Mohon tunggu...
Wita Utari
Wita Utari Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang belajar menulis.

Action speak louder than words.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masuknya "Korean Wave" sebagai Fenomena Budaya Populer di Indonesia

21 Maret 2021   20:42 Diperbarui: 22 Maret 2021   09:54 3534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Globalisasi yang terjadi saat ini memang sedang gencar-gencarnya membawa beberapa perubahan dalam kehidupan antar negara. Apalagi, dengan adanya globalisasi media, informasi apapun akan dengan cepat dan mudah menyebar ke seluruh penjuru di dunia. Penyebaran informasi tak lepas dari pengaruh media massa. Televisi maupun internet, menjadi media yang ikut berperan dalam penyebaran informasi dan hiburan. 

Dalam Perkembangan industri hiburan di Korea saat ini juga sudah sangat maju dan berkembang. Terbukti dari fenomena Hallyu atau gelombang Korea (Korean Wave) yang saat ini terus menyebar ke seluruh dunia. Hallyu atau Korean wave adalah istilah yang diberikan untuk budaya pop Korea Selatan yang tersebar secara global di berbagai belahan negara di dunia, termasuk di Indonesia (Shim, 2006). Pada tahun 1990, Hallyu atau konsep budaya ini sudah mulai diperkenalkan oleh Korea. Ini merupakan suatu proses yang panjang. 

Ternyata tercatat mulai tahun 1990, Korea sudah gencar melakukan komunikasi untuk memperkenalkan kebudayaannya sehingga berhasil dikenal secara global. Dengan kita memperkenalkan suatu budaya, mau tidak mau banyak orang akan tertarik untuk mengunjungi negara tersebut. Istilah Hallyu diadopsi oleh media Cina setelah album musik populer korea, HOT, dirilis di Cina, serial drama TV Korea mulai diputar di Cina dan menyebar ke negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Amerika Latin, Timur Tengah, Jepang, Hongkong, Vietnam, Filipina, Thailand dan termasuk Indonesia. 

Akibatnya, negara Korea semakin di kenal di dunia. Pada saat ini, fenomena ini banyak menarik khalayak akan produk Korea Selatan. Segala sesuatu yang berbau Korea mulai diminati di Indonesia, mulai dari makanan Korea, bahasa Korea, hingga musik Pop Korea atau K-Pop, K-drama atau Korean Drama, brand kecantikan dan fashion Korea, make-up Korean look, asesoris dan film Korea. Fenomena ini turut juga mempromosikan Bahasa Korea dan budaya Korea ke berbagai negara di dunia.

Di Indonesia, menjadi salah satu negara yang ikut terpapar dan terpengaruh oleh fenomena demam Korea. Hal ini dibuktikan dengan diputarnya lagu K-Pop di sepanjang jalan ataupun pusat pembelanjaan, tempat penjualan CD/DVD K-Pop dan K-drama yang laris, penggunaan syle pakaian Korean look, wisata Korea di Indonesia bahkan restauran yang menjual makanan khas Korea.

Kebudayaan negara maju yang masuk, diserap secara masif oleh masyarakat. Ia menjadi konsumsi masyarakat secara terus-menerus hingga menjadi kebudayaan baru dalam kehidupan masyarakat tersebut. Inilah yang memicu timbulnya budaya populer atau budaya pop. 

Apa itu Budaya Populer ?

Menurut Raymond Williams (1983), budaya adalah proses umum perkembangan intelektual, spiritual, dan entitas. Budaya juga berarti pandangan hidup dari suatu masyarakat, periode atau kelompok tertentu. Selain itu, budaya pun bisa merujuk pada karya dan praktik-praktik intelektual, terutama aktivitas artistik. Dengan kata lain, teks-teks dan praktik-praktik itu diandalkan memiliki fungsi utama untuk menunjukkan, menandakan, memproduksi, atau kadang menjadi peristiwa yang menciptakan makna tertentu (dalam Olivia M. Kaparang, 2013).

Sedangkan populer, menurut Raymond Williams (1983), ada empat makna yakni, banyak disukai orang, jenis kerja rendahan, karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang, budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri (dalam Olivia M. Kaparang, 2013).

Ada pendapat lain tentang budaya populer menurut Strinati (2007), budaya populer adalah budaya yang dilahirkan atas kehendak media. Artinya akar muculnya budaya populer diakibatkan dari eksistensi media. Jika media mampu memproduksi sebuah budaya baru, maka publik ataupun audiens akan menyerapnya serta menjadikannya sebagai sebuah bentuk kebudayaan (dalam Adelia Septianti dkk, 2020). Dapat disimpulkan bahwa, budaya populer didukung oleh peran media massa sebagai penyebarannya. 

Budaya pop adalah budaya yang dibentuk oleh masyarakat yang secara tidak sadar diterima dan diadopsi secara luas dalam masyarakat. Masyarakat membentuk budaya baru dari budaya-budaya yang mereka serap melalui informasi yang mereka peroleh dari kehadiran media global.

Salah satu yang sangat berpengaruh dari fenomena Korean Wave adalah melalui drama Korea. Jauh sebelum musik dan fashion Korea, drama Korea telah berhasil mengambil hati banyak khalayak. Termasuk di Indonesia sendiri, saat ini drama Korea digandrungi oleh banyak remaja-dewasa. Fenomena Korean wave mulai melanda Indonesia awalnya dengan kemunculan drama Endless love di salah satu stasiun televisi swasta pada tahun 2002 silam. 

Dengan kemunculan drama tersebut, masyarakat Indonesia mulai menyukai hal-hal yang berkaitan dengan Korea. Apalagi belakangan ini kehadiran drama Korea menjadi salah satu hiburan yang digandrungi oleh kebanyakan orang. 

Apalagi saat masa pandemi, yang memaksa mereka untuk tetap diam di rumah. Mereka bahkan rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk menonton drama yang berasal dari negara Gingseng ini. Alasan yang membuat drama ini digandrungi adalah karena tokohnya yang cantik dan tampan atau alur ceritanya yang menarik. Ditambah dengan kemudahan akses menonton drama Korea via streaming seperti Viu, Netflix, Iflix dan lain-lain.

Professor Studi Asia-Amerika dari University Northwestern, Ji-Yeon Yuh menjelaskan bahwa drama Korea semakin masif menjangkau audiens adalah berkat kehadiran teknologi streaming yang memudahkan para penikmatnya dalam mengakses drama Korea.

Fenomena Korean wave yang menjadi budaya populer saat ini tentunya membawa pengaruh dalam kehidupan masyarakat yang mengikutinya, pengaruh itu berdampak positif maupun berdampak negatifnya. 

Apa saja pengaruh dari munculnya fenomena Korean Wave di Indonesia?

Budaya populer Korean Wave atau demam korea akan membawa pengaruh yang akan terjadi di masyarakat. Pertama, munculnya standarisasi yang diciptakan oleh penggemar demam Korea bahwa tipe ideal cantik atau tampan menurut mereka adalah perempuan atau laki-laki yang memiliki kulit putih, tubuh yang bagus dan tinggi. Hal itulah yang menyebabkan ada orang-orang yang rela operasi plastik demi terlihat cantik atau tampan, atau karena ingin mirip dengan idolnya. 

Kedua, gaya berpakaian. Gaya berpakaian yang ditonjolkan dari pakaian Korea adalah unik dan modis. Begitu banyak style Korea yang terbuka, sangat bertolakbelakang dengan kebudayaan Indonesia yang menjunjung tinggi kesopanan dalam berpakaian. 

Ketiga, gaya hidup. Gaya hidup yang konsumtif juga mempengaruhi kebudayaan Indonesia. Dengan keberadaan fenomena Korean Wave, orang-orang akan senang berbelanja membeli aksesoris Korea, Make up Korea, tiket musik K-Pop atau lainnya yang bahkan tidak mereka butuhkan. 

Keempat, bahasa Korea. Korea mempunyai bahwa yang unik secara pelafalan, sehingga tak sedikit penggemar Korea Selatan yang mempelajari bahasa Korea dan mempraktikkan dalam percakapan sehari-hari. Hal itu bukan suatu masalah. Belajar bahkan mahir dalam berbahasa selain bahasa Indonesia merupakan sesuatu yang dapat dibanggakan. Namun tak lupa dengan bahasa dan kebudayaan dimana kita dilahirkan.

Dengan kemunculan budaya populer, dikhawatirkan akan menghilangkan budaya asli suatu negara. Orang-orang akan bersifat konsumtif hanya untuk mengikuti trend budaya populer itu. Dikhawatirkan dengan kemunculan budaya populer, kebudayaan Indonesia akan tergerus dengan kebudayaan Korea, sehingga lupa akan keberadaan budaya Indonesia.

Referensi : 

kumparan.com

Situmeang, Oisina. (2013). Pemanfaatan Media Massa Terhadap Hallyu Sebagai Budaya Populer dan Gaya Hidup Mahasiswa. Jurnal Komunikasi, 7

Ridaryanthi, Melly. (2014). Bentuk Budaya Populer dan KonstruksiI Perilaku Konsumen. Jurnal Visi Komunikasi, 13(1), 87-104

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun