Namun Nadal tak suka dibanding-bandingkan. Ia kesal karena haknya sebagai seorang remaja seolah dibatasi sang ayah. Ia benci ayahnya.
Nadal lalu membandingkan ayahnya yang juga tak punya sesuatu yang bisa dibanggakan seperti ayah lainnya.
Ayah Nadal sangat pendiam. Ia pegawai kecil dengan gaji pas-pasan untuk menghidupi enam orang anak. Ayah bahkan kalah pengaruhnya sama ibu. Ia sering dimarahi ibu.
Saat dimarahi, tampak sekali sang ayah tak berdaya. "Lalu apa untungnya seorang ayah yang tak berdaya memberi nasehat anaknya, huh!," pikir Nadal ketika itu.
***
Keberadaan Beni di lingkungan keluarga Nadal benar-benar kerap mengkhawatirkan. Ia tinggal di rumah omnya Nadal yang sekaligus omnya Beni dari pihak istri.
Pernah keluarga Nadal dibuat geger tatkala pagi-pagi salah satu angsa kesayangan nenek yang sudah diperlihara sejak lama, menghilang. Ketika itu belum ada yang menduga bahwa Benilah yang mencurinya.
Konon suatu malam, ayah Nadal terbangun oleh suara angsa yang ribut. Biasanya, seekor angsa kalau kedatangan orang tak dikenal langsung ribut. Tak berapa lama kemudian terdengar suara langkah disamping rumah. Begitu ayah keluar rumah, suara langkah itu sudah hilang. "Arahnya ke rumah Lurah,' katanya.
Belakangan Nadal memperoleh cerita bahwa di rumah lurah, suatu malam, pernah ada pesta makan daging angsa. Dan salah satu peserta pesta adalah Beni.
Beni juga pernah mencuri puluhan jeruk dari tetangga depan rumah. Jeruk itu tak langsung dimakannya. Namun dipendam di sebuah gundukan pasir di pekarangan rumah omnya Beni dimana ia tinggal selama ini.
Kali ini Nadal ikut terlibat. Ia malah ikut merasakan sensasi nongkrong di depan rumah seraya menyaksikan tetangga bingung menghitung banyaknya buah jeruk yang hilang karena dicuri orang. Kemudian mereka berusaha melacak jejak pencuri. Tapi mereka tak berpikir sedikit pun bahwa pelakunya adalah Beni dan Nadal yang saat itu di depan mata.