Mohon tunggu...
Wiwien Wintarto
Wiwien Wintarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis serba ada

Penulis, sejauh ini (2024) telah menerbitkan 46 judul buku, 22 di antaranya adalah novel, terutama di PT Gramedia Pustaka Utama. Buku terbaru "Tangguh: Anak Transmigran jadi Profesor di Amerika", diterbitkan Tatakata Grafika, yang merupakan biografi Peter Suwarno, associate professor di School of International Letters and Cultures di Arizone State University, Amerika Serikat.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Epigon? No Way!

10 Oktober 2015   08:58 Diperbarui: 10 Oktober 2015   09:45 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gairah untuk “nulis yang seperti itu” pasti sudah hilang, dan kita bisa mencari orisinalitasnya sendiri. Lalu akan muncul semangat dan ide-ide baru untuk melanjutkannya namun dengan “rute” yang sama sekali berbeda. Proses ini mirip dengan membaca kembali tulisan yang kita tinggal agak lama saat mengalami writer’s block.

Dengan revisi di sana-sini, cerita yang awalnya sangat plek dengan TDVC, Harry Potter, Arrow, Marvel’s Agents of S.H.I.E.L.D, atau The Hunger Games, akan bisa dibelokkan menjadi sesuatu yang sangat khas bikinan kita sendiri, dan bukan hanya sekadar mengikuti.

 First Reader

Sesudah naskah jadi, dan sebelum dikirim ke penerbit, akan sangat bermanfaat apabila dibaca orang-orang terdekat untuk dimintakan pendapat. Jangan ke pacar yang bermulut manis, tapi pada rekan atau kerabat yang hobi baca dan berpengetahuan luas. Di mata pembaca model begini, adanya suatu unsur pengaruh dari karya lain—bahkan misal sangat samar—pasti akan langsung bisa diketahui.

Lalu proses diskusi yang berbobot akan bisa mencetuskan gagasan-gagasan baru untuk membuat berbagai anasir pengaruh itu bisa dieliminir dengan segera.

Yang patut diingat adalah, buat karya seni termasuk cerita fiksi, orisinalitas harus diletakkan di atas segalanya. Hasilnya tak terlalu buming dulu pun tak apa-apa, yang penting orisinal. Ini mirip anak sekolah yang dilarang nyontek. Nilai ulangan 6,5 namun hasil usaha sendiri jauh lebih bernilai emas daripada angka 10 yang dipuji-puji semua pihak tapi jebul hasil nyontek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun