Akibatnya memunculkan banyak komentar, yang mengatakan anak cucu orang Indonesia akan ikut menanggung beban utang Negara., karena untuk pembayaran UNL Indonesia adalah dengan menggunakan pajak, sehingga beban pajak nantinya sudah barang tentu akan ditanggung oleh anak cucu orang Indonesia.
Meskipun demikian, UNL Indonesia yang sebahagiannya dipergunakan untuk membangun infrastruktur beban pajak tidak akan begitu terasa lagi oleh anak cucu orang Indonesia, karena tidak bisa pula untuk ditafik, dengan banyaknya hasil berupa pembangunan, akan menumbuhkan banyaknya lapangan kerja, dan membuat anak cucu orang Indonesia tidak perlu repot repot lagi untuk mencari lapangan kerja. Sekalipun mereka harus membayar pajak. Hal itu tentu tidak menjadi masalah karena sumbr pendapatannya lebih besar dari beban pajaknya.
Kendatipun demikian, perlu diingatkan kepada pemerintah, untuk lebih memperhatikan nasib rakyatnya dalam setiap pengeluaran anggaran yang menggunakan dana APBN. Sehingga rakyat turut merasa, sekalipun Negara berutang, tapi mereka turut untuk menikmati hutang itu.
Jangan hanya Negara menambah hutang, tapi hasil dari hutang itu dipoya poyakan hanya untuk kepentingan segelintir orang, sehingga melahirkan gap antara pemerintah dengan rakyatnya, terutama rakyat miskin. Dan itu terbukti dari jumlah rakyat miskin dan panjangnya antrian pengangguran di Indonesia.
Tidak ada salahnya bercermin kenegara Malaysia, untuk mengambil hal hal yang baiknya, dari cara pemerintah Malaysia melakukan control terhadap pengeluaran uang negaranya yang bersifat pemborosan, dan sekaligus untuk mengatasi UNL negaranya. Semoga !.
Tanjungbalai, 2 Juni 2018
Penulis adalah : Sekretaris Forum Komunikasi Anak Daerah (Fokad) kota Tanjungbalai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H