Mohon tunggu...
Wistara Maharani Prashinta
Wistara Maharani Prashinta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

Saya merupakan mahasiswa dari Universitas Negeri Surabaya jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan dengan nim 22010014112

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Buruk Self-Diagnosis pada Kesehatan Mental Anak Generasi Z

28 Oktober 2022   01:00 Diperbarui: 28 Oktober 2022   01:02 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesehatan mental belakangan menjadi topik yang hangat diperbincangkan di segala kalangan masyarakat. Sudah cukup banyak masyarakat yang mulai memperhatikan kesehatan mentalnya, tidak terkecuali kalangan generasi Z. Pada era digital banyak hal yang dapat dicari dengan mudah melalui internet. Tidak terkecuali hal hal tentang kesehatan mental.

Dengan kemudahan yang ada masyarakat dapat memperoleh hal positif, namun hal negatif juga dapat di rasakan apabila terjadi penyalahgunaan saat mencari hal hal tentang kesehatan mental tanpa sumber yang jelas.  Salah satunya adalah self diagnosis yang dapat berpengaruh negatif bagi kesehatan mental terutama kesehatan mental generasi Z.

Menurut Annisa Poedji Pratiwi psikolog dari Pijar Psikologi menjelaskan bahwa self-diagnosis atau mendiagnosa diri sendri adalah proses diagnosis terhadap diri sendiri mengidap suatu gangguan/penyakit berdasarkan pengetahuan diri sendiri atau informasi yang di dapat secara mendiri melalui buku, internet, atau pengalaman diri dan keluarga. 

Sudah sangat jelas bahwa self-diagnosis berpengaruh buruk dan dapat membahayakan diri sendiri.  Disini saya akan membahas pengaruh buruk dari self diagnosis pada kesehatan mental anak generasi  Z , dan apa yang bisa dilakukan agar terhindar dari self diagnosis yang dapat berpengaruh buruk pada kesehatan mental.  

Self-diagnosis kesehatan mental tidak dapat di lepas dari perkembangan teknologi dan informasi yang tidak terbatas ini. Namun tidak semua informasi benar dan cenderung membahayakan pembaca. Berikut akan saya paparkan pengaruh buruk self-diagnosis kesehatan mental : 

  1. Khawatir berlebihan atas kesehatan mental mereka.

Karena perkembangan teknologi yang terbilang peset, banyak test test atau informasi kesehatan mental yang beredar di internet tanpa dasar yang jelas. Hasil dari hal tersebut dapat menimbulkan kekhawatiran yang berlebih tentang kesehatan mental mereka. Pemaparan dari influenser juga belum tentu merupakan informasi yang benar. 

Hal ini hanya akan menimbulkan pernyataan seperti “ Setelah baca informasi ini kayaknya aku mengidap bipolar deh, karena ciri cirinya sama seperti yang aku alami” hal tersebut dapat merugikan dan membahayakan diri sendiri. 

Orang orang akan khawatir secara berlebihan atas kesehatan mental mereka yang malah memperburuk kesehatan mental mereka sendiri. Apalagi terhadap anak generasi Z yang merupakan pengguna paling aktif internet. Informasi informasi yang mereka terima di internet tanpa sumber yang jelas dapat membahayakan diri mereka sendiri.

  1. Gangguan kecemasan umum

Gangguan kecemasan umum dapat terjadi apa bila orang lama kelamaan merasa khawatir akan kesehatan mental mereka. Apabila self diagnosis tetap di biarkan saat seseorang sudah mengalami kekawatiran, maka akan timbul gangguan kecemasan umum pada seseoarang. Orang tersebut akan merasa cemas dengan kesehatan mental yang ia khawatirkan setelah membaca informasi dan mendiagnosis dirinya sendiri.

  1. Self-diagnosis dapat berakibat gangguan kesehatan mental yang sebenarnya tidak terdiagnosis.

Penyakit mental biasanya muncul disertai oleh gangguan lain. Misalnya seseorang mengalami gangguan kecemasan namun gangguan kecemasan dapat membuat gangguan kesehatan mental lain tertutupi missal gangguan depresi mayor. 

Pada kejadian tersebut dapat di katakan komorbiditas. Komorbiditas adalah ketika dua tau lebih simdorm terjadi bersamaan pada orang yang sama. Nah, jika seseorang melakukan self-diagnosis maka ia dpat melewatkan komorbiditas yang ada. Dan hal tersebut tentu berbahaya bagi kesehatan mental seseorang. 

  1. Mengonsumsi obat atau melakukan metode dokter yang salah.

Apa yang akan anda lakukan setelah melakukan diagnosis pada diri sendiri melalui informasi yang anda cari sendiri di internet? Tentu akan muncul di benak anda untuk mengobatinya. Orang yang memahami hal tersebut akan datang ke orang yang professional pada bidangnya dan mempertanyakan akan kesehatan mental dirinya. 

Namun tak sedikit juga orang yang self diagnosis mengonsumsi obat yang ia baca di internet tanpa resep dokter, hanya mengandalkan informasi di internet yang ia rasa sesuai dengan dirinya. Tentu hal ini dapat  merugikan kesehatan mental serta kesehatan diri orang tersebut. Mengonsumsi obat tanpa resep dokter atau melakukan metode dokter yang salah dapat memperburuk keadaan tubuh dan mental, serta membahayakan jiwa diri sendiri. 

  1. Depresi.

Kehawatiran yang berlebihan, mengalami gangguan kecemasan, salah mengonsumsi obat tentu dapat memperburuk kesehatan mental diri sendiri. Depresi adalah akibat buruk yang di peroleh dari self diagnosis. Biasanya gangguan kecemasan muncul di sertai depresi mayor. 

Sebegitu menakutkannya melakukan self-diagnosis. Yang mungkin seharusnya kesehatan mental kita tidak seburuk apa yang kita diagnosis, malah memburuk akibat self-diagnosis. 

Apa yang dapat di lakukan generasi Z untuk mencegah self-diagnosis ?

Generasi Z merupakan generasi kelahiran tahun 1996-2009 yang tentu merupakan pengguna internet terbanyak dibanding generasi generasi lain. Informasi atau bacaan mengenai kesehatan mental di internet tentu tidak luput dari generasi Z, sehingga self-diagnosis juga banyak dilakukan oleh generasi Z. 

Ada bebrapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah self-diagnosis kesehatan mental yang dapat di lakukan para anak generasi Z untuk menjaga kesehatan mental mereka. 

  1. Jangan sepenuhnya percaya akan informasi yang ada di Internet

Biasanya informasi informasi yang ada di internet merupakan informasi yang dapat di baca secara universal. Sedangkan kesehatan mental orang orang berbeda. Apabila hal tersebut terasa seperti apa yang kita rasakan, sebenarnya hal tersebut tidak dapat mengobati gangguan kesehatan mental diri sendiri, karena gangguan kesehatan mental setiap orang berbeda beda.

  1. Datang pada konselor atau psikolog terdekat

Apabila anda merasakan hal yang tidak berjalan sesuai pada mental anda, coba datang pada tenaga ahli seperti konselor dan psikolog. Generasi Z mayoritas masih berada pada jenjang Pendidikan SMP-Kuliah. Kalian dapat memanfaatkan fasilitas Lembaga Pendidikan untuk mendapat penanganan mental yang baik. 

Bisa datang pada guru BK yang di percaya atau psikolog yang ada di sekolah. Mereka merupakan tenaga ahli yang dapat membantu anda untuk mendiagnosis gangguan kesehatan mental yang dialami serta dapat melakukan penanganan yang tepat untuk kesehatan mental anda. 

Jadi, dari sini kita tau bahwa self-diagnosis tidak memberi benefit apapun namun malah memberikan dampak buruk yang dapat berakibat fatal pada kesehatan mental maupun fisik kita. Generasi Z dapat menemui tenaga medis yang professional untuk membantu menyelesaikan masalah kita, libatkan konselor Pendidikan, ataupun psikolog untuk menangani gangguan kesehatan mental. 

Sebaiknya tidak perlu menjadi dokter bagi diri sendiri dengan mendiagnosis diri sendiri bila mengalami gejala gejala gangguan mental. Sayangi diri kita sendiri mulai dari fisik maupun mental kita. Karena kesehatan mental juga akan mempengaruhi kesehatan fisik kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun