Jika ada pertanyaan "Siapa mantan presiden Indonesia yang paling banyak dibully di media sosial?" Maka 1000% jawaban netizen akan kompak menjawab "Ya pak mantan"
Bagi penggiat media sosial (netizen), nickname "pak mantan" sudah pasti tau dimaksudkan ke siapa, tapi bagi yang awam atau rada kurang update (kudet) medsos, mungkin akan timbul pertanyaan lanjutan "Ya siapa pak mantan tersebut", akhirnya netizen harus menjawab lugas, tegas, tidak berputar-putar seperti kebiasaan pak mantan. Maka jawabannya "mantan presiden Indonesia yang paling banyak dibully di media sosial adalah SBY."
Kenapa SBY banyak dibully di media sosial?
Pertanyaan di atas sudah sebulan ini berkecamuk di kepala saya, jadi pening pala awak. Saya baca-baca ulang rekam jejak SBY sebelum, sewaktu dan setelah menjadi presiden, lalu diskusi dengan pengamat politik, hukum, sosial media, komunikasi dan informatika, akhirnya saya mendapat jawaban mengapa SBY banyak dibully di media sosial.
Apapun yang dikatakan SBY selalu dianggap salah, maksud hati mendapatkan simpati atau pujian, yang didapat justru caci maki dan hinaan. Di usia senjanya yang harusnya hidup tenang, nyaman canda-canda dengan cucu tercinta, ini justru hidup tegang, jarang senyum dan canda karena punya ambisi pribadi menjadikan anak tercinta Agus Yudhoyono sebagai gubernur DKI Jakarta, sampai harus menghentikan karir militernya di pangkat Mayor, padahal SBY tahu persis jabatan Gubernur DKI Jakarta cocoknya untuk pangkat mayjen bintang 2 atau letjen bintang 3.
Mimpi SBY di siang bolong sebelum Tuhan memanggilnya adalah melihat anak kesayangan jadi Gubernur DKI Jakarta. Harapannya dengan menjadi gubernur DKI, maka presiden, menteri dan pejabat lainnya di Jakarta akan tunduk dan patuh ke Gubernur, daripada nanti KTP nya dipersulit waktu perpanjangan atau rumah tempat tinggalnya digeser ke lokasi lain dengan alasan pembangunan.
Ini alasan-alasan kenapa SBY sering dibully di media sosial yang nota bene adalah orang-orang yang melek informasi, yang memilih pemimpin berdasarkan track record dan kemampuan, bukan berdasarkan KEGANTENGAN semata. Btw, emang SBY masuk hitungan ganteng yah? Wkwkwk
Apa yang dikatakan SBY beda dengan apa yang dilakukan
dulu sewaktu menjabat presiden sering katakan perang terhadap narkoba, eh ternyata memberikan GRASI ke bandar narkoba CORBY dan OLLA. Dulu bilang katakan tidak pada korupsi, eh kader-kader terbaiknya justru berlomba-lomba memperkaya diri sendiri melalui berbagai korupsi lintas departemen, yang paling fenomenal adalah korupsi di proyek wisma atlet dan hambalang.
SBY senang nepotisme
Sewaktu SBY menjadi presiden, hampir semua sanak saudara SBY berduyun-duyun masuk ke lingkaran pemerintahan dan politik. Mulai dari anak, adik, ipar, sepupu, keponakan sampai tetangga memanfaatkan momentum ini. Aji mumpung istilahnya. Gimana rakyat tidak kesal, mending kalo kinerja sanak saudaranya bagus-bagus. Yang jelas nyata saja, sehabis tanda tangan fakta integritas di kantor demokrat, Ibas bolos rapat paripurna DPR RI tapi tanda tangannya ada. Istilahnya titip absen karena gak mau kehilangan honor sidang paripurna. Karuan saja, perbuatan curang Ibas ini langsung dikecam masyarakat dan memaksa Ibas mundur dari DPR RI periode 2009-2014 dengan alasan fokus urus keluarga. Eh anehnya, udah mundur malah maju lagi untuk periode DPR RI 2014-2019 dan terpilih pula. Aya aya wae, anak dan bapak koq sama aja kelakuan, plin plan dan penuh kebimbangan.
SBY senang rangkap jabatan
Idealnya pejabat pemerintahan melepaskan jabatan-jabatan politik ataupun perusahaan, supaya bisa fokus ke pekerjaannya yang memikul amanah rakyat. Jadi presiden kan bukan main-main, menentukan nasib 200 juta lebih rakyat Indonesia, makanya mesti fokus kerja, fokus kerja dan fokus kerja.
Eh SBY ini malah memberi contoh buruk, ya netizen makin ketawa ngakak liatnya. Ia rangkap 3 jabatan sekaligus, yaitu presiden RI, ketua umum DPP partai demokrat, dan ketua dewan pembina DPP partai demokrat. Ini rekor yang belum ada di manapun, ya ketua umum partai sekaligus ketua dewan pembina, masa pak SBY membina SBY. Kalo ketua umum ada salah (SBY) maka akan ditegur oleh ketua dewan pembina (SBY juga), lieur kan?
Kalo jabatan rangkap presiden dan ketua umum partai sudah banyak. Ini kan bikin ngakak dan bikin netizen jadi makin kreatif dalam melakukan pembullyan.
Cukup 3 saja saya kasih alasan kenapa netizen senang membully SBY, padahal mah ada 10 lebih alasan lainnya, saya cape nulisnya, soalnua nulis di sini kan gratis gak dibayar, jadi yah secukupnya aja yang penting maksud dan tujuan bisa dipahami.
Nah, kita sudah mengetahui alasan-alasan kenapa netizen senang membully SBY, intinya adalah karena SBY sendiri yang memancing minta dibully akibat pernyataan dan tindakannya yang memang kerap bertolak belakang.
SBY lupa bahwa trik seolah-olah dizolimi oleh penguasa seperti tahun 2004 yang sukses mengantarnya sebagai presiden saat ini sudah basi, out of date, udah ga dimakan lagi oleh rakyat yang makin melek informasi.
Tahun 2004 blum ada facebook, twitter, instagram, path dan snapchat, baru adanya frenster dan yahoo messenger. Sehingga informasi telat diketahui dan tidak bisa menyebar cepat (viral) dalam hitungan jam. Sehingga dulu orang percaya saja dikatakan SBY teraniaya, sehingga jatuh simpati. Saat ini informasi tersebar cepat dan valid, maka saat SBY melakukan pencitraan sebagai pihak teraniaya, netizen menanggapinya datar dan sebagian saya dengar malah nyeletuk "Bapak sih waktu jadi pejabat senangnya menganiaya lawan politik, ya rasakan karmanya sekarang."
Btw, sebelum menutup tulisan yang agak panjang ini, saya mau ajak rekan-rekan netizen agar stop bully SBY di media sosial, lebih baik media sosial kita isi dengan hal-hal positif lainnya misal kegiatan lomba-lomba, bakti sosial, santunan ke kaum dhuafa. Jika SBY melakukan konpers lagi, diemin aja gak usah ditanggapi, gak udah dishare, gak usah diberitakan, gak usah dibully lagi, buang-buang energi kita aja, anggap aja SBY lagi ngigau, jadi biarkan saja ia menikmati igauannya.
Kata orang tua bijak "didiemin dan dianggap gak ada, lebih sakit daripada dimarahin dengan kata-kata." Itu...
Cempaka Putih, 3 februari 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H