Mohon tunggu...
Witri Nailil Marom
Witri Nailil Marom Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang santri

Perempuan yang cita-citanya jadi hamba Allah dan Ibu Rumah Tangga yang baik :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ah, Semua Orang Memang Gila

26 Juli 2024   08:10 Diperbarui: 26 Juli 2024   08:13 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku melanglang seorang diri. Mencari ketenangan di negeri yang korupsinya tak kunjung berhenti ini. Mencari cinta di tempat yang bahkan orang-orangnya tak mempercayai keberadannya. Aku bertanya dimana lelaki itu sekarang, tapi tiada satupun yang mengenalnya. Semua orang sibuk dengan keriwehan pesta hari itu. Tak ada yang bersedih. Semua orang seperti telah meninggalkan bebannya di rumah sebelum datang ke sini. Meninggalkan berita-berita kekacauan dunia.  

Aku ... mencari, Ibu ... saat begini, biasanya beliau akan sediakan teh hangat dan berkeping-keping roti kelapa. Bu .. maaf, aku sudah terlalu jauh pergi. Aku tersenyum, ingatan masa kecilku masih lekat dalam kepala. Aku tertawa kecil, dulu Ibuku selalu mengatakan bahwa kelak ketika aku dewasa aku harus jadi orang sukses. Punya banyak uang biar bisa beli banyak manisan. Aku ingat hangat tubuhnya, aku merindukan itu. Ah, aku menangis lagi dan lagi.

Aku terduduk. Di atas batu tumpul di pinggiran taman. Masih di antara keramaian orang-orang menonton konser. Sekarang apa yang terjadi padaku tak lagi dapat aku mengerti. Gerak tubuhku dan segala apa yang ku pikirkan tak lagi menjadi kehendakku sepenuhnya. aku seperti balon helium, yang bergerak mengikut angin saja tanpa tau arah. Yang aku tau, orang-orang pun juga sama. Mereka tak lagi menjadi diri mereka sendiri. Lihatlah, sudah hampir setengah hari orang-orang tak punya lelah untuk berhenti mengekor artis-artis itu. Disertai jerit-jerit yang normalnya mungkin akan merusak pita suara.  

Hasil suara sudah keluar. Seperti dugaanku, pasti dia yang terpilih. Sebagian besar yang hadir di pesta ulang tahun itu adalah pendukungnya. Mereka bersorak dan menyalakan petasan di siang bolong seperti ini. Aku memicingkan mata, memandang mereka satu per satu. Pakaian dinas yang rapi, kataku pelan.  

Terlihat beberapa orang mengamuk atas hasil suara itu. Mereka membanting kursi dan membuang-buang apa yang bisa mereka raih. Aku tersenyum membayangkan akan punya banyak teman elit nantinya. Mengapa orang-orang pada gila jabatan? Aku bertanya pada diri sendiri. Karena mereka tidak punya cinta, ku jawab.

(Ah klise, kamu punya cinta tapi kamu juga tetap gila)

"Fi .." tangan lembut seseorang memegang pundakku.

Aku bertanya siapa dia. Tapi dia hanya tersenyum manis. "Masa lupa sama aku", jawabnya. Aku sebal pertanyaanku dibalas dengan tanya balik. Aku mengamati raut wajahnya dan ah ya benar, dia sahabatku, yang selama ini sabar mendengarkan segala ceritaku dan keluh kesahku tentang dunia dan negeri yang masih sakit ini. Aku selalu suka seragamnya yang putih bersih itu. Kemudian dia mengajakku kembali, saatnya makan dan minum obat, pintanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun