Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik

Meredupnya Sorot Kamera

9 Oktober 2008   23:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:25 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

demi penampilan prima di layar kaca, pak beye bersedia mengalah.
pihak yang membuatnya mengalah adalah para kamerawan televisi peliput kegiatan di kompleks istana kepresidenan, jakarta.

semula, pak beye ingin seolah-olah didoorstop di depan ruang kerjanya.
kepada rakyat yang diharapkan kembali akan memilihnya, secara dramatis hendak ditunjukkan,
meskipun telah larut malam, pak beye masih tetap dan terus bekerja.

namun, skenario ini tidak diterima.
tak seorang pun kamerawan bergerak meski dikatakan pak beye sudah mau berbicara.
redupnya sinar lampu di depan kantor presiden menjadi penyebabnya.
karena pihak istana tetap ingin menjalankan skenario pertama,
lampu sorot lantas dibawa dan ditembakkan ke depan ruang kerja

namun, bukan pencahayaan maksimal yang didapat,
tetapi tembakan lampu sorot justru menyilaukan mata.
skenario pertama doorstop di depan ruang kerja lantas diangap tidak ada.

keterangan pak beye tentang fokus pemerintah menghadapi krisis keuangan global lantas dipindahkan ke tempat biasa: ruang jumpa pers dengan podium garuda.

namun, karena pesan skenario pertama ingin tetap disampaikan, di akhir keterangan singkatnya,
pak beye berkata, "rakyat harus yakin, pemerintah terus mengelola dan bekerja sehingga tidak perlu kepanikan yang tidak seharusnya."

selama ini tampaknya pak beye merasa rakyat tidak yakin pemerintah bahwa terus bekerja
bukti sudah nyata memang sudah nyata di depan mata

himbuan jangan panik lantaran sistem telah bekerja dijawab dengan ditutupnya perdagangan di bursa.

ada yang mulai panik tak lagi diyakini rakyatnya dan tidak dituruti sepuluh perintahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun