Mohon tunggu...
Wiwidodo
Wiwidodo Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Setia kawan dan Loyalitas

Selanjutnya

Tutup

Politik

5 Alasan Kabar Rp 500 Miliar untuk PAN dan PKS adalah Hoaks

14 Agustus 2018   14:34 Diperbarui: 14 Agustus 2018   14:42 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ijtima ulama merekomendasikan capres adalah Prabowo Subianto, dan cawapres silakan pilih antara ustad Abdul Somad atau Ustad Salim Segaf al Jufri. 

Sejak Ijtima ulama dikeluarkan, sejak itu juga pemberitaan di media ramai membahas berbagai prediksi dan spekulasi terkait siapa yang akan dipilih Prabowo sebagai cawapresnya (jika Prabowo memang menghargai Ijtima Ulama).

Tak satu pun berita terkait cawapres versi ijtima ulama yang saya baca, saya cuma ketawa dalam hati dan meyakini seyakin-yakinnya (Haiqul yakin) bahwa tak satupun dari kedua ustad tersebut yang akan dipilih Prabowo sebagai cawapresnya. 

Keyakinan saya terbukti tepat, bukan ustad Abdul Somad atau ustad Salim Segaf al Jufri yang dipilih Prabowo Subianto, tetapi Sandiaga Uno, yang saat dipilih sedang menjabat sebagai wakil gubernur DKI Jakarta.

Keyakinan tersebut bukan karena saya sudah dapat bocoran dari Prabowo, atau dapat bisikan dari malaikat, atau dapat wangsit dari tukang pangsit, tetapi karena saya sudah bisa membaca permainan politik yang sedang dimainkan oleh Prabowo dan partai gerindranya. 

Mereka seolah-olah menghormati ulama dan mempertimbangkan ijtima ulama, seolah-olah mengakomodir cawapres dari mitra koalisi, padahal mah sudah ada nama pasti di kantongnya bahwa Sandiaga Uno yang akan menjadi cawapresnya.

Sebelum hari H pengumuman capres dan cawapres dari koalisi Gerindra, PAN dan PKS, tiba-tiba ada angin puting beliung dari Partai demokrat melalui wasekjen Partai Demokrat Andi Arief yang mengatakan Prabowo sebagai "Jenderal Kardus" yang kurang lebih artinya Jenderal yang gak mau cape mikir, cape kerja, maunya dapat uang cepat dalam kardus, dan kabar bahwa Sandiaga Uno memberikan PAN dan PKS masing-masing Rp 500 miliar supaya mendukung dirinya menjadi cawapres Prabowo Subianto.

Kabar mahar Rp 500 miliar ke PAN dan PKS belum terbukti kebenarannya, tetapi PKS dan PAN yang semula gigih dan ngotot memperjuangkan kadernya agar dipilih sebagai cawapres Jokowi, tiba-tiba melunak dan setuju dengan nama Sandiaga Uno sebagai pilihan Prabowo. 

Bisa dimaklumi jika Demokrat meradang dan kesal, makanya malam itu mereka tidak hadir waktu deklarasi, sederhana saja saya menduga alasannya apa, yaitu "kok PAN dan PKS aja yang dapat, kami mana?" Prabowo dan Sandiaga Uno paham betul akan hal tersebut, dan mereka masih mengadakan pertemuan dengan SBY setelah deklarasi.

Hasilnya besok pagi partai demokrat mengatakan mengusung Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno sebagai capres dan cawapres yang diusung koalisi Gerindra, PKS,PAN dan Partai Demokrat. Melunaknya Demokrat bisa saya duga dan simpulkan secara sederhana, yaitu " Masuk barang itu."   

Prabowo santai saja menanggapi perkataan dirinya sebagai jenderal kardus, ia tidak merasa, karena faktanya ia adalah purnawirawan LetnaN Jenderal, mantan danjen kopasus dan mantan pangkostrad, bukan jenderal kardus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun