Sopir taksi yang baru mengantar Ramon dan Arni tak segera beranjak pergi. Ia tak habis pikir melihat fakta tentang kedua penumpangnya. Ia menebak-nebak bahwa pasangan itu adalah pasangan suami-istri kaya raya yang hendak berlibur ke Kepulauan Seribu. Tapi mengapa terburu-buru? Bukankah mobil yang tadi ditumpanginya bisa mengantar langsung ke dermaga itu? Tapi kalau orang kaya, kenapa pula mobil yang ditumpanginya tadi butut?
Sopir itu segera menepis bayangannya. Ia tersenyum meninggalkan Marina Ancol dengan uang Rp 200.000 di kantung hanya untuk sebuah jarak tak sampai 1 kilometer.
***
Tanpa Ramon dan Arni, jantung Bruno tak lagi berpacu kencang. Namun sebaliknya, ia mulai merasakan lelah dan mengantuk. Ia tak mungkin melanjutkan perjalanan pulang dengan kondisi seperti itu.
Selain ngantuk, ia juga kebelet buang hajat. Dari tadi ia terpaksa menahan keinginan itu karena tak mungkin melakukannya saat genting. Masak sedang dikejar-kejar penjahat minta break untuk ke toilet. Nggak lucu, bukan?
"Emang adegan film apa?," bisik Bruno dalam hati, sambil tersenyum sendiri.
Saat mengetahui ada tulisan toilet di Samudra Atlantik, Bruno langsung masuk ke areal parkir. Dengan sedikit terburu-buru ia keluar dari mobil dan berlari menuju toilet. Ah, betapa leganya perasaan Bruno. Ia seperti baru terbebas dari himpitan benda satu ton yang sedari tadi membebaninya.
Masih di dalam WC yang terkunci, Bruno meraih celana dan mengambil uang pemberian Ramon di salah satu sakunya. Ia lalu menghitungnya jumlah lembaran uang Rp 100.000 pemberian Ramon. Ternyata lebih banyak dari jumlah yang disepakati.
"Alhamdulillah, Lebaran tahun ini terasa indah," kata Bruno pelan.
Dengan uang itu, ia membayangkan akan bikin kejutan buat istrinya. Ia akan membelikan kalung emas yang sejak menikah baru dijanjikannya. Ia juga akan membawa baju baru plus mainan untuk anak semata wayangnya. Indahnya hidup ini saat punya banyak uang. Bruno senyum-senyum sendiri.
Setelah puas, ia pun keluar dari WC. Namun betapa terkejutnya Bruno saat menyaksikan dua orang pria sudah berdiri di hadapannya. Keduanya langsung menyergap Bruno, satu diantaranya menodongkan sebuah pistol ke arah muka Bruno sambil mengancam: jangan berteriak jika masih ingin hidup!