Mohon tunggu...
nash
nash Mohon Tunggu... Lainnya - jobseeker

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Terjebak dalam 'Toxic Productivity', Bagaimana Cara Keluar dari Lingkupnya?

5 Juli 2024   13:46 Diperbarui: 5 Juli 2024   14:09 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Freepik/wayhomestudio

Mungkin banyak di antara kamu yang sudah nggak asing lagi dengan istilah toxic productivity. Merasa sibuk dan multitasking, tapi sebenarnya justru terjebak dalam lingkup produktivitas yang 'beracun'. Tetap produktif itu sebenarnya boleh-boleh saja, asalkan jangan sampai terjebak dalam toxic productivity, Bestie....

Secara umum, toxic productivity menggambarkan suatu kondisi di mana seseorang mendorong diri mereka terlalu keras untuk bekerja dengan ekstrem untuk mencapai kesuksesan, tanpa mempedulikan kesehatan fisik, emosional, dan mental. Bukan hanya berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental, tetapi juga terhadap hubungan sosial.

Mengutip dari laman Forbes, seseorang yang terlibat dalam produktivitas beracun ini akan merasa tertekan untuk terus-menerus produktif dan sibuk. Bahkan, mereka akan merasa bersalah ketika beristirahat atau nggak melakukan apa pun.

Seseorang yang terjebak dalam toxic productivity ditandai dengan sikapnya yang terlalu berkomitmen pada pekerjaan, mengutamakan kuantitas daripada kualitas, sulit melepaskan diri, dan terlalu mengandalkan kemauan keras untuk menyelesaikan tugas.

Seiring berjalannya waktu, tanda-tanda tersebut akan merugikan fisik dan kesehatan mental. Seperti kelelahan, kecemasan, depresi, dan mungkin beberapa penyakit serius mulai muncul karena terjebak toxic productivity.

Toxic productivity dengan mengabaikan sejumlah tanda-tanda kelelahan dan stres dapat mengarah ke burnout. Di mana, burnout berkepanjangan dapat menyebabkan kecemasan atau depresi jika tidak segera ditangani.

Bukan hanya mengganggu kesehatan mental, burnout juga dapat menyebabkan penurunan kerja hingga kehilangan minat dalam pekerjaan. Akan jadi sia-sia nggak sih usaha dan kerjamu selama ini karena burnout yang disebabkan oleh toxic productivity?

Nah, biar nggak sia-sia dan belum terlambat juga, yuk coba keluar dari lingkup toxic productivity! Berikut beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk keluar dari jebakan produktivitas yang beracun seperti dikutip dari berbagai sumber, Kamis (4/7/2024).

1. Jangan terlalu keras pada diri sendiri

Sibuk banget, sebenarnya apa sih yang dikejar? Nggak apa-apa kok untuk menunda sesuatu, toh nggak semuanya harus selesai sekarang, kan? Ambil napas sejenak, yuk tinggalin dulu, lepasin dulu tuh kerjaannya....

Nggak ada yang bisa berjalan dengan lancar kalau kamu nggak mengutamakan diri sendiri. Hindari terjebak dalam siklus beracun dalam upaya untuk tetap produktif di setiap waktu. Beri diri kamu sedikit kelonggaran dan berhenti memberikan begitu banyak tekanan ke dirimu sendiri. Jangan terlalu keras pada diri sendiri. Ingat, sehat mahal!

2. Komitmen, untuk tetap istirahat

Niat adalah segalanya. Jadi, buatlah komitmen untuk memberi diri kamu waktu untuk beristirahat dari kegiatan produktif. Mungkin awalnya terasa nggak nyaman dan kamu mungkin merasakan dorongan untuk menjadi produktif di waktu senggang.
Untuk kasus produktivitas yang parah, mungkin diperlukan perbaikan diri yang radikal. Namun, jika kamu mau berkomitmen untuk memberi diri waktu senggang dan beristirahat, kamu akan berhasil seiring berjalannya waktu.

3. Pertimbangkan kembali arti kesuksesan

Luangkan waktu sejenak untuk duduk dan pikirkan apa yang kamu inginkan dari hidup-mu. Tuliskan daftar tujuan hidup dan tanyakan pada diri sendiri apakah itu tujuanmu yang sebenarnya, dan bukan paksaan dari mana pun. Mungkin, kamu akan menemukan bahwa apa yang  dilakukan sama sekali bukan gairahmu.

4. Cari hobi lain!

Melakukan sesuatu yang tidak memiliki tujuan lain selain kesenangan mengingatkan kita betapa pentingnya kebahagiaan kita. "Karena itu menyenangkan" adalah alasan yang tepat untuk melakukan sesuatu.

 Luangkan waktu untuk melakukan hobi yang tidak terkait dengan kewajibanmu. Ada banyak hobi yang bisa kamu lakukan seperti merajut, memasak, atau bahkan melakukan aktivitas olahraga yang bisa saja menjadi hobi barumu saat ini.

5. Belajar untuk mengatakan "tidak"

Mengatakan tidak itu memang sulit. Sebuah studi tahun 2020 dari NLM membuktikan bahwa banyak mahasiswa dan profesional muda kesulitan menolak pekerjaan. Akibatnya, mereka akhirnya mengerjakan terlalu banyak tugas.

Berlatihlah untuk mengatakan "tidak" yang tegas. Jangan membebani diri sendiri dengan permintaan atau ekspektasi orang lain. Kamu juga berhak kok menolak apa yang mereka minta, apa yang mereka ekspektasikan dari dirimu.

Semoga bermanfaat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun