Setelah besar bakat dari ayah-ibunya tercampur menjadi satu. Jaka menjelma menjadi pebisnis sekaligus preman yang menguasai masalah hukum.
Memang itu tak diraihnya secara instan. Saat mahasiswa dia sudah berjualan barang-barang black market selain menjadi aktivis kampus. Ia sering menjadi otak tawuran antar fakultas yang biasa menyertai pekan olahraga kampus. Menjelang lulus kuliah, Jaka sempat magang di sebuah kantor lembaga bantuan hukum.
Memasuki dunia kerja sesungguhnya, Jaka tergoda memperoleh uang cepat dan menjadi makelar kasus. Pergaulan dengan banyak pengacara hitam dan penegak hukum korup memunculkan kembali jiwa kepremanannya.
Salah satu bisnisnya paling berkembang adalah memasok PSK untuk kalangan pejabat dan penegak hukum seperti di atas. Pasokan itu sebagian diambil dari jaringan bisnis salon yang dimilikinya. Memang tak semua salon identik dengan pemasok PSK, namun Jaka memanfaatkannya kearah itu.
Dengan kekuasaan dan penampilan yang tajir, tak sulit bagi Jaka untuk memperoleh wanita cantik model apapun yang ia inginkan. Namun Jaka kemudian menikah dengan Jamila, anak seorang perwira tinggi di Surabaya. Ia sengaja melakukannya karena ingin pengaruh bisnisnya menjadi lebih luas.
Saat sang mertua berkuasa, Jaka menjadi sosok menantu yang manut, suami penyayang istri. Namun setelah mertuanya tak lagi menjabat dan kehilangan pengaruhnya, perlahan-lahan Jaka mulai menyepelekannya.
Karena tak berdaya. Mereka membiarkan Jaka bertingkah seenaknya, seraya mencari kesempatan kemungkinan menyalurkan pelampiasan dendam atas rasa sakit hatinya.
Yang tak pernah diketahui Ramon tentang Jaka adalah mengapa ia menyukai sesama pria? Mengapa pula dia yang dijadikan budak nafsunya?
***
Pintu kamar dibuka, Jaka muncul dengan senyum dibuat-buat. Ia kemudian melepas borgol dan membuka lakban di mulut Ramon. Tak lupa Jaka meminta maaf.
"Aku minta maaf yo say. Kamu mau kan memaafkan cacakmu" kata Jaka seraya mengelus pipi bibir Ramon dan hendak menciumnya.