Mohon tunggu...
Wistari Gusti Ayu
Wistari Gusti Ayu Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang guru

Guru adalah profesi yang mulia, saya bangga menjadi guru

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kenali Perbedaan Alergi dan Autoimun

29 September 2019   15:03 Diperbarui: 16 April 2021   19:33 2402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi alergi pada kulit (Sumber: www.theextract.co.uk)

Tepat dua tahun yang lalu, seorang siswa di kelas saya tidak masuk sekolah karena sakit. Seperti siswa pada umumnya, yang tidak bersekolah karena sakit, sebagai wali saya menanyakan penyakitnya. Mungkin saja tidak dapat bersekolah karena terserang flu, deman, tifus, deman berdarah dan penyakit lainnya.

Ternyata dia hanya flu biasa. Namum setelah kejadian itu, ia sering menggunakan jaket di kelas, alasannya karena tidak kuat dengan udara yang dingin, padahal kami semua merasakan udara tidak terlalu dingin.

Saat itu kami semua mengira ia masih dalam tahap penyembuhan, sehingga sangat peka terhadap udara dingin. Namun lama-kelamaan hal tersebut menjadi kebiasaannya, memakai jaket di dalam kelas.

Karena untuk alasan kesehatan, tidak ada guru yang melarang si anak untuk melepaskan jaketnya tersebut. Kemudian ketika ia menginjak kelas delapan, saya melihat perubahan pada kulitnya.

Terdapat banyak bintik-bintik merah, karena saya tidak mengajar lagi di kelas delapan. Saya mencoba menemui salah seorang guru yang mengajar IPA di kelas delapan yaitu Pak Made. 

Saya menanyakan keadaan anak tersebut di kelas. Apakah kebiasaannya di kelas tujuh masih tetap dilakukan di kelas delapan, dan saya juga mencoba menanyakan kepada Pak Made apakah bintik-bintik merah di kulitnya sudah hilang.

Dari informasi pak Made, bintik-bintik berwarna merah di kulit dan muka si anak masih tetap ada bahkan bertambah. Ketika bertemu langsung dengan anak tersebut saya mencoba menanyakan perihal penyakitnya. 

Kata anak ini, ia sudah pergi ke dokter dan karena alergi telur kulitnya mengalami bintik-bintik dan ruam kemerahan. Saat itu saya merasa sedikit lega, karena anak ini ternyata orangtua si anak sudah memeriksakannya ke dokter.

Ilustrasi bintik merah pada wajah (Sumber: merdeka.com)
Ilustrasi bintik merah pada wajah (Sumber: merdeka.com)
Saya juga tidak sempat menanyakan pengobatan seperti apa yang diberikan dokter kepadanya. Tapi saat itu saya bahkan guru yang lain sudah merasa senang karena dia sudah mendapat penanganan. Saat itu yang saya pikirkan cuma satu, kasihan kalau muka mulus anak ini harus memiliki bekas-bekas kehitaman kalau tidak diobati.

Namun, ketika beberapa hari lalu di UKS dia terbaring lemas, saya sangat kaget, seorang guru memberitakan ia terkena penyakit lupus, bukan seperti yang pernah anak ini ceritakan pada saya yaitu alergi telur.

Saat pertama kali gejala itu muncul, dulu orangtua sang anak tidak memiliki BPJS, dan memeriksakan anaknya ke dokter dengan biaya sendiri. Dan hanya terdiagnosa alergi, yang sudah barang tentu hanya diterapi dengan obat anti alergi dan juga menghindarai makan telur, dan itu terjadi sejak berbulan-bulan sampai akhirnya dia duduk di kelas tiga SMP (sembilan).

Namun ketika penyakit sang anak tak kunjung sembuh akhirnya orangtua anak tersebut mendaftarkan keluarganya untuk ikut BPJS untuk meringankan biaya pengobatan, dan akhirnya dengan rujukan ke rumah sakit diketahuilah bahwa anaknya menginap lupus yang merupakan penyakit autoimun yang tentu saja penanganannya tidak hanya dengan obat alergi dan sekedar menghindari telur. 

Penderita lupus harus menghindari panas matahari, udara yang dingin, menjaga pola makan, cukup istirahat dan masih banyak pantangan lain agar kondisinya tetap stabil.

Lupus adalah penyakit peradangan (inflamasi) kronis yang disebabkan oleh sistem imun atau kekebalan tubuh yang menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh sendiri. Penyakit seperti ini disebut penyakit autoimun. Sedangkan alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh manusia terhadap benda tertentu, yang seharusnya tidak menimbulkan reaksi di tubuh orang lain. 

Jadi sudah sangat terlihat bedanya, walaupun sama-sama merupakan reaksi imun, pada autoimun, sistem imun menyerang tubuh sendiri, namun pada alergi sistem kekebalan menyerang benda tertentu, seperti misalnya reaksi tubuh terhadap telur yang pernah dinyatakan oleh dokter menyebabkan bintik kemerahan pada anak tersebut.

Saya merasa dengan adanya peristiwa ini, mengisyaratkan pada kita untuk sangat berhati-hati mengenali suatu penyakit. Penyakit yang awalnya hanya dianggap alergi biasa, bisa saja merupakan tanda awal penyakit serius. Jika tidak ditangani dengan tepat dan diagnosa yang tepat sangatlah membahayakan bagi penderita.

Mungkin ada baiknya anak-anak dibekali pengetahuan untuk mengetahui sinyal-sinyal berbahaya dalam tubuhnya. Agar ketika ada sesuatu yang aneh yang ia rasakan, ia akan cepat menyampaikannya kepada orangtua agar segera mendapat pengobatan yang tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun