Mohon tunggu...
Wito S
Wito S Mohon Tunggu... lainnya -

Just want to share my opinion

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kasus Kopi Beracun: Kenapa Berani Melakukan Pembunuhan di Ruang Publik?

17 Januari 2016   16:22 Diperbarui: 21 Januari 2016   10:04 4315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Rekonstruksi kasus (wartakota)."][/caption]

Seseorang diduga telah melakukan usaha pembunuhan dengan menggunakan racun sianida yang dibubuhkan pada kopi yang diminum oleh korban bernama Mirna. Mengapa si terduga pelaku berani melakukan perbuatan tersebut di tempat umum (Olivier Restaurant, Mal Grand Indonesia) – padahal saat kejadian hanya ada mereka bertiga (termasuk korban) di TKP (tempat kejadian perkara)?

Ada beberapa hal yang kemungkinan menjadi penyebab kenapa si pelaku berani melakukan tindakan kriminal tersebut:

Ekspektasi Kondisi Korban

a. Kondisi Psikis Korban

Pada umumnya pelaku pembunuhan berencana adalah mereka yang mengenal korban dengan cukup baik. Para pelaku umumnya mengetahui kebiasaan korban serta hal-hal lain seperti apa yang disukai atau tidak disukai korban (misalnya makanan), apa yang menyebabkan alergi bagi si korban, bahkan juga riwayat kesehatan korban (misalnya sakit jantung, maag, diabetes, ataupun hipertensi – jika ada). Mereka juga tahu atau kenal dengan keluarga dan teman-teman korban.

Berkenaan dengan pembunuhan yang dilakukan di ruang publik (tempat umum, pusat keramaian), umumnya direncanakan karena si korban tidak akan curiga. Tak akan ada orang yang menyangka dirinya akan menjadi korban di tempat umum oleh orang yang dikenalnya – karena si pelaku tentunya tidak bisa mengelak dari perbuatannya (karena banyaknya saksi di ruang publik tersebut).

Si pelaku memanfaatkan kelengahan korban yang tidak menyadari orang yang dikenalnya akan menyakiti atau bahkan membunuhnya. Orang yang tidak waspada mudah dicelakai.

b. Kondisi Fisik Korban

Si pelaku sepertinya mengharapkan efek racun tersebut berjalan lambat, sehingga si korban hanya sekadar merasa pusing untuk kemudian dibawa menjauh dari TKP. Jika saja Mirna saat itu masih bisa berjalan, tentunya pihak restoran tidak akan curiga (kenyataannya Mirna dibawa ke klinik di mal tersebut dalam keadaan sudah pingsan – walaupun saat itu dokter tidak menemukan gejala keracunan pada korban). Pihak manajemen Olivier yang melihat kondisi pelanggannya seperti itu, langsung mengamankan sisa-sisa kopi dan minuman ketiga orang tersebut (Mirna dan kedua temannya).

Si pelaku tidak mengira efek perbuatannya terjadi begitu cepat. Jika saja proses tersebut terjadi secara perlahan-lahan sehingga ketika efek racun mulai menyerang, si korban sudah tidak berada di restoran lagi, tentunya tidak akan menimbulkan kehebohan serta kecurigaan manajemen restoran.

Pembentukan Opini Melalui Media Sosial

[caption caption="Informasi yang berasal dari media sosial mengenai Mirna."]

[/caption]

Adanya pernyataan yang beredar di media sosial yang mencoba mengklarifikasi bahwa penyebabnya bukan semata-mata karena minum kopi vietnam tetapi karena sebelumnya si korban telah meminum obat kurus yang menyebabkan jantung berdebar-debar hingga terjadi serangan jantung (pernyataan ini tidak bisa diverifikasi apakah ada keterkaitannya dengan usaha untuk mengalihkan penyebab kematian Mirna yang diduga adalah racun sianida yang terdapat dalam kopi vietnam yang diminumnya). Sepertinya si pelaku mengetahui bahwa korban saat itu mengkonsumsi obat pelangsing (obat kurus).

Prediksi Sikap Keluarga Korban         

Keengganan pihak keluarga korban untuk melakukan otopsi. Pihak kepolisian sampai harus membujuk dan bernegosiasi dengan pihak keluarga almarhum untuk mendapatkan izin melakukan otopsi. Sepertinya si pelaku atau jika ada pihak lain di belakangnya (mastermind), mengetahui sifat dan sikap keluarga Mirna yang akan menolak otopsi – terlebih ada kemungkinan obat kurus yang diminum korban turut menjadi penyebab kematiannya (dan informasi ini sudah disebarkan di media sosial). Pihak keluarga sepertinya beranggapan jika memang kematian Mirna ada hubungannya dengan konsumsi obat kurus, maka tidak perlu dilakukan otopsi. Tentu saja tanpa otopsi pihak berwajib tidak dapat menemukan keterkaitan antara alat bukti (racun sianida) yang ada di kopi vietnam yang diminum korban dengan efek yang terjadi dalam tubuh korban (efek korosif yang menyebabkan pendarahan pada lambung korban).

Jika tujuan dari ketiga hal tersebut di atas tercapai, yaitu (1) Mirna meninggalkan restoran tidak dalam keadaan pingsan (kemungkinan pihak restoran akan menyingkirkan sisa minuman Mirna dan kedua temannya – termasuk kopi beracun itu ke tempat sampah), (2) klarifikasi bahwa konsumsi obat kurus yang dilanjutkan dengan minum kopi dipercayai (dianggap benar) menyebabkan serangan jantung dan kematian Mirna, dan (3) pihak keluarga tetap berkeras tidak mau melakukan otopsi, maka si pelaku akan terbebas dari tuduhan atau kecurigaan akan keterlibatannya dalam kematian Mirna.

Apa yang diharapkan oleh si terduga pelaku tidak terjadi. Hal-hal yang sebelumnya diperkirakan mampu menutupi perbuatannya ternyata tidak berhasil mencegah penyelidikan kasus tersebut oleh pihak yang berwenang. Manajemen Olivier, pihak yang mengelola restoran di mana peristiwa itu terjadi, juga bersikap kooperatif dan turut mendukung penyelidikan tersebut. Dari berbagai alat bukti yang diamankan pihak manajemen, keterangan pelayan dan staf yang bertugas melayani Mirna dan kedua temannya saat peristiwa itu terjadi, serta akses ke CCTV semua terbuka bagi penyelidikan pihak kepolisian.

Pihak kepolisian yang merasakan adanya kejanggalan dalam peristiwa tersebut akhirnya berhasil menemukan keterkaitan antara alat bukti (baik yang terdapat dalam kopi yang diminum korban, yang ada di meja tempat korban dan kedua temannya duduk, ataupun hasil penggeledahan di rumah salah seorang teman korban) dan korban (hasil otopsi).

Mengenai motif atau latar belakang terjadinya peristiwa ini masih belum terungkap. Apakah karena masalah persaingan bisnis, utang-piutang, dendam pribadi, atau hal lainnya belum bisa diketahui saat ini dan harus menunggu penyidikan lebih lanjut ketika si pelaku telah ditetapkan menjadi tersangka.

Semoga keadilan ditegakkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun