Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Supporter Meninggal Ketum PSSI Tidak Perlu Mundur

27 September 2018   16:42 Diperbarui: 1 Oktober 2018   13:31 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Fhoto/Liputan6.com

          

Tragedi meninggalnya seorang suporter Persija Jakarta, Haringga Sirilla, akibat  dikeroyok oleh supporter Kesebelasan Persib Bandung Minggu 23 September 2018, beberapa jam sebelum pertandingan liga satu Perstuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) antara Persib Bandung melawan Perija Jakarta di Stadion Gelora Bandung Lautan Api. Kini berbuntut panjang.

Pengkeroyokan yang dilakukan oleh Bobotoh terhadap supporter The Jak Mania Persija Jakarta, tidak saja mengundang keritikan dan tanggapan, terhadap kepengurusan PSSI dari dalam negeri. Bahkan FIFA selaku Pederasi Sepok Bola Dunia, juga mempertanyakan kejadian tersebut kepada PSSI. FIFA meminta agar persoalan meninggalnya supporter akibat pengkeroyokan itu  diselesaikan secepatnya.

Kemudian Menteri Pemuda dan Olah Raga Imam Nahrowawi, mengintruksikan agar Kompetisi Liga Satu PSSI ditunda satu pekan. Menteri Pemuda dan Olah Raga meminta kepada PSSI untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi, agar persoalan serupa tidak terulang lagi pada tahun tahun berikutnya.

Bahkan dari kejadian meninggalnya supporter Persija Jakarta itu , gaung petisi terhadap kepemimpinan Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi kembali bergema. Dimana sebelumnya Petisi itu sudah muncul pada Juli lalu sejak Edy Rahmayadi terpilih sebagai Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) berpasangan dengan Musa Rajeshsyah.

Isi Petisi itu salah satu meminta agar Edy Rahmayadi mundur sebagai Ketua PSSI. Namun Edy Rahmayadi, tidak menggubris munculnya Petisi itu. Bahkan Edy memberikan jawaban pihaknya tidak akan mundur dari jabatan Ketua Umum PSSI sebelum habis masa jabatannya pada 2022. Alasan Edy kala itu tugasnya sebagai Gubsu tidak menggangu jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI.

Kini gaung Petisi itu kembali mencuat kepermukaan, bahkan Petisi itu sudah ditandatangani sekitar 60 ribu orang. Karena banyak pihak menilai Edy Rahmayadi layak untuk menanggalkan jabatannya di PSSI agar bias focus dengan tugas barunya sebagai Gubsu. Karena sebaliknya dengan rangkap jabatan dikhawatirkan Mantan Pangkostrad ini tidak bisa seratus persen mengurus PSSI.

Dalam acara Mata Najwa di Trans7, Rabu 26 September 2018 malam,  Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi mengaku siap meninggalkan posisinya di PSSI saat  ini,  jika dianggap tidak bisa menjalankan tugas dengan baik. Hal itu disampaikannya dalam menanggapi Petisi yang ditujukan kepadanya selaku Ketua Umum PSSI.

" Jangankan 60 ribu orang, satu orangpun kalau itu memang benar adanya, gara gara saya Gubsu, lalu terjadi itu pembunuhan, saya akan tinggalkan ini (posisi Ketua Umum PSSI), karena berarti saya tidak becus " ujarnya saat itu.

"Tapi yang saya takutkan, dari 60 ribu ini mungkin salah satunya menginginkan jabatan Ketua Umum PSSI ini, karena saat ini dalam dunia politik " Tambah Edy. Dalam Petisi di change.org Edy Rahmayadi diminta focus dengan tugasnya sebagai Gubsu.

Kendati demikian Edy tetap kukuh dan ngotot untuk memegang dua posisi penting itu. Ia berdalih, jabatan Ketua Umum PSSI merupakan amanah rakyat. PSSI harus dilindungi, karena ia merupakan amanah rakyat sampai 2020. Rangkap jabatan yang dilakukannya saat ini tidak mengganggu kinerja PSSI , kata Edy.

55 Suporter :

Sepak Bola Tanah Air kembali dinaungi oleh alam gelap, setelah sebelum nya telah banyak supporter yang meninggal dipentas sepak bola Indonesia. Haringga Sirilla merupakan supporter yang kesekiannya merenggang nyawa diperhelatan elit sepak bola Nasional.

Kematian Haringga Sirilla menambah daftar kelam supporter tanah air yang meninggal dunia akibat kekerasan. Sebelumnya pada 16 Mei 2016 Suporter Persija The Jakmania Muhammad Fahreza, meninggal akibat kekerasan di Stadion Utama Gelora Bungkarno Jakarta.

Setelah itu ditempat dimana Haringga meninggal dunia, pada musim lalu 22 Juli 2017 Seorang supporter  Ricko Andrean, juga meninggal dunia karena jadi korban salah keroyok usia duel kompetisi liga satu 2017 antara Persib Bandung VS Persija Jakarta.

Dalam catatan sejarah kelam persepakbolaan nasional selama 23 tahun, tercatat ada 55 fans sepak bola Indonesia tewas secara mengenaskan. Walaupun kasus kematiannya berbeda beda. Mulai dari jadi korban bentrok antar kelompok supporter hingga kecelakaan lalu lintas.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sepak bola Save Our Soccer (SOS) berdasarkan relisnya menyebutkan dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2005, terdapat sebelas orang supporter sepak bola yang meninggal dunia akibat kekerasan.

Priode 2005 sampai priode 2011, dalam catatan LSM SOS juga terdapat sebelas orang supporter yang meninggal dunia. Tahun berikutnya 2011 -- 2012 sebanyak 12 orang supporter yang meregang nyawa akibat kekerasan, baik sebelum maupun sesudah berakhirnya pertandingan.

Tahun 2012 sampai dengan tahun 2014, selama dua tahun terdapat 11 orang supporter kembali meregang nyawa diluar area, maupun didalam stadion setelah berakhirnya pertandingan. Setelah itu tahun 2014 -- 2017 terdapat 12 orang Suporter kembali meregang nyanya. Dan terakhir tahun 2018, menewaskan Haringga Sirilla.

Jika menelisik dari data supporter yang meregang nyawa dari  hasil relis yang dikeluarkan oleh LSM SOS, membuktikan bahwa olahraga Sepak Bola bukan lagi merupakan sarana untuk mempersatukan bangsa, tapi melainkan telah menjadi ajang pembantaian diantara para supporter tanah air.

Tentu dalam kejadian ini ada yang salah, sehingga para supporter sepak bola kehilangan rasa persaudaraan sesama sebangsa dan setanah air, sehingga mereka dengan rasa penuh dendam kesumat, saling adu dan saling bentrok antar kelompok pendukung, baik diarena dalam lapangan, maupun diluar lapangan.

Perlu Pembinaan :

Ada satu hal yang dilupakan oleh PSSI, selaku penanggungjawab dalam olahraga Sepak bola. PSSI hanya memfokoskan pembinaan olahraga Sepak Bola hanya kepada para atlit sepak bolanya saja, sementara pembinaan terhadap supoorter sepak bola itu tidak pernah tersentuh oleh PSSI.

Seharusnya PSSI selaku induk organisasi olahraga Sepak Bola tanah air juga melakukan pembinaan terhadap para supporter nya. Bukankah supporter sepak bola ditanah air memiliki kelompok kelompoknya. Katakana saja Persija yang memiliki kelompok seporter yang bernama The Jak Mania, Persib Bandung memiliki kelompok Suporter Bobotoh, PSMS Medan Memiliki Kelompok Suporter KAMPAK. Dan didaerah daerah lain yang memiliki Kesebelasan juga mempunyai kelompok kelompok Suporternya.

Tentu setiap kelompok supporter ini memiliki kepengurusan, setidaknya ada ketua kelompoknya. Disinilah peranan PSSI diperlukan untuk melakukan pembinaan terhadap kelompok kelompok supporter Sepak bola, baik di pusat maupun didaerah daerah. Karena PSSI juga memiliki kepengurusan cabang disetiap daerah kota dan Kabupaten, serta ditingkat Provinsi.

Dalam hal adanya supporter yang tewas dalam setiap pertandingan, tidaklah serta merta pertanggungjawabannya ada pada Ketua Umum PSSI. Karena dalam setiap pagelaran kompetisi, pasti melibatkan pihak keamanan.

Terjadinya bentrokan antara supporter sepak bola diluar maupun dilapangan adalah tanggungjawab pihak keamanan. Hanya saja, Pihak PSSI haruslah mematuhi saran dan pendapat yang diberikan oleh pihak petugas keamanan. Maka disinilah diperlukan saling komunikasi dua arah antara pihak Keamanan, Suporter dan PSSI.

Edy Rahmayadi memang tidak perlu mundur dari Jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI, jika yang terjadi adanya supporter sepak bola yang meninggal dunia akibat kekerasan. Karena itu bukan tanggungjawab Ketua Umum PSSI.

 Edy hanya perlu mundur dari jabatan Ketua PSSI, jika PSSI tidak dapat untuk berkembang didalam sepak bola. Karena kegagalan PSSI dalam setiap even yang digelar adalah tanggungjawab Ketua Umumnya, disinilah baru Ketua Umum PSSI itu mundur dari jabatannya karena tidak berhasil melakukan pembinaan terhadap PSSI, tapi akibat adanya supporter yang meninggal akibat kekerasanm Ketua Umum PSSI tidak perlu untuk mundur. Semoga!.

 Tanjungbalai, 27 September 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun