Pembentukan Opini Melalui Media Sosial
[caption caption="Informasi yang berasal dari media sosial mengenai Mirna."]
Adanya pernyataan yang beredar di media sosial yang mencoba mengklarifikasi bahwa penyebabnya bukan semata-mata karena minum kopi vietnam tetapi karena sebelumnya si korban telah meminum obat kurus yang menyebabkan jantung berdebar-debar hingga terjadi serangan jantung (pernyataan ini tidak bisa diverifikasi apakah ada keterkaitannya dengan usaha untuk mengalihkan penyebab kematian Mirna yang diduga adalah racun sianida yang terdapat dalam kopi vietnam yang diminumnya). Sepertinya si pelaku mengetahui bahwa korban saat itu mengkonsumsi obat pelangsing (obat kurus).
Prediksi Sikap Keluarga Korban        Â
Keengganan pihak keluarga korban untuk melakukan otopsi. Pihak kepolisian sampai harus membujuk dan bernegosiasi dengan pihak keluarga almarhum untuk mendapatkan izin melakukan otopsi. Sepertinya si pelaku atau jika ada pihak lain di belakangnya (mastermind), mengetahui sifat dan sikap keluarga Mirna yang akan menolak otopsi – terlebih ada kemungkinan obat kurus yang diminum korban turut menjadi penyebab kematiannya (dan informasi ini sudah disebarkan di media sosial). Pihak keluarga sepertinya beranggapan jika memang kematian Mirna ada hubungannya dengan konsumsi obat kurus, maka tidak perlu dilakukan otopsi. Tentu saja tanpa otopsi pihak berwajib tidak dapat menemukan keterkaitan antara alat bukti (racun sianida) yang ada di kopi vietnam yang diminum korban dengan efek yang terjadi dalam tubuh korban (efek korosif yang menyebabkan pendarahan pada lambung korban).
Jika tujuan dari ketiga hal tersebut di atas tercapai, yaitu (1) Mirna meninggalkan restoran tidak dalam keadaan pingsan (kemungkinan pihak restoran akan menyingkirkan sisa minuman Mirna dan kedua temannya – termasuk kopi beracun itu ke tempat sampah), (2) klarifikasi bahwa konsumsi obat kurus yang dilanjutkan dengan minum kopi dipercayai (dianggap benar) menyebabkan serangan jantung dan kematian Mirna, dan (3) pihak keluarga tetap berkeras tidak mau melakukan otopsi, maka si pelaku akan terbebas dari tuduhan atau kecurigaan akan keterlibatannya dalam kematian Mirna.
Apa yang diharapkan oleh si terduga pelaku tidak terjadi. Hal-hal yang sebelumnya diperkirakan mampu menutupi perbuatannya ternyata tidak berhasil mencegah penyelidikan kasus tersebut oleh pihak yang berwenang. Manajemen Olivier, pihak yang mengelola restoran di mana peristiwa itu terjadi, juga bersikap kooperatif dan turut mendukung penyelidikan tersebut. Dari berbagai alat bukti yang diamankan pihak manajemen, keterangan pelayan dan staf yang bertugas melayani Mirna dan kedua temannya saat peristiwa itu terjadi, serta akses ke CCTV semua terbuka bagi penyelidikan pihak kepolisian.
Pihak kepolisian yang merasakan adanya kejanggalan dalam peristiwa tersebut akhirnya berhasil menemukan keterkaitan antara alat bukti (baik yang terdapat dalam kopi yang diminum korban, yang ada di meja tempat korban dan kedua temannya duduk, ataupun hasil penggeledahan di rumah salah seorang teman korban) dan korban (hasil otopsi).
Mengenai motif atau latar belakang terjadinya peristiwa ini masih belum terungkap. Apakah karena masalah persaingan bisnis, utang-piutang, dendam pribadi, atau hal lainnya belum bisa diketahui saat ini dan harus menunggu penyidikan lebih lanjut ketika si pelaku telah ditetapkan menjadi tersangka.
Semoga keadilan ditegakkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H