Bayangannya selalu kembali ke gumpalan daging di perut dan lengan, kulit wajah yang mulai mengeriput, atau rambut yang mulai beruban. Nining memang sudah ibu-ibu.
Namun setelah dipaksakan akhirnya Nining berhasil menjadi peragawati, meski peragawati tahun 1980-an. Di waktu mudanya, peragawati tersebut pernah menjalani hubungan mesra dengan si Pangeran Cendana.
Nining menjadi tak nyaman memerani peragawati tersebut. Sekuat tenaga ia melepas dari bayangan itu dan berhasil.
Pada angan-angan berikutnya, Nining berhasil menjadi seorang peragawati paling top saat ini. Wajahnya sering menghias majalah dan televisi. Ia pun kerap menjadi buruan wartawan infotainment. Nining menikmati ketenaran tersebut.
Dalam satu acara di sebuah hotel bintang lima di Sanur, Bali, Nining tiba-tiba menjadi kesal. Acara yang tak kunjung dimulai tersebut ternyata sedang menunggu kehadiran si Pangeran Cendana.
“Lu lagi, lu lagi,” pikir Nining seraya membayangkan wajah si Pangeran Cendana yang sudah tidak muda lagi itu.
Kehebohan panitia acara selanjutnya menyeruak yang menandakan bahwa si pangeran yang dinanti sudah tiba. Tapi kehebohan kali ini terasa tidak lazim. Heboh kali ini menyerupai kepanikan. Rupanya, sebelum tiba di ruangan pertemuan, si Pangeran Cendana itu terjatuh dan pingsan.
Beberapa detik kemudian, sang pangeran siuman. Kali ini dengan tingkah aneh, dan memanggil-manggil nama Nining. Para pengunjung pun menjadi bingung, lama-lama merasa aneh. Nama Nining tak ada dalam daftar pertemuan para peserta terhormat itu.
Sebaliknya, Nining langsung tersentak saat namanya dipanggil- panggil panitia. Ia segera berdiri. Panitia sempat bingung karena saat itu Nining memerankan seseorang peragawati papan atas yang mereka kenal bukan bernama itu.
Namun karena ogah berlama- lama melihat pangeran cendana meracau, orang-orang membiarkan Nining mendekatinya.
“Ya ampuuun, Papa mengapa ada di sini. Mengapa bisa begini…,” kata Nining yang mengetahui suaminya sedang berteriak-teriak ketakutan.