Dengan reaksi spontan, Ramon membuang muka hingga mulut Jaka menabrak telinganya. "Ini kan bulan puasa cak. Dosa!"
Jaka menjauhi wajah Ramon. Ia seolah kena hawa panas begitu Ramon menyebut bulan suci umat Islam itu. Selama ini Jaka memang tak pernah menjalani puasa. Jaka bahkan tak jelas agamanya. Ia mabuk kenikmatan dunia.
"Ah, sok alim kamu, say" teriaknya.
Lalu Jaka mendekat lagi dan kembali merayunya. "Ini kan kamu juga yang bikin. Coba sayangku tak kabur, cacak tak harus memendam rindu sekian lama. Kamu kan kabur sebelum puasa."
Ketika Ramon tetap menolaknya, Jaka terpaksa mengeluarkan ancaman serius. "Kamu ingin yang halus atau yang kasar sih sayang. Kamu mau Gofar yang melakukannya."
Mendengar nama Gofar hati Ramon jadi ciut. Manusia itu seperti robot berhati iblis. Ia akan melakukan apa saja yang diperintahkan Jaka.
Ia pernah memperkosa Ramon dengan cara sangat keji atas suruhan Jaka. Bayangin pria kasar memperkosa sesame pria. Ramon tak mau mengulanginya lagi.
Maka ia pun akhirnya menuruti permintaan Jaka. Ramon meneteskan air mata tatkala disuruh membungkuk setelah melepas celanannya. Ia merasa sedang melakukan perbuatan sangat nista dan takkan pernah dimaafkan Alloh, Sang Maha Pencipta.
Namun sebelum melepas celana, Jaka tiba-tiba tergesa menerima telepon penting dari seseorang. Ramon menduga orang yang menelepon Jaka adalah orang punya pengaruh besar karena pria sadis itu segera mengangkatnya.
Jaka tampak mengangguk-angguk dan sesekali bilang siap kepada seseorang di seberang telepon tersebut.
Tanpa mempedulikan Ramon yang masih tertegun, Jaka kemudian keluar sambil memanggil Gofar untuk menemaninya pergi. Ramon kini dijaga hanya seorang pria kepercayaan Jaka.