Mohon tunggu...
Biso Rumongso
Biso Rumongso Mohon Tunggu... Jurnalis - Orang Biyasa

Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan diingat 📝📝📝

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mencari Lelaki Berwajah Teduh

10 April 2012   03:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:48 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Intan membikin geger rekan-rekan sekantornya. Betapa tidak, ia nekat mengajukan cuti hingga dua pekan dengan alasan yang dianggap tak masuk akal: yakni mencari lelaki berwajah teduh.

Rekan-rekan hingga bosnya berusaha mencegah keinginan Intan. Tentu saja bukan mencegah ia mengambil cuti, namun ingin meluruskan tujuannya. "Kalau nggak boleh cuti normal, cuti di luar tanggungan juga nggak masalah," kata Intan berkata lantang.

Atasan Intan diam-diam menugaskan Ika, sahabat Intan, untuk menemaninya cuti. Namun begitu ketahuan ia marah tak alang kepalang. "Lo emang sahabat terbaik gua selama ini. Tapi please deh. Kali ini jangan ikut campur," kata Intan dengan sorot mata menusuk.

Kali ini Ika dibuatnya langsung KO. "Aku nggak berani melihat tatapannya. Aku lihat itu bukan tatapan Intan," ucap Ika.

Lalu tatapan siapa? Ika sulit menjelaskannya. "Sorot matanya begitu tajam. Tapi bukan tatapan mata jahat. Bukan pula sorotan mata menakutkan, tapi benar-benar membikin tak berdaya orang yang melihatnya," tutur Ika yang malah bikin bingung rekan-rekan kantor yang mendengarnya.

Hingga Intan akhirnya benar-benar pergi cuti, tak ada yang bisa menahannya. Tak ada satu pun yang tahu kemana ia pergi. Namun semua orang kini berharap kepada Ika. Mereka yakin Intan yang tinggal jauh dari keluarga itu akan menjalin komunikasi pertamanya dengan Ika.

Bos Intan pun menaruh kepercayaan seperti itu. Ia rela membelikan berapa pun pulsa handphone yang dibutuhkan Ika agar bisa mengetahui keberadaan Intan. Tanpa wanita lajang itu, banyak pekerjaan sang bos yang terbengkalai. Intan adalah sekretaris kantor yang sangat bisa diandalkan.

Menurut Ika, Intan pernah bilang bahwa lelaki berwajah teduh itu saat ini memang sangat sulit ditemukan. Beda dengan zaman dulu dimana lelaki seperti itu bisa diwakili oleh Mohamad Hatta, Jendral Sudirman, Buya Hamka dan sebagainya. Bahkan zaman dulu, lelaki berwajah teduh itu bisa ditemukan di desa- desa. Bisa ditemukan pada wajah pamong desa mereka.

"Sekarang banyak guru ditertawakan muridnya, kepala desa didemo warganya, orang yang mengaku membela Islam malah gemar kekerasan, ada kyai gemar kawin, ada pula tokoh agama memakai peci putih meski berwajah preman...." tutur Ika.

Untuk hal yang satu itu, Ika dan rekan-rekannya setuju. Tokoh-tokoh politik dan tokoh masyarakat yang muncul di televisi banyak yang berwajah munafik. Seolah-olah mereka semua menggunakan topeng. Topeng seorang tokoh yang bijak, namun praktiknya menyakitkan rakyat.

"Tapi kenapa pula Intan seperti kesamber setan begitu?. Kalau nggak ada pria yang berwajah teduh ya sudah...kembali ke bumi saja," kata seorang kawan Intan dan Ika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun