Desemberku basah
Teles kebes netes eloh
Dari atas yang menjatuhkan kebawah
Bukan simbol menangis namun makna berair...
Mustahilnya Desember yang garing Untuk bisa kurasakan
Realitanya air meninggi di pemukiman
Dan petir menusuk keras pendengaran
Membuat makhluk halus maupun kasar mengkerut ketakutan..
Usaha ku tak kunjung menepi
Kini lara terus meminta untuk berhenti
Tapi apalah daya untuk sebuah ambisi
Berharap ada pelangi sedang menemani..
Petama ku tapaki di tanah rantauan
Demi Menuju ujung kepulangan..
Terkumpulnya kapas-kapas dari cinta yang tumbuh
Di sela-sela ranting, ku biarkan angan terbaring
Bahwa kini ku telah menabung  rindu..
Sekarang bukan lagi pohon Randu tapi hujan
Yang menyeka tetesan menjadi wajahmu..
Wajah halu ku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H