Mardi, tukang odong-odong itu, harus berada di kantor polisi. Ia diinterograsi atas kasus pencurian di salah satu rumah warga. Alasannya, kala kejahatan terjadi, ia berada di depan rumah korban bersama odong-odongnya.
"Sudah berapa lama kamu jadi tukang odong-odong?" Seorang polisi berpenampilan seperti petugas kantoran dengan cukuran rambut rapih, membuka pembicaraan. Pria di sebelahnya, juga tanpa berseragam polisi, serius di depan laptop, siap mencatat keterangannya.
"Kayaknya belum lama. Memangnya saya salah apa sih Pak?," jawab Mardi.
"Ditanya kok malah balik nanya. Jawab saja berapa lama. Sebulan, dua bulan, setahun, dua tahun atau berapa lama?" kata polisi tadi dengan nada tinggi. Mungkin ia kesal dengan jawaban Mardi, yang belum-belum sudah curiga.
"Hampir setahun, Pak. Tanggal 13 bulan April nanti, pas setahun saya jadi tukang odong-odong."
"Odong-odong itu punya kamu sendiri?"
"Ya bukan lah Pak. Saya menyewa dari bos saya. Saya cuma tinggal makai dan bayar setoran tentunya."
"Berapa setorannya?"
"Memang kenapa sih Pak?"
"Jawab saja!"
"Pertamanya sih cuma 50.000 per hari . Lama-lama naik jadi dua kali lipat , katanya karena saya sudah punya pelanggan."