Menurut Jamila, Jaka sebenarnya sudah tahu jika Ramon pergi ke Sidoarjo, tempat Ustadz Mahfudz. Kabarnya Jaka sempat cemburu mengetahui hal itu. Namun entah mengapa ia kurang berani menghadapi Ustadz Mahfudz.
Konon, Jaka gemetar saat hendak memasuki wilayah tempat tinggal Ustadz Mahfudz. Entar benar atau tidak cerita itu, Ramon dan Jamila tak kuat menahan tawa mendengarnya.
"Berarti Jaka mengakui bahwa ia memang iblis. Atau jangan-jangan ia iblis yang menjelma sebagai seorang Jaka. Iblis kan takutnya hanya sama Tuhan. Takut sama manusia yang dilindungi Allah..."
"Ya bener...bener! Hanya Tuhan yang ditakuti iblis seperti Jaka. Hahaha...Hahaha...."
Jamila mengaku juga sempat memperoleh perlakuan serupa dari Jaka. Sebagai istri, bertahun-tahun Jamila tak pernah lagi memperoleh nafkah batin dari Jaka. Tapi saat ia dekat dengan seorang pria, Jaka langsung cemburu dan membuat pria itu mundur menjauhinya.
Perasaan senasib membuat keduanya kian dekat. Saat nyawa Ramon terancam, Jamila berusaha menyelamatkannya sebisa mungkin.
Kebetulan Jamila punya mata-mata di lingkaran kekuasaan Jaka. Jadi info gerak-gerik suaminya bisa terpantau dengan lancar.
***
Dering telepon berbunyi. Jamila meneleponnya.
"Syukurlah nomormu belum ganti. Sori aku meneleponmu karena penting." Jamila mengatakan tujuannya menelepon Ramon.
"Aku yang minta dipersori. Baru saja kami ketiduran. Jadi belum sempat mengganti nomornya. Lagipula aku memang menunggu perkembangan info dari kamu."