Sekadar info, fan fiction bukanlah tulisan fiksi dengan menggunakan para personel grup K-pop (dan basically artis bidang apa pun) sebagai tokoh dalam cerita. Definisi asli fanfic adalah cerita “versi fan/penggemar” (hence the name) dari suatu karya sastra yang sudah lebih dulu ada. Maka akan ada cerita “lanjutan” Harry Potter atau Twilight atau The Hobbit yang dibuat para pembaca, bukan oleh pengarang aslinya.
Saat terpengaruh berat pada suatu cerita, daripada membuat cerita-baru-tapi-mirip yang lantas diterbitkan resmi seperti novel di atas, akan lebih bijaksana bila membuat saja fanfic dari cerita itu. Sekaligus sebagai bagian dari trik cara pertama, yaitu untuk sekadar menyalurkan hasrat. Misal Robert Langdon dan Sophie Neveu, sesudah merampungkan kisah dengan Lord Teabing, lantas honeymoon ke Jakarta dan menemukan banyak simbol Freemasonry di sana.
Satu hal terpenting dari fanfic yang harus diketahui adalah, dia ada tidak untuk diterbitkan. Cukup disimpan di hardisk dan dibagikan saja pada lingkungan tertutup. Fanfic sangat bagus dijadikan lahan untuk latihan menulis. Tentu saja jangan keterusan masyuk menjadi penulis fanfic. Kan eman-eman kalau, dari bermain fanfic, teknik nulisnya lama-lama kian bagus. Sesudah bisa nulis, pelajaran berikutnya adalah melahirkan orisinalitas karya.
Penggantian
Cara termudah menghindari kemungkinan tuduhan penjiplakan adalah dengan teknik penggantian. Apa pun yang ada dalam cerita aslinya kita ganti menjadi versi kita sendiri. Bidang temanya, negaranya, kotanya, jabatannya, atribut para tokoh, dan pada akhirnya alur ceritanya secara keseluruhan.
Misal, profesi simbolog diganti jadi pakar mikrobiologi kelautan. Langdon yang cowok diganti dengan cewek. Kewarganegaraan yang AS diganti dengan Jerman (kalau mau pakai tokoh asing; tapi kenapa pula cerita asli made in Indonesia dikasih tokoh utama orang bule? Ntar pasti dibilang minder oleh Presiden Republik Jancukers!).
Teknik-teknik penggantian ini dilakukan dengan bagus oleh ES Ito lewat novel Negara Kelima. Sama-sama thriller konspirasi yang terpengaruh tren TDVC sekitar satu dekade lalu, ia berhasil meliuk pada banyak titik penting untuk menemukan orisinalitasnya sendiri.
Tema konspirasi bidang religi dan politik diganti dengan sejarah masa lalu benua hilang Atlantis yang ternyata berlokasi di Nusantara. Juga bahwa suku Minang (penulisnya adalah warga Minang) ternyata masih keturunan Alexander Agung. Dan tokohnya juga bukan orang asing, melainkan polisi bernama Timur Mangkuto.
Cara Ito menciptakan orisinalitas dengan menampilan nuansa yang khas Indonesia sangat patut dicontoh. Sementara novel-novel lain malah sibuk menghadirkan tempat-tempat di luar negeri yang serba gemerlap dan canteek.
Re-read
Masih ingat dengan naskah secuwil yang kita tulis sekadar untuk menyalurkan hasrat menggebu tadi? Sesudah lewat dan terlupakan agak lama (bisa bertahun-tahun), kita dapat membacanya kembali untuk melihat apa yang kita bisa lakukan terhadapnya. Setelah pikiran kita bersih dari kesan mendalam yang dulu mendorong kita untuk ikut nulis, kita pasti bisa menyimaknya dengan jauh lebih jernih.