Mohon tunggu...
Biso Rumongso
Biso Rumongso Mohon Tunggu... Jurnalis - Orang Biyasa

Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan diingat 📝📝📝

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

PSK Galau di Bulan Penuh Rahmat (12)

3 Agustus 2012   20:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:16 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Telepon pun ditutup. Pembicaraan berakhir. Rasa sesal dan khawatir bercambur jadi satu di hati Ramon.

***

Begitu Arni muncul, Ramon segera menghambur dan memeluknya dengan perasaan sukacita. Ia memeluk Arni seolah memeluk istri yang sudah lama tak dijumpainya.

Sebelum mengajak Arni untuk diperkenalkan dengan Ustadz Mahfudz, Ramon terlibat pembicaraan dengan sopir mobil carteran yang mengantar Arni.

Ramon menawari untuk mengantarnya ke Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Tadinya sang sopir menolak karena terlalu jauh dan ia belum minta izin sama istri di rumah. Namun ketika disodori ongkos yang besar dan dijanjikan dibelikan pakaian pengganti, sopir itu segera mengiyakan.

Arni sendiri bengong mendengarkan pembicaraan Ramon dengan si sopir. Ia tadinya membayangkan akan bisa istirahat sambil melepas kangen dengan Ramon di Sidoarjo. Ia juga sempat membayangkan duduk di sebelah Ramon mengucapkan ikrar janji dalam sebuah pernikahan siri.

“Kita nggak punya banyak waktu sayang. Kita harus tancap ke Jakarta. Kita akan terbang ke tempat aman,” ujar Ramon kepada Arni yang masih bengong.

Lalu Ramon memperkenalkannya Arni kepada Ustadz Mahfudz. Sang ustadz bersama istrinya, menerima Arni dengan ramah. Mereka terlibat basa-basi sebentar. Setelah itu Ramon pamit akan langsung membawa Arni ke Jakarta. Lalu terbang ke sebuah tempat yang mudah-mudahan tak bisa dilacak.

Ustadz Mahfudz terkejut dan sempat mencegahnya. Namun tampaknya percuma. Ia hanya bisa mengiringi doa agar dua manusia yang sudah bertaubat itu diberi keselamatan Allah subhanahu wa ta’ala.

Insya Allah suatu hari saya akan kemari lagi Ustadz. Bersama calon istri saya ini.”

Air mata tampak menetes di pipi istri Ustadz Mahfudz saat mengantar kepergian Ramon dan Arni. Sebagai wanita ia punya firasat bahwa perjalanan pasangan itu tak akan mudah. (bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun