Mohon tunggu...
Biso Rumongso
Biso Rumongso Mohon Tunggu... Jurnalis - Orang Biyasa

Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan diingat 📝📝📝

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi Suami-Istri Stres

25 Mei 2012   02:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:50 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jika ada kesempatan terlahir kembali ke bumi, kira-kira mau jadi apa ya? Somad menjawab sendiri pertanyaannya. “Aku mau jadi Pangeran Cendana aja, kalau mama mau jadi apa, hayoo?”

Nining, sang istri tampaknya tak siap menjawab pertanyaan suaminya. Tapi karena ditodong untuk segera menjawab, ia pun bilang sekenanya. “Kalau mama pengen dilahirkan kembali sebagai peragawati,” ucapnya.

Jawaban itu rupanya membuat Somad menjadi kagum. Matanya terkesiap dan memandang wajah dan tubuh Nining cukup lama, seolah-olah dengan jawaban itu istrinya langsung berubah menjadi seorang peragawati.

Pasangan suami-istri yang sudah tak muda lagi itu lalu merebahkan diri sambil menatap langit bertabur bintang. Tak seperti biasanya, langit pada malam itu begitu cerahnya. Tanpa banyak bicara, Somad dan Nining tenggelam dalam angan-angannya masing-masing.

Dengan mobil sport Porsche Carrera, Somad datang ke sebuah arena balap di Sirkuit Sentul. Sejumlah orang tergopoh-gopoh menyambutnya. Beberapa gadis cantik tak henti-hentinya melempar senyum ke arah sang pangeran.

Habis dari Sentul, Somad sudah ditunggu untuk menghadiri meeting di sebuah gedung pencakar langit di Jalan Thamrin. Dalam meeting tersebut, ia cukup setor muka, mengangguk-angguk, lalu pergi. Para karyawati cantik dan wangi mengantar dengan ramah kepergian Somad.

Malam harinya, Somad menghadiri ke sebuah party di hotel bintang lima di kawasan Senayan. Acara hura-hura kelompok terbatas itu dihadiri sejumlah artis papan atas. Begitu Somad datang, lagi-lagi ia dikerubuti wanita-wanita cantik dan seksi. Pada akhir acara ia mencomot salah satu diantara mereka untuk menemaninya bermalam.

Apa yang diangankan Somad, malam itu tercapai semuanya. Dari satu acara ke acara lainnya, ia selalu dikerumuni wanita cantik.  Namun tak ada satu pun wanita cantik yang bertahan lama mendampingi Somad. Semua mundur teratur, tentu saja setelah Somad memberikan imbalan lumayan.

Meski sudah tak muda lagi, cap sebagai pangeran Cendana pun terus melekat pada Somad. Belum ada yang bisa menggantikannya meski Somad sudah punya anak dan keponakan yang sudah remaja. Dan ia merasa bangga dengan julukan itu.

***

Beda dengan suaminya yang begitu mudah melakoni angan-angan sebagai Pangeran Cendana, Nining justru sebaliknya. Ia berusaha menjadi seorang model yang memiliki tubuh tinggi dan ramping, kaki panjang, sementara kulit dan rambut selalu terawat. Tapi selalu gagal.

Bayangannya selalu kembali ke gumpalan daging di perut dan lengan, kulit wajah yang mulai mengeriput, atau rambut yang mulai beruban. Nining memang sudah ibu-ibu.

Namun setelah dipaksakan akhirnya Nining berhasil menjadi peragawati, meski peragawati tahun 1980-an. Di waktu mudanya, peragawati tersebut pernah menjalani hubungan mesra dengan si Pangeran Cendana.

Nining menjadi tak nyaman memerani peragawati tersebut. Sekuat tenaga ia melepas dari bayangan itu dan berhasil.

Pada angan-angan berikutnya, Nining berhasil menjadi seorang peragawati paling top saat ini. Wajahnya sering menghias majalah dan televisi. Ia pun kerap menjadi buruan wartawan infotainment. Nining menikmati ketenaran tersebut.

Dalam satu acara di sebuah hotel bintang lima di Sanur, Bali, Nining tiba-tiba menjadi kesal. Acara yang tak kunjung dimulai tersebut ternyata sedang menunggu kehadiran si Pangeran Cendana.

“Lu lagi, lu lagi,” pikir Nining seraya membayangkan wajah si Pangeran Cendana yang sudah tidak muda lagi itu.

Kehebohan panitia acara selanjutnya menyeruak yang menandakan bahwa si pangeran yang dinanti sudah tiba. Tapi kehebohan kali ini terasa tidak lazim. Heboh kali ini menyerupai kepanikan. Rupanya, sebelum tiba di ruangan pertemuan, si Pangeran Cendana itu terjatuh dan pingsan.

Beberapa detik kemudian, sang pangeran siuman. Kali ini dengan tingkah aneh, dan memanggil-manggil nama Nining. Para pengunjung pun menjadi bingung, lama-lama merasa aneh. Nama Nining tak ada dalam daftar pertemuan para peserta terhormat itu.

Sebaliknya, Nining langsung tersentak saat namanya dipanggil- panggil panitia. Ia segera berdiri. Panitia sempat bingung karena saat itu Nining memerankan seseorang peragawati papan atas yang mereka kenal bukan bernama itu.

Namun karena ogah berlama- lama melihat pangeran cendana meracau, orang-orang membiarkan Nining mendekatinya.

“Ya ampuuun, Papa mengapa ada di sini. Mengapa bisa begini…,” kata Nining yang mengetahui suaminya sedang berteriak-teriak ketakutan.

Nining pun memeluk suaminya. Keduanya menumpahkan air mata yang lama tertahan. Orang-orang yang mengerumuni kedua pasangan suami-istri itu mencoba menghibur.

“Sudahlah, ini cobaan. Tuhan tak akan memberi cobaan yang melebihi kemampuan yang menerimanya,” ucap salah seorang yang tampak dituakan.

Malam itu keluarga Somad-Nining habis kena musibah. Kebakaran karena korsleiting listrik telah menjadikan rumah mereka hangus dan rata dengan tanah. Ketika itu Somad dan Nining sedang jalan-jalan. Tak ada secuil pun barang berharga bisa diselamatkan.

Warga sekitar sebenarnya sudah minta keduanya mengungsi sementara. Tapi malam-malam mereka kembali ke rumahnya sambil tidur rebahan diantara puing-puing kebakaran dan beratapkan langit.

“Rupanya mereka kesambar setan, jadi Pangeran Cendana pula,” kata seorang warga sambil geleng-geleng kepala.

-----

Cerita lebih beragam ada di sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun