"Untuk mengembangkan Komunitas Belajar penting membangun suasana belajar yang nyaman. Saya membahas materi kurikulum Merdeka dan berbagi praktik baik di Warung Mujair Nyat-nyat." kata Bu Aniek Ferdiantini Kepala Sekolah Penggerak Sedana Kerta
Kurikulum Merdeka sebagai Langkah Kementerian untuk memberikan wadah guru belajar, mengembangkan pembelajaran dengan mengembalikan kepada kodrat alam dan jamannya menyisakan pengalaman-pengalaman yang berkesan bagi guru dan kepala sekolah.
Pengalaman mengembangkan komunitas sebagai wadah diskusi para guru tidak selamanya dapat berjalan dengan mulus. Terkadang terdapat tantangan hingga komunitas belajar tersebut menjadi komunitas belajar yang berdampak baik bagi siswa, gurunya bahkan untuk pendidik lain.
Sesuai Surat Edaran Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 4263/B/HK.04.01/2023 tentang Optimalisasi Komunitas Belajar, Setiap satuan pendidikan harus memiliki komunitas belajar dalam sekolah yang berpusat pada pembelajaran murid. Satuan pendidikan perlu melakukan belajar bersama di dalam komunitas belajar antar sekolah yang berfokus pada pembelajaran murid. Komunitas belajar dalam dan antar sekolah dapat berbagi praktik baik melalui webinar pada tautan yang tersedia dalam Platform Merdeka Mengajar (PMM). Artinya komunitas belajar yang terbentuk di sekolah wajib mengembangkan pembelajaran yang layak kepada siswa untuk belajar. Sehingga konteksnya guru berdiskusi untuk merencanakan secara Bersama-sama pembelajaran yang sesuai dengan konsep kurikulum Merdeka sebagai satu bagian dari Kebijakan Kemendikbudristek dalam Merdeka Belajar Episode ke-15.
Dalam Panduan Optimalisasi Komunitas Belajar Kemendikbudristek menyatakan Komunitas Belajar adalah Sekelompok Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) yang belajar bersama dan berkolaborasi secara berkelanjutan dengan tujuan yang jelas dan terukur untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar murid. Dalam perkembangannya di lapangan komunitas belajar seringkali berkaitan dengan dilema etika dan bujukan moral yang sering dihadapi Kepala Sekolah sebagai Pemimpin pada satuan Pendidikan.
Seperti yang dikatakan oleh Dewa Ayu Dwi Destri Antari, Kepala Sekolah SD N 2 Bedulu yang baru setahun menjabat sebagai Kepala Sekolah beliau menganalisis ke dalam keuntungan dan kerugian berikut hambatan yang tentunya akan muncul karena rata-rata guru di sekolah tersebut jarak antara tempat tugas dengan rumah yang lumayan jauh sehingga untuk mengembangkan suatu komunitas memiliki tantangan tersendiri apalagi guru-guru juga memiliki tanggung jawab sebagai orang tua yang tidak mungkin mereka tinggalkan. Sehingga Solusi yang ditawarkan adalah mengembangkan komunitas belajar di hari sabtu dengan memaksimalkan narasumber yang kompeten untuk belajar hal-hal substansial.
Dewa Ayu juga mengatakan berkolaborasi untuk memutuskan suatu Keputusan dilakukan secara musyawarah. Beliau berpendapat bahwa pengambilan Keputusan penting untuk dibicarakan bersama agar Komunitas Belajar ini berjalan secara berkelanjutan dan bermanfaat tidak hanya pada kepala sekolah namun juga untuk guru yang berada di dalamnya. Sehingga komunitas belajar yang terbentuk memang sejatinya ramah guru agar tidak membebani.
Beda lagi dengan pendapat Ibu Aniek Ferdiantini sebagai Kepala Sekolah SD N 6 Singakerta (Sedana Kerta) yang mengalami struggling kepemimpinan di awalnya menjabat sebagai kepala sekolah termuda. Beliau mengatakan banyak sekali hambatan dan dilema etika serta bujukan moral yang muncul kala itu. Sehingga beliau memang benar-benar berjuang agar Komunitas Belajar yang dikembangkan dapat menjadi manfaat bagi siswa karena muaranya adalah peserta didik.
Sedana Kerta mengawali dengan mendaftar sebagai Sekolah Penggerak dan berhasil mengubah mindset guru-guru pada kurikulum Merdeka. Dengan berbekal pengetahuan pada Program Sekolah Penggerak, Ibu Aniek sebagai penggagas Komunitas Belajar "Carik (Saniscara Berbagi Praktik Baik) mulai memaksimalkan pertemuan-pertemuan rutin yang diadakan setiap hari sabtu. Pada komunitas belajar tersebut dibahas masalah-masalah yang timbul di sekolah termasuk sampah, disiplin guru, bahkan perpustakaan yang kini sudah dipergunakan sesuai peruntukannya.
Komunitas Belajar ini dilakukan dengan variatif baik dari pemateri yang berasal dari guru-guru Sedana Kerta, terkadang juga dilakukan dengan memaksimalkan komunitas belajar antar sekolah dan seringkali mengundang pemateri dari luar diantaranya Co-Kapten, Pengawas bahkan Guru Penggerak. Ada cerita unik pada pertemuan Komunitas Belajar ini, "Kami pernah melakukan pertemuan di Warung Mujair Nyat-nyat membahas PMM (Platform Merdeka Mengajar doc.) Karena saya meyakini jika komunitas belajar itu dibuat ramah guru akan tercipta komunikasi yang baik antar sesama guru untuk berdiskusi, mencari solusi dan belajar bersama" pungkasnya.
Penting pula mengembangkan kolaborasi antar sesama guru agar tercipta keyakinan. Beliau mengungkapkan menjadi seorang pemimpin tidak boleh cuek, perlu kepedulian tinggi agar program berjalan sesuai rencana di awal.
Komunitas belajar berperan untuk memfasilitasi belajar bersama dan berbagi praktik baik, Memfasilitasi diskusi untuk memecahkan masalah/tantangan belajar murid dengan siklus inkuiri yaitu refleksi, perencanaan, penerapan, dan evaluasi (Kemdikbudristek, 2023). Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan adalah PMM, Webinar, Website serta Sumber belajar yang lain seperti yang dilakukan oleh Kepala Sekolah SD N 2 Pupuan, Kadek Ardyawan Putra Bersama Komunitas Belajarnya Bernama "Perean- Pembiasaan Ruang Edukasi Anak Negeri". Yang mana tujuan dari komunitas belajar ini agar guru-guru menjadi cakap dalam penggunaan Teknologi. Pembiasaan yang dimaksudkan bertujuan untuk membuat guru keluar dari zona nyaman agar bersama-sama belajar dalam komunitas. Seiringnya waktu berjalan dengan sistem baru di Kementerian Pendidikan dipandang perlu memaksimalkan teknologi terkait dengan Pendidikan yang mengembalikan konsep kodrat zaman di Abad 21 ini. Sejauh ini beliau mengatakan dalam Komunitas Belajar yang berjalan ditelaah dari segi dilema etika dan bujukan moral tentu ada karena guru-guru belum memahami maksud dan tujuan dari komunitas belajar ini.
Penggagas Komunitas Belajar Perean mengatakan penting adanya Pemimpin atau Ketua pada komunitas sebagai motor penggerak terjadinya Komunitas Belajar yang memberikan dampak bagi komunitas sehingga dalam hal ini Pak Kadek di awal masih memaksimalkan dirinya sebagai Pemimpin dalam mengelola Komunitasnya. Beliau berpendapat dengan adanya Pengelolaan Kinerja dirinya sebagai Kepala Sekolah merasa terbantu. Guru-guru sudah siap dengan aksi nyata yang mereka akan tampilkan dengan dibarengi dengan menyusun Rencana Hasil Kerja (RHK) yang mereka diskusikan dalam komunitas. Walaupun dalam dilemanya guru-guru masih memiliki pembenaran-pembenaran sehingga penting untuk menjalin komunikasi agar pelan-pelan guru keluar dari zona nyamannya. Dengan adanya program seperti sekarang ini dari pengelolaan kinerja ternyata berefek juga pada mereka karena guru-guru dapat konsisten dalam komunitas belajarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H