Mohon tunggu...
wisnu suryapratama
wisnu suryapratama Mohon Tunggu... -

Pekerja Film

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saya Khilaf... Sebuah Pembelaan Pengecut Sitok

7 Desember 2013   17:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:12 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setelah kejadian ini terungkap apa yang dilakukan kalangan dekat pelaku? Teror!! Bagaimana mungkin seorang tokoh Pers sekaliber Goenawan Mohamad bisa mengirim surat klarifikasi kepada beberapa media dengan jelas-jelas menulis nama korban lengkap, bahkan dengan nama panggilan korban.

Seketika itu juga banyak orang tahu siapa korban yang harusnya dilindungi. Belum lagi pesan berantai yang dikirm kepada rekan-rekan GM dan Pelaku yang menyatakan bahwa Sitok sedang terkena musibah dan harap dibantu. Ini jelas-jelas sebuah bentuk koordinasi jaringan pelaku yang mencoba mengunakan kekuasaan media dan politik untuk mengkerdilkan korban. Juga muncul klarifikasi dari istri Sitok dan anaknya dalam saat yang berdekatan yang segera dihembuskan secara berantai di media sosial yang bisa mempengaruhi opini pembacanya. Culas sekali!!

Lalu beberapa hari kemudian muncul surat pernyataan dari Salihara yang dengan sepihak menyatakan bahwa mereka telah melakukan investigasi dan kejadian ini tidak menggunakan fasilitas Salihara dan posisi Sitok di Salihara. Investigasi macam apa yang dilakukan sepihak tanpa mendengar kesaksian pihak korban, tanpa mendengar pernyataan tim advokasi korban? Investigasi macam apa yang dilakukan oleh rekan-rekan pelaku?

Jikalau Salihara punya niat baik untuk melakukan investigasi seharusnya itu dulakukan bukan oleh orang-orang internal Salihara yang mempunyai kedekatan personal dengan Sitok. Belum lagi cacian dan pernyataan yang menyudutkan korban yang dilakukan oleh simpatisan Sitok di banyak sosial media. Sangat kejam. Bagaimana mungkin anda bisa bicara dengan bahasa yang merendahkan martabat perempuan?

Lalu setelah banyak perlawanan dari orang dan lembaga yang bersimpati pada korban maka muncullah senjata terakhir ini, "Saya Khilaf". Kata Khilaf ini biasanya diucapkan oleh orang yang mencari pembenaran atas tindakannya. Saya salah lho... tapi saya khilaf kok. Khilaf ini bisa diartikan kalau dia bertindak di luar kesadaran dan pikiran sehatnya.

Ketika terjadi sebuah kejahatan maka khilaf akan muncul dan selanjutnya nama Tuhan disebut. Dalam masyarakat yang memuja religiusitas maka ini senjata ampuh. Tak ubahnya koruptor yang datang ke persidangan memakai peci, baju koko atau jilbab. Tak ubahnya koruptor yang tiba-tiba mengucap asma Allah dan bertasbih ketika dia didakwa korupsi. Tuhan langsung dibawa.

Tuhan hadir untuk tutupu kejahatan. Khilaf itu manusiawi, ini menjadi ungkapan yang nantinya muncul. Tak ada manusia yang tak punya cela. Tapi Kita tak boleh lupa bahwa Pelaku Kejahatan itu adalah pembohong ulung. Sitok adalah pembohong ulung, selama ini dia sudah mengkhianati lembaga perkawinan, anaknya maka pembohong tak bisa dipercaya. Pembohong akan selalu melakukan kebohongan berikutnya berulang-ulangbuntuk menutupi kejahatannya. Bahkan tanpa malu Tuhan pun diseret-seret dalam kebohongannya. Saya sebagai sorang bapak, mengutuk pembohong Sitok sampai ke kuburnya!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun