Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Buwas dalam Sembako

30 April 2018   13:26 Diperbarui: 30 April 2018   13:36 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

   Persoalan Narkotika dan Obat Obat Terlarang (Narkoba), dengan Sembilan Bahan Pokok (Sembako) terutama beras,  bagaikan dua sisi mata pisau yang berbeda. Sama sama memiliki tajam yang berbeda beda. Walaupun antara  Narkoba dan Sembako berbeda jenis, tapi dampak yang ditimbulkannya nyaris sama.

            Narkoba jika dikomsumsi, dapat merusak jaringan otak, dan membuat orang orang yang mengkomsumsinya, bisa menjadi bodoh, badan jadi lesu, daya tahan tubuh menurun, bahkan bisa menjadi gila dan mati.

            Ketika Cina menjadi wilayah colonial Inggris , untuk merusak ketangguhan dari pertahanan rakyat Cina, dizaman Dinasti Qing dimana Kaisar membatasi bagi bangsa eropa, terutama Inggris untuk berdagang secara bebas di Cina, tahun 1839 -- 1860, maka Inggris melakukan perlawanan dengan melakukan pengiriman candu ke Cina secara besar besaran. Rakyat Cina akhirnya memiliki ketergantungan dengan candu, dan menjadikan pertahanan rakyat tiongkok menjadi rapuh.  Dan tidak lagi berpihak kepada Kaisar. Peristiwa itu dinamai dengan perang candu (opium)

            Peristiwa mirip dengan perang candu inilah yang kini terjadi di Indonesia, dimana para Bandar narkoba,  dalam jaringan internasional,  melakukan pemasokan narkoba jenis sabu sabu ke Indonesia dengan tujuan untuk merusak mental rakyat Indonesia, khususnya generasi mudanya. Dan tidak terlepas pula banyaknya aparat Negara yang terlibat narkoba.

            Entah sudah berapa ton,  jumlah narkoba jenis sabu sabu, yang dipasok oleh Bandar narkoba jaringan internasional ke dalam negeri Indonesia, dan entak sudah berapa ton pula, narkoba yang dapat digagalkan oleh aparat hukum negeri ini.

            Begitu juga dengan Sembako, jenis barang yang urgent bagi kehidupan rakyat Indonesia. Terutama beras. Jika beras tidak ada, atau harga beras melambung tinggi, tidak sebanding dengan penghasilan rakyat, maka Negara bisa goyah, rezim bisa jatuh dan Negara bisa bubar.

            Walaupun antara Narkoba dan Sembago merupakan dua sisi mata pisau yang saling berbeda jika tidak ditangani secara tepat, maka akan menimbulkan gejolak ditengah tengah masyarakat.

            Maka oleh karena itu sembako jenis beras, perlu untuk dipertahankan, jangan sampai pasokannya habis atau berkurang, dan disisi lain, harganya juga harus tetap terkendali. Jika kedua hal ini tidak dapat untuk dipertahankan, maka ketahanan pangan, yang menunjang ketahanan nasional akan menjadi rapuh dan akhirnya akan runtuh.

            Untuk mengendalikan harga sembako ini,  ada ditangan Badan Urusan Logistik (Bulog), oleh karena itu, diperlukan orang orang yang punya, kredibel, akuntabel dan komitmen untuk mempertahankan ketahanan pangan bagi rakyat Indonesia, untuk menjadi pemimpin Bulog.

            Karena tanpa komitmen yang jelas, serta integritas yang tinggi,  untuk mendukung pemberantasan korupsi, persoalan Bulog akan tetap menjadi benang merah yang sulit untuk diputus. Kenapa? Karena kasus Bulog cukup terkenal,  sering kali menjerat para petinggi petinggi dinegeri ini. Dan melibatkan Bulog serta jajaran pimpinannya.

            Mulai dari Presiden Gusdur yang disebut sebut terlibat dalam kasus Buloggate, yang melibatkan Wakil Kepala Bulok Sapuan, walaupun belakangan dinyatakan Gusdur tidak terlibat dalam kasus itu, tapi setidaknya sempat menyeret nama Gusdur.

            Kemudian Ir.H.Akbar Tanjung,  Bustanul Arifin SH, Ir Beduk Amang, Ahmad Tirta Sudiro, Nurdin Khalik dan sederet nama nama pejabat lainnya, mulai dari zaman Orde Baru, sampai kepada era Reformasi, Bulog rentan dengan kasus kasus korupsinya.

            Angin Segar :

            Untuk memutus mata rantai korupsi yang terjadi di Perusahaan Umum Bulog, dibawah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pemerintah mempercayakan kepada Komjen Pol (Prn) Budi Waseso (Buwas),  yang baru saja pensiun dari Polisi,  dan juga dari jabatannya sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), menjadi Kepala Bulog.

            Nama Buwas, memang cukup dikenal, sejak peristiwa Cicak VS Buaya, perseteruan antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Polri. Buwas waktu itu menjabat sebagai Kabareskrim di Markas Besar (Mabes) Polri.  Kemudian merupakan salah satu nama, yang paling ditakuti oleh para Bandar Narkoba, ketika dia diberi kesempatan oleh pemerintah menjadi Kepala BNN. Sepak terjang Buas ketika menjabat sebagai Kepala BNN, semakin berkibar.

            Satu persatu para Bandar Narkoba, baik local maupun Internasional, takluk dibawah kebuasannya, dalam melakukan pemberantasan narkoba di Indonesia. Penggagalan demi penggalan masuknya narkoba melaui darat, laut dan udara dapat dilakukan oleh Buwas.

            Bahkan dalam pengakuannya dihadapan Menteri Keuangan Sri Mulayani, dalam komperensi Pers mengatakan pihaknya pernah disogok dengan uang sebesar Rp 4 milyar oleh Bandar narkoba,- namun ditolaknya demi untuk memerangi narkoba.

            Hanya ada yang membuat Buwas kala itu merasa heran dan bingung, tentang hukum dinegeri ini. Ada Bandar narkoba yang telah diponis oleh pengadilan dengan hukuman mati, tapi belum dieksekusi. Lalu dari dalam penjara sibandar melakukan transaksi narkoba, dan tertangkap lagi, kemudian disidangkan dan dijatuhi hukuman mati lagi. Satu Bandar dijatuhi hukam mati dua kali tapi belum juga dieksekusi.

            Pengangkatan Buwas sebagai Kepala Perum Bolog,  mendapat apresiasi dari banyak kalangan. Banyak pihak menyebut penempatan Buwas sebagai Kepala Perum Bulog adalah hal yang tepat, karena Bulog perlu pembenahan diluar dan didalam, apa lagi selama ini, Bulog dinilai  tidak mampu  untuk menangani persoalan kebutuhan bahan pokok, dan melonjaknya harga sembako dipasaran.

            Terlebih pada menjelang hari hari besar keagamaan di Indonesia, khusunya pada menjelang bulan Suci Ramadhan, dan Hari Raya Idul Fitri. Dimana harga sembako  memperlihatkan kejalangannya, menari nari dengan genitnya, sehingga membuat rakyat kecil menderita. Ini semua adalah diakibatkan permainan dari spekulan yang menabuh gendang mengikuti tari para kartel sembako.

            Dalam menangani tindak kejahatan kriminal, ketika Buwas menjadi Kabareskrim Mabes Polri, dan dalam menangani tindak kejahatan narkoba, ketika Buwas menjadi Kepala BNN, memang cukup piawai. Namun dalam soal sembako, Rakyat masih meragukan. Karena masalah sembako melibatkan banyak actor actor politik yang bermain didalamnya.

            Selama ini banyak persoalan yang dihadapi oleh Bulog, tidak saja masalah pengadaan, tapi melainkan persoalan permainan harga, yang terkadang naik meroket. Karena apa? Tentu karena banyak pihak yang bermain disana, mulai dari para pejabat, kartel, sampai kepada spekulan dan banjing loncat politik. Semua itu berbain adalah untuk mempertebal saku pribadi.

Dan yang paling sulit untuk dihindari adalah, keterlibatan kekuatan besar yang dapat mengendalikan Bulog dengan menggunakan remot dari jarak jauh. Kekuatan besar ini tak jarang datang dari istana, dan para bankir yang berada diluar negeri, yang menghendaki terjadinya gonjang ganjing di Negara Indonesia.

            Bukan Hanya Sekedar Lembaga Negara :

            Perum Bulog, diharapkan bukan hanya sekedar lembaga Negara, yang mengurusi tata niaga sembako. Akan tetapi memiliki tujuan pokok untuk mengamankan penyediaan pangan, dalam rangka menegakkan eksistensi pemerintah, dalam melakukan ketahanan pangan.

            Perum Bulog juga harus memiliki tanggung jawab, terhadap kebutuhan pokok masyarakat, kemudian dapat mengendalikan harga harga dipasaran, sehingga persoalan sembako tidak lagi menjadi semacam benang kusut, diurai yang satu berbelit yang lainnya.

Kepala Bulog harus berani, melakukan penolakan terhadap oknum oknum yang meminta jatah kepada Bulog. Karena Bulog bukan saja milik pemerintah tapi melainkan Bulog juga milik masyarakat banyak. Segala sesuatu yang berkaitan dengan sembako haruslah sesuai dengan peraturan dan per Undang Undangan yang berlaku.

Tentu sebagai orang baru di Bulog, Buwas harus paham dengan siapa saja dia harus berhadapan. Apa lagi disebut sebut bahwa Bulog adalah lembaga Negara yang memiliki banyak uang, dan rentan akan terjadinya korupsi. Sama dengan Narkoba yang juga berkaitan dengan uang, yang dapat membuat mata jadi buta.

            Sebagai mantan Kepala BNN yang memiliki reputasi, masyarakat berharap agar Buwas dapat menjalankan tugasnya dengan baik, dan menjadikan Perum Bulok sebagai Lembaga Negara yang bersih dari persoalan persoalan korupsi, terlebih Bulog harus mampu menjadi lembaga Negara yang dapat memenuhi kebutuhan pokok sembako bagi rakyat Indonesia, dengan harga yang stabil dan dapat dijangkau. Mam pukah Buwas memenu harapan dari masyarakat itu?, semuanya memang terpulang kepada kinerja Buwas. Semoga!.

 Tanjungbalai, 30  April  2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun