Mohon tunggu...
Biso Rumongso
Biso Rumongso Mohon Tunggu... Jurnalis - Orang Biyasa

Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan diingat 📝📝📝

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Benci Pada Ayah

13 Juni 2011   13:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:33 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Sepertinya ia bukan hanya sudah kecanduan, tapi sudah terjerumus ke dalam jaringan narkoba. Rumah tangganya tak bisa lagi diselamatkan. Pokoknya kasihan...," kata sang kawan.

Nah, dalam sebuah penggerebekan,  Beni melakukan perlawanan.  Terjadi adu tembak diantara mereka. Sebuah tima panas lalu menembus dada Beni. Ia meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.

"Di koran lokal ada beritanya. Ntar saya forward," ujar sang kawan.

Nadal tentu saja ikut terharu mendengar kisah itu.

Nadal lalu teringat almarhum ayahnya.

Kalau saja ayahnya masih hidup, ia ingin sekali meneleponnya untuk mengabarkan soal Beni. Juga untuk mengabarkan bahwa apa yang dilakukan ayah terhadapnya ketika itu benar adanya.

Nadal ingin kembali meminta maaf karena pernah membencinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun