Merawat orang tua yang sudah lanjut usia bukanlah pekerjaan yang mudah, meskipun itu merupakan pengalaman yang sangat mendalam.
Ini bisa melelahkan, menantang, dan sulit untuk menyeimbangkan pekerjaan penuh waktu, merawat anak-anak, waktu bersama keluarga dan berusaha merawat orang tua yang sudah lanjut usia.
Saat merawat orang tua lanjut usia, seharusnya menjadi pengalaman yang menyenangkan baik bagi pengasuh maupun kerabat lanjut usia.
Jika kita membicarakan lansia, republik ini sebetulnya memiliki perhatian kepada para lansia. Itulah sebab ditetapkannya Hari Lanjut Usia di setiap tanggal 29 Mei. Menurut sejarah, Hari Lanjut Usia Nasional dicanangkan kembali per-tanggal 29 Mei tahun 1996 di Semarang oleh Presiden RI saat itu. Pencanangan kembali Hari Lanjut Usia diformulasikan sebagai penghormatan atas jasa, pemikiran, dan kebijakan para lanjut usia dalam sepak terjang mempertahankan kemerdekaan, mengisi pembangunan dan memajukan bangsa.
Yang menarik untuk ditelisik adalah tidak banyak kita temukan para pemangku politik yang menaruh perhatian kepada masyarakat dalam kategori lanjut usia. Bukankah para lansia juga memiliki hak dalam menerima kesejahteraan dari negara?
Ada satu hal yang membuat saya tertarik menulis artikel tentang lanjut usia. Juga, tidak banyak para penulis yang mengisi laman blog dengan artikel terkait lanjut usia.
Ketertarikan itu saya dapatkan ketika melakukan 'profiling' kepada calon maupun yang sudah menjadi pemangku politik. Perhatian tertuju pada tahun 2014, saat kontestasi Calon Anggota Legislatif DPR-RI. Di antara banyaknya Calon Anggota Legislatif DPR-RI, saya menemukan seorang Calon Anggota Legislatif yang memiliki program untuk perhatian kepada lansia. Berada di daerah pertarungan Dapil 1 Sumsel, Siti Nurizka Puteri Jaya dalam program-programnya menaruh antusiasme untuk meningkatkan kesejahteraan, serta sadar akan kondisi sosial dari masyarakat khususnya para lansia untuk meningkatkan para lansia memiliki harapan hidup dan dalam kondisi yang makin membaik.
Saat kontestasi pemilu 2014 Rizka memang gagal, mungkin bisa dijadikan sebuah cerminan bagi kita bahwa mengusung program lansia tidaklah sebuah kemasan menarik dalam politik. Tapi, Rizka seolah abai atas persepsi negatif tersebut. Ketika ia ikut serta dalam kontestasi Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Musi Rawas Utara pada tahun 2015, lagi-lagi ia mengusung program lansia dalam visi-misinya.
Dan ketika Rizka tampil lagi pada helatan Pemilihan Anggota Legislatif DPR-RI periode 2019-2024, ia benar-benar gigih ingin berjuang dalam konsistensinya yang ingin meningkatkan kesejahteraan para lansia yang selama ini cenderung dinomor duakan oleh negara. Darah kakeknya Rizka yang merupakan bagian dari pejuang republik ini mengalir sangat deras pada diri Rizka yang membuat ia memiliki suatu landasan sikap bahwa Indonesia terbentuk atas kerjasama terpadu antara pemuda dan orangtua, serta lanjut usia. Hebatnya, Rizka merangkul ketiganya dalam program politiknya.
Pada usianya yang masih tergolong muda, Rizka sudah mampu mengkolaborasikan sejarah dengan masa depan bangsa.
Seperti contoh saat Rizka memiliki jadwal reses mengunjungi dapilnya, Dapil 1 Sumsel. Dia akan selalu menyiapkan waktu datang ke panti jompo untuk menemui lansia. Tidak ada jarak antara Rizka dengan para lanjut usia. Meskipun secara usia terpaut jauh, tapi Rizka dengan wajahnya yang terlahir manis berhasil menampilkan suatu etika dan sikap sopan santun, serta tutur kata yang lembut saat bercengkrama dengan para lanjut usia. Sangat jarang menemukan fenomena adanya anak muda yang memiliki kepekaan sosial terhadap lansia.
Begitu juga ketika Rizka memiliki agenda politiknya sebagai Anggota Komisi 3 DPR-RI saat ia mengunjungi Kanwil Kemenkumham Sumatera Selatan. Dalam kesempatan itu Rizka memberi pesan yang ditujukan kepada Kepala Lapas untuk tidak abai dalam memenuhi layanan gizi dan intens pemeriksaan status gizi para lansia yang berada dalam lapas.
Baginya, gizi merupakan salah satu komponen yang mengokohkan konstruksi tubuh manusia. Pemberian gizi kepada manusia diberikan sejak dari kandungan hingga dewasa. Tak boleh pemangku politik luput dalam program meningkatan pemenuhan gizi pada kelompok lansia, meskipun bukan di usia muda, bukan berarti lansia tidak memerlukan gizi yang cukup.
Sebuah kecerdasan sikap ditunjukkan Siti Nurizka Puteri Jaya dengan menggunakan secara benar panggung politiknya untuk ia berjuang dengan nyata atas nama rakyatnya dengan kesetaraan yang sama, tanpa adanya perbedaan kategori usia demi sarana mewujudkan negara yang adil sesuai penerapan butir ke-5 dalam Pancasila, "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H