SBY senang rangkap jabatan
Idealnya pejabat pemerintahan melepaskan jabatan-jabatan politik ataupun perusahaan, supaya bisa fokus ke pekerjaannya yang memikul amanah rakyat. Jadi presiden kan bukan main-main, menentukan nasib 200 juta lebih rakyat Indonesia, makanya mesti fokus kerja, fokus kerja dan fokus kerja.
Eh SBY ini malah memberi contoh buruk, ya netizen makin ketawa ngakak liatnya. Ia rangkap 3 jabatan sekaligus, yaitu presiden RI, ketua umum DPP partai demokrat, dan ketua dewan pembina DPP partai demokrat. Ini rekor yang belum ada di manapun, ya ketua umum partai sekaligus ketua dewan pembina, masa pak SBY membina SBY. Kalo ketua umum ada salah (SBY) maka akan ditegur oleh ketua dewan pembina (SBY juga), lieur kan?
Kalo jabatan rangkap presiden dan ketua umum partai sudah banyak. Ini kan bikin ngakak dan bikin netizen jadi makin kreatif dalam melakukan pembullyan.
Cukup 3 saja saya kasih alasan kenapa netizen senang membully SBY, padahal mah ada 10 lebih alasan lainnya, saya cape nulisnya, soalnua nulis di sini kan gratis gak dibayar, jadi yah secukupnya aja yang penting maksud dan tujuan bisa dipahami.
Nah, kita sudah mengetahui alasan-alasan kenapa netizen senang membully SBY, intinya adalah karena SBY sendiri yang memancing minta dibully akibat pernyataan dan tindakannya yang memang kerap bertolak belakang.
SBY lupa bahwa trik seolah-olah dizolimi oleh penguasa seperti tahun 2004 yang sukses mengantarnya sebagai presiden saat ini sudah basi, out of date, udah ga dimakan lagi oleh rakyat yang makin melek informasi.
Tahun 2004 blum ada facebook, twitter, instagram, path dan snapchat, baru adanya frenster dan yahoo messenger. Sehingga informasi telat diketahui dan tidak bisa menyebar cepat (viral) dalam hitungan jam. Sehingga dulu orang percaya saja dikatakan SBY teraniaya, sehingga jatuh simpati. Saat ini informasi tersebar cepat dan valid, maka saat SBY melakukan pencitraan sebagai pihak teraniaya, netizen menanggapinya datar dan sebagian saya dengar malah nyeletuk "Bapak sih waktu jadi pejabat senangnya menganiaya lawan politik, ya rasakan karmanya sekarang."
Btw, sebelum menutup tulisan yang agak panjang ini, saya mau ajak rekan-rekan netizen agar stop bully SBY di media sosial, lebih baik media sosial kita isi dengan hal-hal positif lainnya misal kegiatan lomba-lomba, bakti sosial, santunan ke kaum dhuafa. Jika SBY melakukan konpers lagi, diemin aja gak usah ditanggapi, gak udah dishare, gak usah diberitakan, gak usah dibully lagi, buang-buang energi kita aja, anggap aja SBY lagi ngigau, jadi biarkan saja ia menikmati igauannya.
Kata orang tua bijak "didiemin dan dianggap gak ada, lebih sakit daripada dimarahin dengan kata-kata." Itu...
Cempaka Putih, 3 februari 2017