Mohon tunggu...
Wita Anriani Sinaga
Wita Anriani Sinaga Mohon Tunggu... Penulis - Seniman lukis & Matematikawan

Tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merdeka Belajar sebagai Wujud Revolusi Pendidikan

2 Mei 2021   07:07 Diperbarui: 2 Mei 2021   07:24 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi yang masih merebak hingga saat sekarang ini memang sangat membutuhkan kiat demikian. Dapat kita lihat secara nyata, cara belajar kita secara otomatis berubah, berbagai metode belajar baru pun tercipta agar para pelajar tetap bisa melakukan aktivitas belajar seperti biasa dengan pembelajaran daring (dalam jaringan).

Untuk beberapa pihak cara belajar seperti itu kurang efektif bagi para pelajar. Banyak kesulitan dan keterbatasan dari pembelajaran daring tersebut dimana para pelajar yang kurang mampu, tidak memiliki gawai untuk dapat mengikuti pembelajaran secara online dan juga sinyal di daerah-daerah tertentu yang tidak stabil, serta masih banyak daerah yang tertinggal yang belum memiliki akses internet.

Dari hal tersebut dapat kita lihat, pembelajaran daring ini seperti zaman pada masa penjajahan dimana hanya orang-orang tertentu yang dapat mengikuti pembelajaran. Namun pemerintah sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan revolusi belajar ini ke seluruh daerah tanpa terkecuali. Berbagai bantuan kouta untuk pembelajaran daring diberikan meskipun terkadang banyak para pelajar yang salah mempergunakan bantuan itu.

Maka dapat disimpulkan pada masa sekarang penjajahan pendidikan berasal dari diri sendiri. Faktor utama yang menyebabkan penjajahan itu adalah kemalasan pribadi para pelajar. Pemerintah sangat mengharapkan anak-anak Indonesia dapat belajar sebebasnya dengan inovasi dan pengembangan kompetensi dalam berbagai bidang.

Kurangnya minat belajar para pelajar membuat para pelajar sering bosan mengikuti pelajaran, padahal keaktifan saat pembelajaran ditentukan oleh para pelajar sendiri yang memiliki motivasi untuk menjadi pemuda yang cerdas.

Mengingat kembali sistem pendidikan yang menjelaskan betapa pentingnya peran para pengajar dalam dunia pendidikan bagi pelajar, Ki Hajar Dewantara selalu menerapkan tiga semboyan dalam bahwa Jawa, yaitu:

1. Ing Ngarso Sung Tulodho, artinya "Di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik."
2. Ing Madyo Mbangun Karso artinya "Di antara murid, guru harus menciptakan ide dan prakarsa."
3. Tut Wuri Handayani artinya "Dari belajar, seorang guru harus bisa memberikan dorongan serta arahan."

Jangan memaksa para pelajar untuk terus belajar karena hal itu kurang efektif dalam menarik perhatian para pelajar. ALBERT EINSTEIN pernah menyampaikan dalam tulisannya pada sebuah buku Tampaknya, peristiwa paling buruk (di dunia ini) adalah jika sekolah dijalankan dengan metode ancaman, paksaan, dan autoritas semu.

Maka cara belajar yang bagaimanakah yang efektif untuk mewujudkan merdeka belajar bagi bangsa Indonesia? Sebagai pelajaran dan para pengajar di seluruh Indonesia, mari temukan arah Pendidikan Indonesia dan wujudkan tips merdeka  belajar untuk perkembangan dunia Pendidikan Indonesia ya...

Selamat Hari Pendidikan;
WITA ANRIANI SINAGA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun