedon.
Berawal dari film-film superhero Marvel yang saling berdiri sendiri (Iron Man, Thor, dan Captain America), muncullah kemudian film The Avengers yang menyatukan ketiga karakter itu lengkap dengan para pemerannya masing-masing (Robert Downey, Jr., Chris Hemsworth, dan Chris Evans, respectively).
MCU kemudian melebar ke layar kaca, diawali oleh serial Marvel’s Agents of S.H.I.E.L.D., dengan tokoh utama Phil Coulson (Clark Gregg), asisten Direktur S.H.I.E.L.D. Nick Fury (Samuel L. Jackson) di film-film Avengers. Keterkaitan serial ini dengan film-film MCU berlanjut, dengan kemunculan tokoh-tokoh dari film, seperti Nick Fury sendiri, Maria Hill (Cobie Smulders), atau Lady Sif (Jamie Alexander) sebagai bintang tamu.
Ekspansi MCU di layar kaca berlanjut dengan kemunculan Marvel’s Agent Carter dan serial web Daredevil melalui TV internet Netflix. Berikutnya bakal muncul tokoh-tokoh superhero Marvel lain seperti Luke Cage, Jessica Jones, dan The Defenders lewat serial masing-masing. Mereka semua berada dalam satu semesta fiktif dan berkemungkinan untuk saling berjumpa pada masa depan.
Trik semesta fiktif ini sudah cukup lama dipraktikkan di Hollywood. Dulu, pada zaman “asas tunggal” TVRI, serial Keluarga Pak Huxtable (The Cosby Show) pernah disempal jadi A Different World, dengan Lisa Bonet (Denise Huxtable) sebagai tokoh utama. Kemudian Beverly Hills 90210 melebar ke Melrose Place, dan para karakter dari kedua serial itu terus saling berseliweran sepanjang masa tayangnya.
Semesta fiktif di mana tokoh-tokoh dari judul beda bisa saling ketemu dan berinteraksi berangkat dari fakta bahwa kita manusia senang bila hal semacam itu terjadi. Jauh di alam bawah sadar, sesungguhnya kita merindukan unity, persatuan. Maka pasti akan terasa seru saat orang-orang dari latar belakang beda-beda bisa saling ketemu, apalagi bila ketemunya positif—saling bantu dan kerja sama.
Rasanya asyik ketika teman kita dari masa SMP bisa kenalan sama teman dari masa kuliah, lalu keduanya jadi akrab dan berbisnis bareng. Juga ketika sepupu dari jalur ayah kenalan dengan sepupu dari jalur ibu, lalu heboh ketika mereka ternyata satu kampus. Dan jejaring sosial terutama Facebook meroket dengan memanfaatkan efek psikologis ini—dari berkumpulnya segala jenis teman dari berbagai latar.
Dan pada tingkat dunia nyata yang paling tinggi, Indonesia sebenarnya adalah potret nyata dari semesta seperti Arrowverse dan MCU itu. Bagaimana banyak tokoh dari “judul film” beda-beda bisa saling ketemu dan bahu-membahu. Yang dari Jawa dan Minahasa kumpul dengan yang dari Batak dan Flores. Dan yang Katolik serta Hindu bisa ketemu dengan yang Islam dan Kristen.
Sesungguhnya, ini tempat yang menyenangkan bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H