Mohon tunggu...
Wita Anriani Sinaga
Wita Anriani Sinaga Mohon Tunggu... Penulis - Seniman lukis & Matematikawan

Tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merdeka Belajar sebagai Wujud Revolusi Pendidikan

2 Mei 2021   07:07 Diperbarui: 2 Mei 2021   07:24 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masih ingatkah kita siapa tokoh yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional di Indonesia? Ya... Dia adalah Ki Hajar Dewantara, Sang Pelopor atau sering kita sebut dengan sebutan Si Pembawa Perubahan dalam dunia pendidikan yang sangat berjasa di Indonesia. Itu sebabnya tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional atau disingkat dengan Hardiknas, karena beliau juga lahir di tanggal tersebut.


Ki Hajar Dewantara memperjuangkan hak-hak orang miskin dalam mendapatkan pendidikan sama seperti orang bangsawan pada zaman penjajah Belanda. Pada zaman Belanda pendidikan hanya diperoleh oleh para bangsawan karena harga untuk membayar pendidikan sangatlah mahal. Dengan berdirinya taman siswa yang dibangun oleh Ki Hajar Dewantara saat itu, hari ini kita bisa mendapatkan pendidikan yang layak.


Saat ini Pemerintah Indonesia menggerakkan sistem Revolusi Belajar dalam dunia pendidikan untuk anak-anak Indonesia, biasa disebut "Merdeka Belajar". Merdeka Belajar sudah diterapkan didalam beberapa instansi pendidikan sekolah maupun universitas negeri yang ada di berbagai daerah Indonesia.

Saya sangat tertarik dengan buku yang berjudul Revolusi Belajar untuk Anak, Bob Samples (2002) yang melontarkan gagasan menakjubkan tentang:

(1) Fungsi otak-pikiran sebagai sistem terbuka;

(2) Modalitas, kecerdasan, gaya, dan kreatifitas dalam belajar, serta cara-cara mengembangkannya;

(3) Pemanfaatan musik, suara, relaksasi, gambar, humor, dan mimpi untuk membangun suasana bermain dan belajar secara efektif serta mengasyikkan dengan anak-anak, tanpa mengurangi hakikat pembelajaran;

(4) Aktivitas, kiat, dan saran yang mudah dilakukan untuk mengembangkan kemampuan belajar dan mengakses informasi melalui seluruh modalitas belajar yang kita miliki.

Pada dasarnya tujuan Revolusi Belajar adalah untuk memberikan alternatif praktis dengan tindakan dan program yang efektif dan sederhana membangun masa depan yang lebih baik bagi diri sendiri, keluarga, sekolah, bisnis dan negara.

Revolusi cara belajar yang dimaksud adalah perubahan cepat dan radikal, karena kita hidup di tengah revolusi yang akan mengubah cara kita hidup berkomunikasi, berpikir dan mencapai kesejahteraan dalam kehidupan. Dengan adanya revolusi cara belajar manusia maka secara otomatis akan dengan mudah mengikuti dan menyesuaikan arus dari perkembangan zaman saat ini.

Selain itu revolusi ini akan menentukan cara kita dan anak-anak bekerja, mencari nafkah, dan menikmati hidup keseluruhan. Model revolusi cara belajar ini diperkenalkan oleh Gordon Dryden & Jeannette Vos yang peduli tentang persoalan pendidikan yang terdiri dari seperangkat model dan cara belajar sebagai sarana yang efektif dan efesien untuk membiasakan belajar.

Pandemi yang masih merebak hingga saat sekarang ini memang sangat membutuhkan kiat demikian. Dapat kita lihat secara nyata, cara belajar kita secara otomatis berubah, berbagai metode belajar baru pun tercipta agar para pelajar tetap bisa melakukan aktivitas belajar seperti biasa dengan pembelajaran daring (dalam jaringan).

Untuk beberapa pihak cara belajar seperti itu kurang efektif bagi para pelajar. Banyak kesulitan dan keterbatasan dari pembelajaran daring tersebut dimana para pelajar yang kurang mampu, tidak memiliki gawai untuk dapat mengikuti pembelajaran secara online dan juga sinyal di daerah-daerah tertentu yang tidak stabil, serta masih banyak daerah yang tertinggal yang belum memiliki akses internet.

Dari hal tersebut dapat kita lihat, pembelajaran daring ini seperti zaman pada masa penjajahan dimana hanya orang-orang tertentu yang dapat mengikuti pembelajaran. Namun pemerintah sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan revolusi belajar ini ke seluruh daerah tanpa terkecuali. Berbagai bantuan kouta untuk pembelajaran daring diberikan meskipun terkadang banyak para pelajar yang salah mempergunakan bantuan itu.

Maka dapat disimpulkan pada masa sekarang penjajahan pendidikan berasal dari diri sendiri. Faktor utama yang menyebabkan penjajahan itu adalah kemalasan pribadi para pelajar. Pemerintah sangat mengharapkan anak-anak Indonesia dapat belajar sebebasnya dengan inovasi dan pengembangan kompetensi dalam berbagai bidang.

Kurangnya minat belajar para pelajar membuat para pelajar sering bosan mengikuti pelajaran, padahal keaktifan saat pembelajaran ditentukan oleh para pelajar sendiri yang memiliki motivasi untuk menjadi pemuda yang cerdas.

Mengingat kembali sistem pendidikan yang menjelaskan betapa pentingnya peran para pengajar dalam dunia pendidikan bagi pelajar, Ki Hajar Dewantara selalu menerapkan tiga semboyan dalam bahwa Jawa, yaitu:

1. Ing Ngarso Sung Tulodho, artinya "Di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik."
2. Ing Madyo Mbangun Karso artinya "Di antara murid, guru harus menciptakan ide dan prakarsa."
3. Tut Wuri Handayani artinya "Dari belajar, seorang guru harus bisa memberikan dorongan serta arahan."

Jangan memaksa para pelajar untuk terus belajar karena hal itu kurang efektif dalam menarik perhatian para pelajar. ALBERT EINSTEIN pernah menyampaikan dalam tulisannya pada sebuah buku Tampaknya, peristiwa paling buruk (di dunia ini) adalah jika sekolah dijalankan dengan metode ancaman, paksaan, dan autoritas semu.

Maka cara belajar yang bagaimanakah yang efektif untuk mewujudkan merdeka belajar bagi bangsa Indonesia? Sebagai pelajaran dan para pengajar di seluruh Indonesia, mari temukan arah Pendidikan Indonesia dan wujudkan tips merdeka  belajar untuk perkembangan dunia Pendidikan Indonesia ya...

Selamat Hari Pendidikan;
WITA ANRIANI SINAGA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun