Mohon tunggu...
Witri Nailil Marom
Witri Nailil Marom Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang santri

Perempuan yang cita-citanya jadi hamba Allah dan Ibu Rumah Tangga yang baik :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Potong Rambut Demokrasi"

10 Juni 2024   18:39 Diperbarui: 10 Juni 2024   19:17 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seseorang menghampirimu, dengan catatan semacam bon belanja besar di tangannya. "Biaya rumah sakit suami Ibu sudah ditanggung semua." Jelasnya singkat. Kamu bersyukur. Lega. Karena jujur, kekasihmu tak memiliki tabungan lebih kecuali hanya untuk membayar rumah sewaan di pinggir kota. Namun, jujur kamu juga sangsi akan hal itu. Kamu tau bahwa orang seperti suamimu musuhnya adalah pejabat dan orang kaya kapitalis. Teman mana yang melunasi segala biaya administrasinya? Kalau teman-temannya saja juga sedang berjuang dalam takdir yang sama.  

Sebelum pergi, seseorang itu menarik ujung bibirnya, tersenyum lalu menambahkan. "Kami sudah mendapatkan sidik jari suamimu untuk perjanjian menyerah itu, dan hasil pemilu sudah diputuskan." Kamu menjerit. Tapi tak lagi ada guna. 

Bipppppppppppp .... (Dan bersamaan dengan itu, elektrokardiogram kekasihmu itu mencicit pasrah seperti tikus tergencet ban truk di jalanan.) 

....

(Ingat, ini hanya cerita fiksi. Semoga ...)

WIT. Di bawah langit keadilan 'Tuhan'. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun