Seseorang menghampirimu, dengan catatan semacam bon belanja besar di tangannya. "Biaya rumah sakit suami Ibu sudah ditanggung semua." Jelasnya singkat. Kamu bersyukur. Lega. Karena jujur, kekasihmu tak memiliki tabungan lebih kecuali hanya untuk membayar rumah sewaan di pinggir kota. Namun, jujur kamu juga sangsi akan hal itu. Kamu tau bahwa orang seperti suamimu musuhnya adalah pejabat dan orang kaya kapitalis. Teman mana yang melunasi segala biaya administrasinya? Kalau teman-temannya saja juga sedang berjuang dalam takdir yang sama. Â
Sebelum pergi, seseorang itu menarik ujung bibirnya, tersenyum lalu menambahkan. "Kami sudah mendapatkan sidik jari suamimu untuk perjanjian menyerah itu, dan hasil pemilu sudah diputuskan." Kamu menjerit. Tapi tak lagi ada guna.Â
Bipppppppppppp .... (Dan bersamaan dengan itu, elektrokardiogram kekasihmu itu mencicit pasrah seperti tikus tergencet ban truk di jalanan.)Â
....
(Ingat, ini hanya cerita fiksi. Semoga ...)
WIT. Di bawah langit keadilan 'Tuhan'.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI