Tepat dua tahun yang lalu, seorang siswa di kelas saya tidak masuk sekolah karena sakit. Seperti siswa pada umumnya, yang tidak bersekolah karena sakit, sebagai wali saya menanyakan penyakitnya. Mungkin saja tidak dapat bersekolah karena terserang flu, deman, tifus, deman berdarah dan penyakit lainnya.
Ternyata dia hanya flu biasa. Namum setelah kejadian itu, ia sering menggunakan jaket di kelas, alasannya karena tidak kuat dengan udara yang dingin, padahal kami semua merasakan udara tidak terlalu dingin.
Saat itu kami semua mengira ia masih dalam tahap penyembuhan, sehingga sangat peka terhadap udara dingin. Namun lama-kelamaan hal tersebut menjadi kebiasaannya, memakai jaket di dalam kelas.
Karena untuk alasan kesehatan, tidak ada guru yang melarang si anak untuk melepaskan jaketnya tersebut. Kemudian ketika ia menginjak kelas delapan, saya melihat perubahan pada kulitnya.
Terdapat banyak bintik-bintik merah, karena saya tidak mengajar lagi di kelas delapan. Saya mencoba menemui salah seorang guru yang mengajar IPA di kelas delapan yaitu Pak Made.Â
Saya menanyakan keadaan anak tersebut di kelas. Apakah kebiasaannya di kelas tujuh masih tetap dilakukan di kelas delapan, dan saya juga mencoba menanyakan kepada Pak Made apakah bintik-bintik merah di kulitnya sudah hilang.
Dari informasi pak Made, bintik-bintik berwarna merah di kulit dan muka si anak masih tetap ada bahkan bertambah. Ketika bertemu langsung dengan anak tersebut saya mencoba menanyakan perihal penyakitnya.Â
Kata anak ini, ia sudah pergi ke dokter dan karena alergi telur kulitnya mengalami bintik-bintik dan ruam kemerahan. Saat itu saya merasa sedikit lega, karena anak ini ternyata orangtua si anak sudah memeriksakannya ke dokter.
Namun, ketika beberapa hari lalu di UKS dia terbaring lemas, saya sangat kaget, seorang guru memberitakan ia terkena penyakit lupus, bukan seperti yang pernah anak ini ceritakan pada saya yaitu alergi telur.
Saat pertama kali gejala itu muncul, dulu orangtua sang anak tidak memiliki BPJS, dan memeriksakan anaknya ke dokter dengan biaya sendiri. Dan hanya terdiagnosa alergi, yang sudah barang tentu hanya diterapi dengan obat anti alergi dan juga menghindarai makan telur, dan itu terjadi sejak berbulan-bulan sampai akhirnya dia duduk di kelas tiga SMP (sembilan).