Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lagu Makan Daging Anjing dengan Sayur Kol Cermin Kekerasan terhadap Hewan

16 Januari 2019   13:31 Diperbarui: 16 Januari 2019   13:43 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Vido anak kecil menyanyikan lagu makan daging anjing dengan sayur kol, dengan menggunakan logat bahasa daerah tapanuli yang diunggah di Instagram menjadi viral dan diperbincangkan public didunia maya.

Lagu tersebut sebelumnya dipopulerkan oleh salah satu groub band Pungxgoaran asal daerah Pematang Siantar. Walaupun sebenarnya syair lagu makan daging anjing dengan sayur kol itu, telah ada sekitar tahun 70-an. Lagu ini diciptakan oleh alm  Nanu Mulyono, seorang pelawak teman kuliah Dono di Universitas Indonesia, UI.  Dan juga personil group lawak Warung Kopi Prambos (Warkop) Prambos. Bersama Dono dan Budi Badil,  Sebelum Kasino Indro bergabung kedalamnya.

Bukti bahwa lagu ini diciptakan dan dinyanyikan oleh Nanu Mulyono terungkap dari buku Warkop dengan judul " Main Main Jadi Bukan Main " Buku tersebut mengulas tentang awal berdirinya Group Lawak Warkop Prambos.

Awalnya judul lagu Makan Daging Anjing dengan sayur kol itu adalah, Siborong borong.  Lagu itu diciptakan oleh Nanu Mulyono untuk acara Orientasi Pengenalan Kampus ( Ospek). Dan sampai saat ini lagu tersebut menjadi lagu atribut (lagu Ospek) anak Psikologi UI.

Syair dari lagu aslinya tidak seperti syair lagu Makan Daging Anjing Dengan Sayur Kol yang dipefulerkan oleh Group band Panxgoaran asal Pematang Siantar Sumut.

Adapun syair dari lagu yang semula berjudul  Siborong Borong  itu berbunyi :  Waktu aku pergi ke Siborong borong /datang hujan turut lebatnya/sudah sejak pagi aku belum makan/dan tak ada saudaraku disana/untung ada gadisnya Simbolon/kulitnya hitam hitaman/ diajaknya aku makan kerumahnya/makan daging anjing dengan sayur kol 2 X (dikutif dari Tribun. Wow.com 18 Desember 2018)

Entah siapa yang merobah syair lagu tersebut sehingga seperti ini : Waktu abang pergi ke Siborong borong/datang hujan yang amat deraslah/ terkejut abang terheran heran/sebab abang belum pernah kesana.

Untung datang namboru Panjaitan/martarombo kami dijalan/diajaknya aku kerumah dia/makan daging anjing dengan sayur kol/ sayur kol....sayur kol/makan daging anjing dengan sayur kol/sayur kol...sayur kol/makan daging anjing dengan sayur kol.

Sekilas jika melihat dari syair lagu tersebut, hanyalah biasa biasa saja. Lagu tersebut mengisahkan seorang pemuda   yang berkelana ke Siborong borong. Karena hujan turun dengan derasnya pemuda tersebut berteduh dirumah namboru (tante) Panjaitan. Sambil bercerita (martarombo) tentang silsillah sipemuda, Namboru Panjaitan menyediakan santapan daging anjing dengan sayur kol.

Namun para nitizen didunia maya, menganggap lagu tersebut sangat lucu, apa lagi dinyanyikan oleh anak kecil. Maka lagu tersebutpun menjadi viral. Lagu tersebutpun berkumandang disetiap lapo lapo tuak  (warung yang menyediakan minuman tuak) untuk menghibur para peminum tuak yang nongkrong diwarung itu.

Viralnya lagu makan daging anjing dengan sayur kol itu, menuai keritik datang dari komunitas pencinta satwa. Salah satunya keritikan dilontarkan oleh Garda Satwa Indonesia. Pihak Garda Satwa Indonesia menganggap lagu itu kurang etis dikumandangkan, apa lagi sampai diunggah dimedia social.

Alasan pihak Garda Satwa Indonesia mengatakan bahwa lagu tersebut kurang etis untuk dikumandangkan, karena tidak banyak diketahui oleh orang proses pengelolaan daging anjing untuk menjadi santapan, terbilang sangat sadis.

Investigasi yang dilakukan oleh kelompok Garda Satwa Indonesia, membuktikan anjing anjing mengalami penyiksaan sebelun disajikan sebagai santapan. Beberapa cara dilakukan oleh manusia untuk menjinakkan anjing sebelum dimasak. Mulai dari digebuk dengan kayu atau benda keras lainnya, kemudian ada yang dimasukkan kedalam karung baru kemudian digebukin, ada yang dicekik dengan menggunakan tali, bahkan yang lebih sadisnya lagi, ada yang membakar anjing anjing yang akan dihidangkan menjadi santapan, sementara anjing anjing itu masih dalam keadaan hidup.

Jika penyiksaan anjing anjing ini dianggap suatu hal yang lucu, ketika dituangkan kedalam syair makan daging anjing dengan sayur kol,  betapa naibnya moral bangsa ini. Orang orang yang menganggap syair lagu ini merupakan lagu yang lucu karena dinyanyikan oleh seorang bocah, berarti banyak anak bangsa ini yang sudah mengalami sakit jiwa. Begitu Garda Satwa Indonesia menuliskannya di laman Facebooknya.

Apa yang dijelaskan oleh komunitas pencinta hewan seperti Garda Satwa Indonesia itu, memang merupakan suatu kenyataan. Perlakuan manusia terhadap anjing yang akan dijadikan santapan, sering berproses sangat ekstrim. Jarang terlihat orang yang akan menyantap daginmg anjing, memperlakukan hewan itu sebagaimana layaknya.

Anjing anjing yang akan diproses untuk menjadi santapan, terlebih dahulu mendapatkan penyiksaan. Seolah olah tidak ada cara yang lebih baik untuk memperlakukan anjing sebelum sampai keproses pemasakannya. Misalnya seperti hewan Kerbau, sapi, kambing, ayam dan hewan hewan lain sebagainya, yang memiliki aturan untuk proses penyembelihannya. Hewan hewan ini tidak mengalami penyiksaan sebelum diproses untuk makanan.

Makan Daging Anjing Bukan Saja Suku Batak :

Makan daging anjing bukan saja digemari oleh masyarakat suku Batak, tapi juga digemari oleh suku jawa, dan Sulawesi, termasuk etnis turunan Cina . di Sumatera Utara (Sumut) orang yang gemar memakan daging anjing memang adalah suku Batak, tapi di Jokya, terdapat suku jawa yang juga gemar memakan daging anjing. Bahkan di Tomohon Sulawesi Utara, ada pasar yang sepesial menjula daging anjing.

Kegemaran orang Batak (non Muslim)  untuk menyantap daging anjing pernah diceritakan oleh Jan Johannes van de Valde, seorang asisten residen Belanda di Tapanuli. Hal itu dituliskan oleh Jan Johannes dalam bukunya Surat Surat dari Sumatera. Buku yang merupakan kumpulan dari surat surat korespondensinya sepanjang tahun 1928 -1949.

Dalam bukunya itu Jon Johannes menulis, suatu hari Jon Johannes mendampingi Residen atasannya ketika berkunjung kedataran tinggi Habinsaran, sebelah Selatan kota Balige.. tujuan rombongan Residen yang didampingi oleh Jon Johannes hendak meninjau huta huta (perkampungan ) terpencil. Dari perjalanan dinas inilah Jon Johannes mendapatkan pengalaman kuliner dan cultural yang berkesan.

Jon Johannes dan rombongannya dijamu dengan minuman tuak, semacam anggur terbuat dari nira pohon enau, beserta pangananannya terbuat dari daging anjing yang sudah diolah dan dimasak sesuai dengan masakan orang batak.

Semulanya Jon Johannes merasa enggan untuk menyantap daging ajing itu, karena dia merasa jijik. Tapi dilain kesempatan dia mencicipi juga daging anjing itu. Ketika Jon Johannes kedatangan tamu dari Yele University, Profesor Kari Peltzer, yang datang untuk meneliti gejala erosi di Balige. Sebagai jamuan, seorang koki local menyajikan sepinggan daging anjing goreng dan rebus dengan cara khas Batak. Jon Johennes mengakui jika masakan daging anjing dari dua persi itu sungguh enak dan lejat.

Namun mirisnya, Jon Johannes menuturkan dalam bukunya itu, jika ia juga menyaksikan keadaan yang miris yang dialami oleh anjing anjing santapan. Mereka kerap diperlakukan secara kasar dan kurang berharga.

Dari buku Jon Johannes inilah, orang menganggap bahwa suku Batak sangat gemar memakan daging anjing. Dan anggapan seperti itu juga ditulis oleh Firman Lubis  dalam Memoarnya Jakarta 1950-an  sering mendengar idientivikasi yang ditujukan kepada orang Batak di Jakarta. biasanya dilontarkan sebagai ejekan  sentiment kesukuan atau ejekan " Orang Batak Tukang Makan Anjing ".

Anjing Bukan Hewan Pangan :

Jika menarik benang merah pada akar sejarah dan budaya dikalangan orang batak, makan daging anjing bukan hanya sekedar sebagai tambul (panganan) sebagai pendamping saat minum tuak, tapi lebih dari itu.

Tradisi mengkomsumsi daging anjing punya kaitan dengan kepercayaan animisme dikalangan suku Batak kuno. Memakan daging anjing diyakini akan memberi kekuatan kepada tondi (roh) manusia. Hal itu terjadi sebelum masuknya agama samawi.

Suku batak Toba percaya bahwa tondi adalah tenaga yang menghidupkan segala sesuatu yang ada dibumi. Keberadaan seseorang didunia bergantung kepada persediaan dan kebesaran tondinya. Hewan hewan yang memiliki tondi yang kuat, termasuk salah satunya anjing. Karena anjing berlari cepat. Hal ini disebabkan karena tondinya kuat, bila dibanding dengan hewan hewan lain.

Namun Pemerintah melalui Undang Undang (UU)No : 18 tahun 2012 tentang pangan. Pada Pasal (1) ayat (1), disebutkan daging anjing tidak termasuk dalam makanan komsumsi. Karena bukan merupakan sumber hayati produk peternakan, kehutanan, atau jenis lainnya. 

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, pekrkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan , dan air, baik diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman, bagi komsumsi manusia. Termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau  pembuatan makanan atau minuman.

Berdasarkan UU ini makan anjing tidak termasuk dalam makanan komsumsi, karena anjing bukan merupakan  ternak potong. Anjing merupakan hewan yang selama ini menjadi teman, sahabat, bahkan seperti keluarga sendiri, sehingga hubungan kedekatan antara anjing dan manusia disebut sebagai hewan kesayangan.

Mengutip apa yang dikatakan oleh Direktur Kesehatan Masyarakat dan Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kemenetrian pertanian Drh Syamsul Ma'arif menegaskan daging anjing tidak termasuk produk komsumsi.

Lagi pula resiko mengkomsumsi daging anjing, berkaitan dengan tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap anjing sebelum anjing anjing tersebut dihidangkan sebagai santapan. Kemudian daging anjing dapat menularkan penyakit rabies terhadap manusia. Dan virus penyakit rabies ini dapat menular kepada manusia dan hewan.

Petisi untuk berhenti mengkomsumsi daging anjing yang dilakukan oleh Garda Satwa Indonesia, bukan saja, untuk menghindari  terjadinya penyiksaan terhadap hewan anjing itu sendiri, tapi melainkan juga untuk menyelamatkan manusia dari menularnya penyakit rabies yang dapat ditimbulkan oleh daging anjing. Masihkah lagu " Makan Daging Anjing Dengan Sayur Kol " itu merupakan syair lagu yang lucu? Tentu saja tidak. Karena dibalik lagu yang kontraversi itu terselip penyiksaan yang sangat ekstrim terhadap hewan peliharaan itu. Semoga !.

                                                                                                                                Tanjungbalai, 16 Januari 2019

                                                                                                                                                          Penulis

                                                                                                                                                         Wisnu AJ

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun